Kamis, 26 Desember 2013

SjRs

halo, sayang
saya rindu. malam ini tidak datang?
ya, jarak memang satu-satunya yang paling nyata.
kedua, setelah waktu


(mari bersemedi dalam riuhnya ombak. supaya hati kita putih bersih bak buih)

Selasa, 10 Desember 2013

Sayang,
Sudahkah kamu mencuci tangan sebelum mencampuri urusanku? Pastikan dulu tanganmu bersih dari segala tendensi yang baik saja bagimu tapi tidak untukku. Kata mamaku, baiklah tangan kita bersih jika ingin makan. Dan bagiku, urusanku adalah makanan yang harus kulahap sampai habis. Tak bersisa...


(Sabar ya, lagi makan. Kamu tahu artinya)

Sabda telah menjadi daging

Yesus bersabda:
"Kasihilah musuhmu"

Mungkin aku tak salah tangkap maknanya. Musuhmu. Mereka yang patut kita kasihani. Tapi pasti bukan kamu. Kamu bukan musuh. Kamu kuman yang harus dibasmi supaya yang lain tidak ikut sakit. Segera kamu akan binasa, sebab untuk kuman... Tak pernah ada di kitab Yesus yang tulisannya:

Kasihanilah kuman itu



Kuman harus dapat hukuman
Pasti.

Kamis, 05 Desember 2013

Tembakan mereka meleset. Yang mati yang dibela

Apa kabar Mentari? Sehat? Mudahmudahan udara musim dingin tidak makin menjauhkanmu dari kehangatan. Mudahmudahan kamu tidak jadi akrab dengan salju. Jangan, kupikir malah. Perempuan muda cemerlang sepertimu baiknya berseriseri memancar kehangatan, seperti namamu. Aku pikir kami di sini mendoakan kesehatan baik tubuh maupun jiwamu, juga untuk ibumu.   Masihkah terasa nyeri? Kuharap juga kamu segera menemukan pereda nyeri yang tepat. Kuharap bukan morfin, kuharap bukan dendam. Mentari, apa kita akan punya kesempatan duduk satu meja lalu kau mulai menyerakan rasa dukamu padaku? Aku ingin sekali tahu rasanya jadi kamu, sekarang. Tidak ingin mengalami, hanya ingin tahu sakit yang itu bagaimana rupanya. Bukan, bukan, aku bukan penggemar rasa sakit. Suka pun tidak. Kamu tahu, ada yang mendorongku ingin tahu sakitmu itu. Ketika mereka di luar meneriakan pembelaan perempuan, mereka lupa ada perempuan lain yang mereka injakinjak. Lakilaki itu tidak hanya melupakan korban, tidak. Lakilaki itu juga melupakanmu dan ibumu. Dan semua orang juga lupa ada kamu dan ibumu. Jadi, siapa yang kamu bisa harap ingat kamu? Klise kah kalau sekarang kita panggil Tuhan? Kurasa tidak. Mudahmudahan tidak. 



Sudah berkalikali kukatakan, sekarang jangan lagi bertengkar dengan soalsoal perempuan dan lakilaki. Marilah kita lakukan pembelaaan atas nama kemanusiaan. Karena setelah kita setara, kupikir yang ada hanya satu. Manusia. Habis perkara... Atau timbul lagi yang baru? Namanya juga manusia.

Karena tak ada daun teh, maka kuseduh huruf

Daripada kesepian menunggu datangnya pagi, orang memilih untuk:

Sebagian menonton acara yang tidak masuk lewat mata sampai ke otak, menonton seperti menatap

Sebagian memilih tergeletak, tidak berdaya, menyerah di bawah rotasi bumi unntuk mendapat giliran bertemu matahari

Sebagian memilih bergulat. Dengan yang hidup bernafas dan bernafsu atau yang mati diam tak sedikit pun menyerang balik

Sebagian memilih menuliskan apa yang dirasanya mungkin terjadi ketika ia tidak sedang melakukan pilihan lain


Tidur dong. Kapan bisa mainmain dengan matahari, kalau dengan malam saja tak mampu kau berdamai.

Minggu, 01 Desember 2013

untuk mentari,

semoga kamu lekas sembuh. tapi patah hati yang ini, siapa bisa tolong. saya hanya bisa ikut mendoakan kamu dan ibumu. semoga baik selalu. semoga kuat selalu. semoga tak ada dendam di bibir apalagi hatimu.


untuk orang-orang yang duduk di jajaran eksekutif mahasiswa fakultas saya dan yang membuat surat pernyataan itu,

kalian bodoh atau latah atau terlalu sedikit urusan yang diurus sampai bikin surat saja isinya begitu?

Tuhan tolong.

Sabtu, 23 November 2013

kepada *****,

kamu sudah tidak lagi hangat. tidak lagi akrab. tidak lagi setia. dan saya kecewa.
kamu sudah benar-benar jahat. benar-benar suka bikin luka. dan saya marah.
sudah tidak ada lagi piknik di dalam hutan di dekat danau, dengan pinus di atas kepala dan selimut di antara kaki kita. sudah tidak ada lagi pantai yang kita tuju untuk melihat seperti apa rasanya jatuh cinta di hadapan matahari terbenam.
kita gali sendiri kuburan untuk masuk sama-sama dan membusuk dengan rasa benci.
ah, *****

("saya tidak akan pergi, sebelum kamu pergi dari sana.")
saya rasa kamu sudah muak.
dan itu wajar.
sudah sepatutnya saya terus pakai topeng. kalau tidak, saya benar-benar akan sendiri sebelum waktunya.
saya yang jadi saya itu memuakan. dan kalau kamu muak, percaya, itu wajar.
tunggu ya saya ukir dulu topeng yang kira-kira kombinasi warnanya kamu suka.
oh iya yang seperti itu. iya, saya bikin dulu. dua saya bikin. satu untuk saya. satu lagi untuk kamu. sebab saya dengan topeng ini, perlu kamu yang bertopeng itu.

(lama-lama ini jadi tonil murahan. yang dibawa dari satu kota ke kota lain, hanya karena bisa bukan lagi mau)

kita diamuk rasa benci yang terlalu besar oleh karena cinta yang teramat dalam buat satu hal. lalu lupa kebaikan-kebaikan hal itu. engga apa-apa, manusia sekali itu. memang sukanya pasang label. yang sama dikoleksi, yang tidak... syukur-syukur tidak dibenci.
kan saya sudah bilang, pergilah bertemput. kutunggu di sini. hidup matimu telah kuserahkan pada tanah yang kujaga. biar angin mengantar debu ke kakiku, memberitahuku nasibmu di medan tempur.

Selasa, 19 November 2013

"Jangan pergi... Jangan pulang. Kupaksakan malam tetap lama supaya bisa tuan bertamu. Jangan pergi... .. Jangan pulang, jangan"

Tapi tetap saja, dengan tak peduli ia keluar. Balik badan dari gigil dan gemeletuk tulangku. Sesekali masih menjeritkan namanya, berharap tergerak hatinya oleh belas kasihan pada mahkluk menjijikan yang mengaduhaduh sakit.


Darah, kotoran, dan cairan asam keluar dari seluruh lubang di tubuhku. Katamu kau marah karena tak kuhiraukan tubuhku. (Bahkan darah yang sudah rintik-rintik mengalir di nadiku, beriak mendengarmu.) Tak ada kasih untuk dibagi tuan? Sampai mulutmu pun rasa kematian?


Lalu sekarang tinggal aku dan cairan tak bernama, berbau, dan nyeri dari usaha mengeluarkannya. Tinggal kami, ruang lembab ini memelihara dendamku. Sakit yang ini takkan kubawa lelap. Takkan kulupa. Takkan kutelan. Ia akan ada jadi ruang hampa yang menyengsarakanmu, di antara aku kamu.


Haha.
Masih jelas kuingat rindu yang merontaronta di antara sekarat. Sekarang pun masih merontaronta. Masih sekarat. 


(Jangan pergi... Jangan.../ tapi tetap pergi)
Sakit yang ini pasti kubalas. Pasti

Kamis, 14 November 2013

Marahmarah

Malu banyak merasarasa sedang halhal lain menunggu untuk dipikirkan. Lelah merasarasa sedang hal yang harus dipikirkan membutuhkan lebih banyak energi. Memang, tak semua hal harus dipikirkan tapi tak semua hal juga harus bertautan dengan rasa. Kalau semuanya dirasakan, lamalama habis sudah guna ilmu pengetahuan. Tumpul logika besar emosi.

Selasa, 12 November 2013

jadilah kau perempuan yang berani. biar tak ada pria, kau bisa hidup. tapi jika ingin kau cari pria untuk menemani hidup, carilah yang lebih berani dariku. sebab memilikimu adalah keberanian yang belum tertandingi." -papa

(kalau nanti ada yang bisa bertahan di sisiku bahkan ketika aku jauh,
bersedia menerima segala beda dalam kepalaku
dan menantiku pulang ketika aku tak punya rumah
maka bolehkah ia kusebut pemberani papa?
walau tak bisa menandingi keberanianmu memeliharaku,)
jika nanti aku pergi bermain,
dengan satu dua pria berbeda
jangan remukkan hatimu
dan jangan tangisi pergiku

biarlah kamu tahu aku mencintaimu bahkan ketika aku bebas memilih
sebab ini bukan perusahaan.
aku percaya cinta tak perlu diusahakan ia datang begitu saja
mengamuk dan menerjang

(itu jawabanku ketika kau tanya mengapa begitu suka laut. ia tak diam walaupun bisa. ia dinamis. hasratnya tinggi, bergelora dan muda. namun, jauh di kedalamannya ada bagian dingin yang bahkan tak sanggup direngkuh sinar matahari. bisu jauh dan mematikan. apapun kapalnya, jika sampai pada bagian ini, tinggal kenangan.)

Senin, 11 November 2013

jiwa kita begitu kurus seperti anak-anak di papua barat. tapi kepala kita buncit oleh pertanyaan yang memakan habis semua nutrisi untuk jiwa. kita manusia yang sekarat. sebentar lagi mati tanpa satu pun nikmat dunia pernah benar dikecap. berusaha mati dengan banyak raga hilang. berharap surga dan kesempurnaan menanti.
sudah hidup sekarat. mati pun menderita. sungguh aneh cara kita berlomba-lomba menuai kebajikan dengan berusaha jadi bajingan tengik pemakan bahagia. sungguh aneh cara kita mati, dengan percaya telah berbuat yang terbaik bagi Tuhan dengan membunuh manusia lain. sungguh aneh cara saya menulis, tak ada indah tak bermakna.

mungkin saya terlalu cinta hidup? hingga bagi saya, mati adalah satu-satunya mimpi buruk ketika mata lelap.

bed and pillow 2

"carilah maka kamu akan menemukan."

kepala saya diputar ke beberapa tahun silam, ketika saya dibaptis kedua kali secara kristen. ketika itu saya mengerti dan mau. berbeda dengan yang pertama, saya dibaptis atas dasar kemauan orang tua dan keluarga besar saya. maka dalam tubuh saya, saya katolik sekaligus kristen protestan. saya pikir apalah bedanya menjadi seorang katolik dan seorang kristen?

"jangan salahkan gereja, salahkan manusianya." kata katolik yang budiman itu.

saya tidak sedang menyalahkan apapun dan siapa pun. saya menyayangkan perbedaan yang tercipta justru bukan untuk menjadi padu melainkan beda sama sekali.

saya akan berhenti di sini tentang beda kristen protestan (dan kristen jenis lain) dengan katolik (yang baru saya tahu tak lagi punya embel-embel kristen di depannya melainkan 'roma' di belakangnya). basi, panjang, bertele-tele, dan  tak penting. sama seperti meributkan warna laut, biru atau biru muda.

karena setiap kita dijanjikan untuk menemukan apa yang dicari, melihat apa yang ingin dilihat, dan mendengar apa yang ingin didengar maka sebenarnya tak ada kebenaran yang sejati. sebab, semua orang punya pengalaman yang tak mungkin sama dengan yang lain. jika ada yang sama, maka mereka menjelma satu komunitas. dan satu komunitas dengan komunitas lain kembali lagi membuat perbedaan. bertengkar lagi tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. pusing.

tugas adam yang pertama adalah menamai setiap ciptaan di taman firdaus. adam, nenek moyang manusia, dari awalnya telah ditugasi memberi nama untuk tiap unsur kehidupan. tidak heran saya, kalau sekarang manusia hobinya kasih label sana sini.
"oh dia kristen soalnya salibnya ga ada patungnya."
"oh dia katolik soalnya bawa puji syukur."
"oh dia hindu soalnya tinggal di bali"
"oh dia islam soalnya pakai sarung."

semacam apa ya, pengkotak-kotakan. bhineka tunggal ika itu bohong. itu slogan paling utopis. manusia itu sukanya cari teman, teman yang sama kayak dirinya sendiri. yang beda, dinamai sendiri. belum tentu dimusuhin, tapi dilabeli 'beda'. tidak usah mencemooh saya karena bilang begini, saya juga suka begitu. tidak usah tersinggung kalau ada yang tanya "agamamu apa?" itu lumrah, wajar, dan sama sekali bukan cari gara-gara. memang sudah sifat dan tugas utama kita untuk bikin nama buat orang lain. yang penting mau mengakui, sudah.

pertanyaan saya?

apa kamu mau terus maksa kepercayaanmu untuk dipercaya orang lain? sudahlah. setiap manusia memang ditakdirkan untuk mencari, ketemunya beda-beda. mudah-mudahan semua menemukan surga bagi dirinya masing-masing. kalau surga mereka berbeda dengan surgamu, jangan dipusingkan. bukan egois, tapi saya rasa kalau semua merasa bertanggung jawab untuk maksain umat manusia masuk ke surgamu, apa terus dunia jadi damai?

ada tertulis:
datanglah kerajaanMu di bumi seperti di dalam Surga

ya, jelas. itu buat kamu pegang teguh. bahwa hidup yang semu dan fana ini juga harus diusahakan sebaik-baiknya. apa gunanya kamu diciptakan di dunia kalau cuma untuk numpang lewat lalu kembali lagi ke neraka? hidup yang semu dan fana ini tempatnya manusia mencari dan menemukan. jangan dipaksa, kamu bukan tuhan. nyaris pun tidak. hahaha

untuk orang Katolik yang budiman, saya mungkin telah berbohong semalam. tentang keimanan dan perilaku baik saya. saya bejat dan rusak moralnya (kalau orang Timur yang lihat). saya makan babi, minum bir, bercumbu, dan gemar berdosa. jadi, yang semalam itu hanya teori kehidupan yang baik yang saya percaya. praktiknya, belum tentu sama. tidak apa ya. setidaknya, saya berusaha jujur kalau saya sudah tidak lagi pegang tradisi katolik. saya tidak percaya berdoa pada santo santa. saya tidak lagi percaya berdoa dengan tepuk tangan ala kristen protestan. tidak lagi bersenandung lagu rohani.

(tuhan, saya kecewa. besar-besar bulir kekecewaan yang mengalir bersama darah dalam tubuh. pahit rasanya mengingat janjimu. dan luka itu belum juga kau sembuhkan. tuhan, saya kecewa. dan untuk sementara waktu, entah kapan, saya pasti akan berdiri bersebrangan denganmu. tuhan, tolong saya. bantu saya untuk tahu bahwa hidup memang mosaik yang tak pernah sempurna. saya mencariMu tuhan dalam setiap tangis kebencian pada mereka yang mengolok-olok. saya mencariMu tuhan dalam setiap ketidakpercayaan saya. saya mencari dan menunggu untuk menemukan/... [ditemukan]).

bed and pillow talk 1

"pada akhirnya, setiap kita harus berusaha jujur. tentang kejujuran itu adalah satu-satunya yang paling hakiki dimiliki semua manusia. tanpa adanya usaha untuk mewujudkan kehakikian manusia, sebenarnya kita telah mati. dan lama sebelum kita mati, kita menderita dalam tipuan, muslihat, topeng, dan yang terbesar kemunafikan." 
saya

(semalam)
seorang katolik budiman mengajak saya novena maria. saya menolak halus. kata saya "biarlah saya berdoa sendiri malam ini". padahal sejujur-jujurnya saya sudah lama sekali tidak duduk untuk berdoa apalagi sendiri berdoa. saya berdoa ketika ada yang berulangtahun, itu pun saya tak tahu saya berucap doa apa. saya berdoa ketika keluarga saya mengajak berdoa malam, atau ketika hendak pergi, atau hal-hal spesial lainnya, saya berdoa. mengucap beberapa baris permohonan dengan banyak kata 'Tuhan' di sela-selanya. saya berdoa seperti itu. oleh karena itu, ketika seorang mengajak saya berdoa novena Maria, saya harus berbohong untuk mulai jujur. saya menolak, itu kejujuran karena saya memang tidak mau berdoa novena Maria. saya bohong ketika saya utarakan alasan ingin berdoa sendiri.

(lalu kami duduk, saya baring dan ia duduk menghadap saya bertanya-tanya)
"baru kali ini ada orang menolak ketika diajak berdoa bersama"

kita, kau dan saya, berbeda. itulah mengapa saya membiarkanmu berdoa sendiri dan saya sendiri. bukan menolak. membebaskan. namun, katolik budiman ini tetap bersikeras menginterograsi saya. mungkin jiwanya yang spiritual tak mau memahami penolakan saya. mungkin jiwanya yang terlalu katolik, tersinggung. saya tak mau berdoa pada Maria.

(singkatnya...)
"kamu atheis sekarang?"

saya tergelak, guling-guling di tempat tidur karena pertanyaannya. sebenarnya saya mau bilang, kalau iya kenapa. tapi itu namanya bohong. saya percaya Tuhan dan bagi saya cerita di Alkitab masih jadi pedoman hidup. jadi kalau saya bilang atheis, selain memicu konflik dengan orang katolik budiman ini, itu juga akan memicu konflik dengan diri saya sendiri.

"tidak. hanya saja, saya punya cara sendiri untuk berdoa"
yaitu dengan tidak berdoa, tidak ke gereja, dan tidak lagi pusing soal Alkitab. ya, itu kejujurannya. kejujuran praktis. tapi dalam kepala saya, prosesnya berbeda. maka yang keluar,

"saya punya cara sendiri karena saya hidup di keluarga dengan banyak cara berdoa. ayah saya berdoa dengan berlutut, melakukan tanda salib, terpejam, dan khidmat mengikuti doa-doa di buku Gereja. ibu saya lain lagi, ia berdiri, bertepuk tangan, berteriak-teriak, membaca Alkitab keras-keras, dan terkadang sama sekali tak punya jadwal acara beribadah. jadi, saya, sebagai anak, harus pilih cara yang mana? saya pilih cara saya sendiri. tidak katolik, tidak protestan, tidak karismatik, tidak."

(dan kalau setelah perdebatan semalam, keimanan saya berkurang, maka terkutuklah otak saya yang membiarkan mulut saya berbicara indah tentang perbedaan. )

Sabtu, 09 November 2013

Maka berkirimkirim dukalah kami melewati malam
Jejak yang tak sama lagi, pelan hilang.

(Dalam gelap tak ada jalan)

Sesekali aku datang melamun dan mengadu pada rembulan
Sejauh itukah jalan yang kita tempuh hingga tak ada lagi hasrat? Ke mana perginya rindu yang selalu ada dibungkusnya rapi untukku? Oh, dimakan belalang rupanya. Pada musim kemarau, ketika daun semua meranggas.
(Karena tak ada daun, digerogotinya rindumu yang ranum)

Selasa, 29 Oktober 2013

One girl

A little girl named lisa
Sat between trees and listen to nothing. The universe try to sing a lullaby so she can rest. "O, thats ok. You dont need to try anything." She continued "Some parts of me already gone and whats left here is something that can not sleep"

A little girl named lisa
Is a very old human being inside

Jam empat pagi, bicara apa?

Aku sempat ragu, yang mana yang nyata:
Mimpiku atau tanganmu yang meraihku?
Raguku tak perlu kau jawab. Keduanya dari sumber yang satu, bermuara ke lain arah. Aku harusnya tak perlu bertanya. Biar saja ragu yang ini jadi koleksi. Seperti juga lirik yang dinyanyikan, biaf jadi lagu.

Rabu, 23 Oktober 2013

Untuk itu saya rela dicetak jadi pengkaji

Perayaan ini menanti kamu. Sebab tulisantulisanku cuma akan jadi deretan huruf dan kosong tanpa pembacanya. Kebahagiaanku ketika melahirkan mereka  tak sebanding dengan melihatmu melahirkan pendapat atas apa yang kubuat. Percayalah, tidak semua harus menulis. Memang harus ada yang pintarpintar membaca dan tekun mendengar. Sebab ketika semua orang berlomba menjadikan kata mata pencahariannya, siapa lagi yang bisa dengan ikhlas mengapresiasinya?

Selasa, 22 Oktober 2013

ibadah zamanku terutama ditujukan pada yang mati, yang tak hidup-tapi dianggap hidup, dan tak pernah hidup. maka seperti sebelumnya kubilang, aku hidup di generasi zombi. yang oleh karena nikmat begitu besar, kami diam-diam berharap mati muda. berharap dalam mati, kami temukan hidup yang sebenar-benarnya. sebesar-besarnya.


(kadang hidup dan mati dibuat berlebihan. dalam puisi dan deklamasinya, mereka diungkapkan dengan dramatis.)

Kamis, 19 September 2013

harusnya kamu tak kutunggu sambil terpejam. semesta masih cemburu dan malam, ia makin sadis, mengubah segalanya jadi tragedi. aku kelewatan kau yang menjemput. kita tak jadi bercinta. aku gigit jari, padahal tak berkuku. sisanya bau anyir masuk ke hidung dan rasa tawar di lidah.
while you are sleeping
the world turned upside down
you missed the satisfaction of being human

you lost your humanity while you sleep
kopiku dingin dihirup malam
nafasku pekat bau nikotin
sementara rasa rinduku bertanya-tanya di udara
adakah akan ku pergi tidur?

Jumat, 13 September 2013

Ludah rasa air mata
Terlalu tawar?

Kamis, 12 September 2013

kalau kebetulan tanganmu bikin kamu tersesat dan masuk ke sini?
jangan panik!
sekalipun di sini terkesan gaduh dan isunya simpang siur,
di sini lebih aman dari situs yang berkicau.
sebab tak ada tendensi di sini.
dan kamu netral.

bedakan dong

semprotan pembunuh nyamuk wangi lemon.
menurutku itu sadis. bikin merinding. dan indah di sisi lain.
bayangkan,
kau membunuh dengan dekorasi. anggaplah kau membunuh kawanmu dengan pisau berhiaskan bunga.
sekalipun semprotan itu hanya untuk nyamuk.

kau tahu kan,
membunuh nyamuk sekalipun  hanya nyamuk tetap membunuh?
tidak?
sadis! tanpa embel-embel indah.
tiga puluh dua ribu kali dilihat
terima kasih.
kalau nanti sampai lima puluh ribu,
mudah-mudahan ada jalan kita ketemu dalam media yang berbeda.

G

seperti gadis remaja yang dijodohkan dengan seorang bangsawan cerdas berperawakan baik adanya,
aku memunggungi Gustav
pria  yang sama sekali tak menggubris kehadiranku
padahal usia kami tua
dan aku bergaya layaknya bocah sedang jatuh cinta

Gustav masih banyak bicara dengan kawannya. musik masih mengalun, menyorak-nyorakan "tari tari tari, tarikan ini!" padaku. aku, perempuan terhormat dan pada zaman ini menari sendiri masih terlihat konyol, tak mampu melakukan apapun untuk menyambut musik itu. aku berharap pembicaraan Gustav dan kawannya akan segera berhenti, sebab kerongkongan mereka kering atau... ia juga mendengar panggilan yang sama. lalu langsung mengambil tanganku yang kusimpan rapi di sisi tubuhku, di balik dirinya. dan kami menari. supaya musik yang congkak meledekku itu berhenti dan akhirnya tertunduk malu mengiringi kami.

namun, konyol sungguh konyol. aku malah tersipu-sipu malu menyembunyikan wajah darinya. sambil sesekali memegangi dada untuk mencegah jantungku melompat keluar dari tempatnya tiap kudengar tawa atau tarikan nafasnya.

"ya, memang. kondisi takkan bisa lebih buruk. dan di sana itu, aku ditempatkan. mungkin dalam dua atau tiga hari aku akan segera berangkat."

Gustav akan pergi?

"segeralah pergi. mereka membutuhkanmu. paling tidak kurangilah keburukan di sana."

kawannya menyemangati. tidak, jangan. tidak boleh dia pergi, Bodoh! dia belum melihat wajahku. dan sampai detik ini pun aku yakin, ia masih belum mendengar panggilan musik untuk menari denganku.


apakah gadis belia yang buta jamahan lelaki seperti ini? perasaan konyol ini? ketotolan ini? ketakutan? kalau ya, ya Tuhan, telah berapa banyak hati mereka dilukai. aku berkeringat dingin. mungkin sekarang wajahku hampir sama warnanya dengan sarung tangan yang kupakai. mungkin sebentar lagi, aku mengotori lantai dengan kegugupan ini. dan sedihnya, di balik tubuhku, Gustav dan kawannya begitu bersemangat dengan rasa patah hatiku ditinggalkannya.

"nona..."
ada rasa kantuk yang kuseka
dan lelah yang tertunda
dalam sebuah lamunan

menurutku,
melamun bukan tindakan pasif
selama disertai bisikan
bahwa suatu hari kekosongan ini akan terisi
dan kau tak perlu tahu apa

untuk sekarang.

Kamis, 05 September 2013

tengok dulu

pencuripencuri datang di siang hari
dengan pakaian rapi dan wajah bersahabat, mereka jabat tanganmu
satu-satu menghadiahkan pujian
dan mereka mulai bicara panjang lebar
perlahan kau terbuai dengan cerita mereka
sebagai orang yang bermimpi,
apa yang mereka tawarkan adalah mimpi yang selalu tak bisa kau tolak
pikiranmu penuh dengan banyak kemungkinan meraih mimpi
hingga pada saat kau menyetujui mereka membantumu meraih mimpi
di saat itulah pencuripencuri jahanam membuka kedoknya
mereka rampas dan boyong semua yang kau punya
sebelum kau sadar bahwa kau baru saja jadi korban


pencuripencuri itu datang sebagai teman
teman yang sangat baik
teman yang sangat...

kukatakan lagi,
mereka datang di siang hari
saat matahari mampu menyilaukan matamu
dari sinar mata mereka yang mengingini kepunyaanmu
Tiap kali kutemukan kertas kosong untuk menulis, satu persatu kata dalam kepalaku kabur. Jadilah aku gelisah mencari-cari di mana mereka. Dan seperti semua orang yang diserang panik, aku melakukan gerakan impulsif yang intens. Sampai suatu hari kuku yang biasa kugigit berasa anyir. Saat itulah aku sadar, ide bisa begitu membahayakan manusia.
Tiap kali kutemukan kertas kosong untuk menulis, satu persatu kata dalam kepalaku kabur. Jadilah aku gelisah mencari-cari di mana mereka. Dan seperti semua orang yang diserang panik, aku melakukan gerakan impulsif yang intens. Sampai suatu hari kuku yang biasa kugigit berasa anyir. Saat itulah aku sadar, ide bisa begitu membahayakan manusia.

Siti berkumis.

Tadi siang kau pulang dengan muka dilipatlipat. Tanganmu keras menahan marah. Kutanya kenapa, kau melengos. Ketika aku sedang tak sengaja masuk kamar mandimu, ada jawaban yang kucari. Kutemukan ia bertengger manis di kamar mandimu, di dalam rak tempat kau simpan perkakas mandi. Sepotong kumis palsu. Ruparupanya tadi pagi saat ke pasar kau lupa memasang sepotong kumismu, hingga semua yang di sana bersahutsahutan menawar dagangan dengan memanggilmu,

"Ayo mbak, tomatnya segar segar. Baru datang segar. Kolnya, wortel. Mba ayo mbak!"

"Mba manis pake baju biru, jangan cemberut, mampir dulu lihat ikannya. Atau daging, daging abang mantap punya!" 

Dan kau marah.
Saat yang lain berusaha keras menahan laju pertumbuhan rambut di muka, kau memalsukannya. Katamu saat kutanya,

"Aku tidak suka orang memandangku lemah. Kota ini jahat terhadapku."
Katamu sambil mengibaskan rambut dan  mengangkat kedua buah dadamu yang penuh. Menjauh.

Juru Kunci Makam

Ada sebenarnya dalam lubuk hatiku yang terdalam rasa kasih bercampur iba untukmu, Pter. Walau boleh kukatakan, lebih banyak iba ketimbang kasih, kadang aku benar ingin mampu memelukmu lagi. Setelah sekian tahun kau katakan maaf dan memutuskan menghilang dalam rasa sesal, aku masih sesekali mengintip wajahmu melalui lubang kunci memoriku. Tak tahulah mengapa kebiasaan mengintip itu suka datang. Mungkin saja karena musim dingin tahun ini terlalu panjang. Madu dan coklat panas tak mampu melelehkan rasa dingin yang terus menerus ada. Selimutku yang lama sudah terlampau tipis. Hingga kadang, aku mengintipmu untuk menemukan sendiri rasa hangat yang ganjil.

Kau tahu aku selalu suka kata "ganjil". Tergilagila bahkan. Tidak sepertimu yang gemar mengoleksi koin, aku memilih menyimpan gelang bekas rumah sakit tempat tetangga kita dulu, Nona Eiss, bekerja. Darinya aku bisa dapatkan lebih dari selusin gelang setiap hari pekan. Dan semuanya kujejer rapi di tembok ruang kerjamu. Kebiasaanku itu awalnya membuatmu kikuk. Katamu kau tak suka memperhatikan banyak nama di dinding. Rasanya seperti ruangan itu penuh sesak. Justru itu, Pter, di ruang kerjamu yang juga jadi tempatku menghabiskan waktu membaca, aku merasa nyaman ditemani oleh mereka yang asing itu. Tapi mereka orang sakit dan sebagian dari mereka, Tuhan tahu, mungkin telah mati! Bentakmu suatu kali ketika kau merinding setengah mati bekerja di ruang itu. 

Tapi kematian itu menenangkanku. Dan mereka yang sakit hingga nyaris mati, memberiku lebih banyak keyakinan tentang hidup. Mereka seolah ramai membicarakan kehidupan ketika kujejer seperti itu. Gelanggelang itu memberiku banyak nama dan banyak kesempatan merayakan hidup. Seperti kau sekarang Pter, aku sungguh berharap kau masih hidup. Walau bagiku, hidup atau mati dirimu tak lagi terlalu berbeda. Bagiku, segala yang telah hilang baiklah langsung dikuburkan. 
Dan kenangan ini, semua tentang yang ganjil ini, menghentikan rangsang untuk mengintip wajahmu dari balik lubang kunci, lagi.

Pter, malam ini dingin. Begitu juga pagi setelah ini kurasa. Musim panas masih jauh dari tiba. Tetapi aku bersumpah takkan lagi membicarakan kasih dan iba yang kadang membangun imaji tentangmu.


(Dan namanama ganjil yang asing di dinding membuatku cukup sibuk untuk berpikir hal lain selain pelukanmu yang dulu pernah begitu hangat)

Rabu, 04 September 2013

Padaku kau minta hidup,
Dan padanya kau minta dada yang membualbual air susu
Dengan imbalan pada kami yang kau pintapintai, cairan madumu
Sungguhlah aku tak tertarik. Mendapat dua porsi pun aku menolak.
Pter, kau dan segala pikiranmu yang bangga jadi lelaki, aku pikir itu payah.

Bahkan tanpamu,
Aku tetap merasa perempuan. Sebab apalah namanya kalau bukan itu. Bagimu dan mereka, akulah daging berlubang penghasil bayi dan susu. Kalian kanibal maniak.

Tokoh kecil

Aku melihat kemarahanmu yang bisu. Di antara tumpukan baju tempat kau sembunyikan mata untuk memandangnya. Kemarahan yang tak sampai di mulut. Kau bicarakan lewat mata.

Tak bisakah kau utarakan amarah itu? Pada kekasihmu? Apa ia tak cukup mendengar? Apa kau sudah bisu? Terlalu lama setia menahan sakit. Lupa bahwa sakitmu punya suara.


Gadis itu makin menderita dalam persembunyiannya. Ia benamkan kepalanya lebih dalam. Dari sudut matanya tempatku menangkap amarah, ia seka amarah yang tak pernah sampai jadi kata.

Pulang?
Lebih baik.
Bahaya itu kalau kepala riuh dan tak ada pintu terbuka untuk mendengar. Biarlah kepalamu penuh sesak, tapi masih rela menerima. Agar jangan kita terjebak pada keramaian yang berujung kosong. Gelas penuh terlalu lama tak lagi ada guna.

Selasa, 03 September 2013

Love is always in the air. (Suck it!)

ada yang menarik tentang mereka yang sedang berduadua. Kita yang tak ikut di dalamnya, bisa ikut pula senyumsenyum geli dan kadang tertawa mengikik kecil yang imut ketika gelora itu menghantam. Itu apa aku tak tahulah, mereka yang berduadua itu tentu yang paling paham.


Seperti misalnya, aku duduk di bangku penonton menyaksikan antoni matimatian lari demi mendapat cinta kekasihnya. Ketika larinya berbalas pelukan dan adegan diselimuti lampu merah dengan kedipan kuningan, ada rasa "aaah" panjang yang kita tahu itu apa dan darimana tapi sulit menjelaskannya kembali. Aku merasakan itu selalu di bangku penonton. Rasa bahagia mereka menular. Katakata cinta palsu yang mereka hapal seperti mengalir masuk ke dalam jiwaku dan merangsang otak untuk menstimulus syarafku yang lain.


Magnit di antara dua yang sedang berduaduaan sangat kuat. Jika anda sendiri dan tengah menyaksikan itu, ingatlah yang aku katakan. Tak perlu segan ikut tersenyum, sebab mungkin kita tak perlu benar menemukan lelaki/perempuan idaman untuk dapat jatuh cinta. Kadang, mereka yang mampu mengalirkan getargetar gelora kalbu itu tengah berbagi pada anda yang sedang sendiri. 

Coba senyum, dong

Minggu, 01 September 2013

maafin

GAK USAH NGOMONGIN PLURALISME DEPAN SAYA.

makan aja biji kedondong
atau biji salak
atau biji-bijian lain
biar lama-lama anusmu mampet
dan mulai bicara lewat mulut
bukan pantat!

kalau kamu tahu maksudku

ya, saya bilang, harusnya orang yang mau menikah itu jangan lagi gandengan. harusnya mereka sudah siap lari. untuk dua orang, dunia terlalu sempit. mereka tak boleh serakah berlama di suatu tempat. kasihan yang muda dan sendiri. mereka harus segera lari. dan cincin, terlalu lemah untuk jadi simbol lari. mereka harusnya memilih ****** ****.
setiap manusia yang hari ini berusaha ikut-ikut menggambar hidupku, aku mau bilang:

"pergi dan lakukanlah apa yang kau rasa baik,
tapi lakukan itu dengan hidupmu sendiri.
sebab Tuhan sudah kasih kita semua masing-masing satu.
jangan kau ambil milikku.
jangan kau coba-coba ambil milikku."

bagiku tiada yang lebih kodrati selain hidup.
apapun kelamin yang menempel
apapun nama yang diberi
sebab sekarang semua dapat direkayasa,
kecuali satu
hak untuk hidup dan menghidupinya
andai aku dilahirkan seekor elang
alam sudah pasti memaksaku dewasa kini
sayang,
aku dilahirkan manusia
yang apa-apa terikat rasa
hingga dewasa masih terlalu tabu untuk diartikan

Kamis, 29 Agustus 2013

tiga tahun sudah 
saya buang-buang waktu menyelesaikan kuliah tiap semester
tiga tahun
berarti ada tiga puluh enam bulan 
dan tidak ada satu detik pun mendekatkan saya pada apa yang benar-benar saya perlu

"mengerti"

Rabu, 21 Agustus 2013

Anugerah

Ternyata di negeri yang menjunjung pluralisme,
Tuhan justru mati.
Sebab tubuhNya diletakan di etalase
Dan sabdaNya berubah jadi tagline.
Sungguh Tuhan di sini kita samakan dengan daging,
Tiap hari raya hargaNya melambung tinggi.
Sesudah itu tergantung permintaan pasar

Selasa, 20 Agustus 2013

Kau terlihat lebih indah dari atas sini

Apakah kamu sungguh berharap aku mengerti. Oh, Pter. Kuberikan kau ruang untuk datang bersujud di bawah kakiku, tidak, lebih rendah lagi. Dengan pakaianmu yang bau najis dan kepalamu yang nyaris kehilangan daya rekatnya dengan leher, kau sungguh berharap aku memberimu pengampunan di bawah sana.
Tidak, Pter sayangku berbau pepermin madu,tidak. Aku hanya tiba-tiba ingin melihat penderitaanmu. Sebab minggu ini hariku terasa berat. Pekerjaan menumpuk dan banyak pesta yang lewat. Aku bosan bukan main. Tak ada sama sekali alasan untuk tersenyum. Maka kuundang kau untuk main sandiwara di sana, di tempat yang lebih rendah dari telapak kakiku. 
Entahlah. Ada sedikit penghiburan di tiap tangismy yang sebenarnya sudah basi itu. Kata-kata rengek itu seperti lelucon bagus bagi orang yang mengalami pekan jahanam.

Oh, Pter. Terima kasih. Atas penderitaanmu, kuucapkan banyak terima kasih. Rasanya itu satu-satunya hadiahmu bagiku selama kita berkasih-kasih. 

Senin, 19 Agustus 2013

telah kukatakan padanya,
jangan lagi kenakan seragam itu. 
rasanya firasatku kali ini benar. sekalipun ia tak sedang bertugas, seragam itu terasa petaka di sekitarku. 
sudah copot dan kenakan yang lain
ia malah bangga tubuhnya dibalut satu setelan lengkap yang akan menyamarkan ia dalam barisan
katanya aku harus terus bersatu dengannya biar mati sekalipun

dan benar
setelah ia keluar
tak pernah lagi kulihat ia melucuti seragamnya
dengan gagah dan teguh hati,
ia mata dalam seragamnya.

atau bolehlah kukatakan,
sesuai firasatku sedari awal,
ia mati dibunuh seragamnya.
penembak itu mungkin tak menginginkannya,
hanya ingin melihat setelan coklat kelam itu berubah jadi kanvas berdarah
sudah tujuh belas kali kutinggalkan panggilan tak terjawab di layar telepon genggammu, dengan harapan kau melihatnya dengan panik. tubuhmu yang lengket berbau hasratnya itu akan berubah seketika jadi ciut seperti nyalimu berterus terang padaku. tujuh belas kali kupanggil-panggil kau lewat telepon, dan tak kau gubris. mustinya kau malu saat duduk mengangkanginya dengan layar telepon genggam yang meraung-raung memanggil namamu. aku harapkan kau berjalan keluar dari kamar itu dengan kepala tertunduk sampai ke tanah dan nyawa yang tinggal sebaris, siap sepak.

kau sudah tak kunanti dengan kemarahan. marahku reda saat telepon yang ke-tujuhbelas kali itu masih saja kau indahkan. tak ada lagi marah. sebab tak ada lagi nanti. aku telah menghancurkan separuh penantianku bersama telepon yang kulempar ke luar jendela. maaf tuan jika itu mengenai kepala anda yang tanpa dosa melintas di bawah apartemenku. tak ada lagi tindakan yang rasanya pas untuk menenangkan diriku.

aku tahu, tahu betul ke mana malam-malam berharga kita kau buang. cerdiknya kau, mereka tak kau letakan berbaring bersama sampah dari dapur. kau buang mereka bersama cairan manimu yang kau tembakan di sembarang lubang. sedang aku berharap waktu kita belum benar-benar rusak. telepon itu kuhancurkan sekalian tadi, biar ikut jadi sampah. sebab itulah satu-satunya bukti aku masih berusaha mendapatkan waktu kita, yang kau buang seperti tak ada lagi artinya.

ah, sungguh berat keluhku ini pasti bagi otakmu yang telah menggelinding menuju celah selangkanganmu. kukatakan saja, tak baik taruh otak di sana. sudah punyamu itu dari kecil, ditambah lagi penghuninya, makin sempitlah ruang geraknya. makin bodohlah kau.

 oh, betapa kuharap anjing memakan tubuhmu di perjalanan pulang nanti. sebab bau persenggamaanmu sama seperti bau sisa-sisa makanan. memualkan bagiku, menggiurkan bagi anjing gelandangan. atau mereka akan memakan tubuhmu karena kau mirip orang bodoh. itu saja. anjing pintar. mereka benci orang bodoh. mudah-mudahan kebencian mereka sebesar kebodohanmu. oh, Pter. biarkan aku tertawa sejenak membayangkan tubuhmu jadi rebutan moncong mereka yang kering.
yang paling hebat yang menurutku hanya dimiliki oleh para orangtua adalah

kesediannya beranak pinak,
setelah ia tahu bagaimana menyebalkannya jadi anak
dan mengesalkannya orangtua mereka
sungguh,
suatu kehidupan tanpa pengharapan
mati sudah reinkarnasi,
yang ada hanya rotasi.
naik turun gunung kami diburu. demi pantai dan buihnya, kami masih jadi buruan. setelah matahari tenggelam dan bulan muncul cepat-cepat, mereka makin memburu. buru-buru, BURUAN!

Minggu, 18 Agustus 2013

biar kita jadi dewasa oleh waktu
menantang matahari di timur
dan berjuang sampai ia kembali ke barat
sudah tua jiwa kita
dan lelah layu semangat
tapi biar kita jadi dewasa,
berjalan sendiri dalam malam
berani
adalah satu-satunya selimut
dan tetaplah muda hatimu.

bungaku yang manis, bel telah berbunyi. mekar dong!

tetaplah menggebu-gebu dalam bermusik. kalian bagus seada-adanya!
dan tetaplah bernyanyi dengan jiwa yang melayang-layang dalam ruang pertunjukan,
kalian tunjukan musik bagus itu,
biar yang suka mendayu-dayu malu
dan tobat.

sampai jumpa

(patah hatiku jadi dua pamitan dengan band ini. tapi kalian tetap akan jaya dengan siapapun temannya nanti)

Kamis, 15 Agustus 2013

Saree butuh lebih dari sekedar kemauan
ia butuh sedikit sentuhan keajaiban
dan di mana ia harus temukan itu?
di antara air mata yang jatuh saat kemauan menemui jalan buntu

prostituwords

kamu menulis seperti melacuh, ih...
begitu banyak kata
kata indah yang dipoles biar makin menarik
tujuannya memanja mata
membuat seseorang orgasme hingga lupa diri

kamu menulis seperti melacur deh
terlalu banyak kata
tanpa ada satu pun maksud
siapa yang keluar kamar dini hari, menyalakan tv keras-keras, sambil mengunyah kerupuk?

orang yang pikirannya ramai
dan butuh menenangkannya.

(harusnya kau paku saja otakmu biar tak saling menggertak)
ayah, aku ingin lemari baru.
bukuku membeludak keluar
pakaianku berhamburan seperti remah di lantai

buatkan aku satu
yang terbuat dari kayu
kali ini berwarna ungu

kalau tak ada uang untuk lemari baru,
boleh pasangkan rak di dinding kamarku
aku lebih suka bukuku rapi
lebih butuh mereka dari pakaian yang banyaknya seperti remahan

mimpi buruk!

kenyataan yang saya temukan malam ini:

"betapa kecilnya saya di dunia ini"

dan kenyataan itu sungguh menyebalkan. ketika saya pikir, perjuangan menaklukan tempat ini sungguh melelahkan. kini, saya sudah besar dan bersinar. tetapi, saya tetap tidak menemukan tepian untuk berhenti. ternyata tempat ini berada di tempat yang lebih besar lagi. saya puas, saya mati. saya tak puas, tetap bisa mati. caranya bertahan hidup? taklukan lagi wilayah yang lebih besar. setelah takluk dan belum juga melihat garis tepi, taklukan lagi. terus begitu sampai akhirnya ombak menggendong ke tepian. berbaring selamanya di pasir.

(sialan. mengapa begitu besar dunia untuk dijelajahi?)
terlalu banyak mimpi untuk dipilih. terlalu kecil tangan untuk merengkuh

Selasa, 13 Agustus 2013

kapan kita berenang?
saya ingin kamu mencicip teritori saya
seperti juga saya telah mencicip gunung dan lembah
ibu itu berdiri di pinggir pagar yang melindungi balkonnya
mata menatap pada jalanan malam yang ramai
dan mata yang sama berkaca-kaca

"betapa cepat kendaraan-kendaraan itu hilir mudik, sekalipun mereka berpenumpang. aku? berpenumpang dan tak pernah pergi."

keluhnya,
keluh setiap perempuan seperti itu.
kamu boleh beli diriku
berapa uangmu

aku budak terburuk yang tak takut mati

(kapan hari ini bisa datang?)

intel negara bawah tanah

tidak semua, tidak, kata yang saya ucapkan pernah benar saya rasakan. saya justru menulisnya supaya kamu yang membaca bisa bilang pada saya seperti apa rasanya.
jadi, saya sudah siap mendengar. bisa kamu ceritakan sekarang?
mengapa kau pukul anakku hingga kepalanya pecah jadi dua?
seorang ayah harusnya tak mengalami duka seberat ini,
melihat anaknya mati lebih dulu
setelah ayahnya meninggal dunia.
dua kali ditinggal pergi sama dengan satu kali mati tak terampuni.

kapan sih kamu pulang?
aku lelah nih bicara dengan orang asing
yang bahkan tak berbicara sama sekali
tidak padaku
tidak padanya
kekasihku pamit pergi sebentar. duduklah aku sendiri di kedai donat. minum coklat panas yang dingin. coklat panas dingin itu habis, kuganti mineral gelas dari rumah. perutku kosong otakku penuh. jadilah duniaku sekarang berputar tak seimbang. pulanglah sayang, aku butuh penyeimbang yang tepat. yang kompeten untuk menenangkan.

maka kucari pelarian. kujelajahi tiap laman milik teman yang pandai sekali menyembunyikan dirinya. entah aku beruntung atau tidak, dudukku yang sendiri kali ini penuh kata. mereka cerita soal kekasihnya masing-masing. dan entah kebetulan atau tidak. dua-duanya meneriakan rindu.

pasangan kekasih mana di dunia ini yang mulutnya tak penuh dengan rindu walau sebenarnya hatinya penuh?
dua perempuan berpotongan rambut sama. bertubuh sama walau dengan tinggi berbeda. berkelakuan sama. bercangkang lunak dan isi batu. mencinta lelaki yang berbeda dengan perbedaan yang sama. mereka mencinta ayah mereka. yang ditemukan lewat mata mereka yang pakai kacamata. mereka melihat laki-laki bukan sekadar pacar.

semoga ketika mereka sudah bisa tidak pakai kacamata, mereka tetap melihat cinta pada kekasih mereka. aku harap kacamata itu mengatakan yang benar mereka rasakan. atau biar saja mereka terus pakai kacamata. kota toh sudah terlalu berdebu, takut nanti mata mereka iritasi.
"Sepatu besar kesukaanku sudah dibeli orang.
Sepatu yang ukurannya pas denganku, tapi tidak kusukai itu, justru masih setia.
Hahaha." Jo

jo, banyak-banyaklah ketawa. dukamu abadi kata sapardi. tapi duka memendekan umur, dan semua abadi saat menjelma tiada. hiduplah. sebab dunia butuh sebuah duka dalam sandiwara. dan itu kamu!

Waktu Kereta Hampir Tiba di Depok

waktu itu kami berdua bergelantungan
di dalam kereta yang nyata menuju senja
oleh karena hari belum benar gelap, matahari masih sumber cahaya. sinarnya menerabas tubuh kami. tak sampai melukis siluet sebab kereta belum terlalu pekat. kami bergelantungan sambil menahan lelah.
temanku lalu meracau. mungkin karena lelah. mungkin karena bosan. aku bilang karena rindu.

"mencintai dua orang di dua dunia yang berbeda, sulit."

wajahnya sungguh lelah. sorot matanya redup. dan tubuhnya bagai batang kayu yang menempel pada udara. siap rubuh kapan pun.

"sulitnya bukan saja pada pertemuan. apalagi pertemuan fisik. aku mungkin tak butuh itu. sebab, apalah artinya fisik bagiku yang hidup dalam konsep. kesulitan terbesarku saat mencintai mereka adalah membedakan siapa yang mana dan mana yang siapa. kau tahu. seperti memiliki anak kembar dengan saudara kembar siam. pernah kau bayangkan?"

demi dewa langit yang baik hati juga perkasa, aku tidak akan mau dan pernah membayangkan kondisi itu!

"mana yang nyata dan ilusi. mana yang..."

ia berhenti dan kali ini aku ragu apakah jiwanya masih ada dalam tubuh atau ia telah pergi mengunjungi kekasih di dunia lain itu...

"mana yang benar kekasihmu. jangan-jangan, aku menaruh cinta pada tempat yang salah. yang nyata dan hidup di sini, aku letakan sebagai bayangan. sedang ia yang satu lagi, yang kupuja lewat kata dan pikiran, kubiarkan menguasaiku di sini. padahal... ia hanya ilusi."


*peluklah siapa pun dia yang kau puja itu. sekalipun aku tahu, bapak-bapak itu semu bagimu*

madam mikmak menangis

rasanya sih pernah ada kucatat tentang kehidupan sebelum kujalani. artinya, prediksi tentang masa depan. yang ternyata sekarang kutahu, semua orang sudah tahu. hanya pada umur aku menuliskannya, belum banyak yang tahu. dan kadang kupikir itu hebat juga.
ahli terawang di usia tertentu.
mungkin, jika peramal atau ahli terawang sekarang pergi ke suatu tempat yang berisi manusia panjang usia (dan hampir tak pernah mati), mereka akan malu sendiri. sebabnya? pengalaman yang mereka tulis tentang masa depan, bagi manusia di daerah itu sudah sangat umum diketahui. jadi tak ada namanya itu "ramal". semua sudah maklum.
ahli terawang di usia tertentu. hanya laku pada waktu itu. lalu... mati. itu sebabnya mereka tak pernah tahu, bahwa dunia memang seperti itu.


*kalian hanya butuh lebih dewasa dari usia. lebih tua dari peradaban. lalu semua bukan misteri*
apakah kalian bosan mendengar cerita saya?

tolonglah lebih mengerti, saya selalu sendirian. dan hanya di sini saya bisa merasa "saya tak sendiri"

bahkan keluhku ini bukan milikmu

dua pria duduk di bawah saya. tidak benar-benar ada di bawah tubuh saya, tapi setingkat lebih rendah dari saya. sangat rendah sampai saya dapat melihat begitu dekat. seolah kami duduk bersebelahan dan saya bagian dari mereka. tapi bukan. saya hanya sendiri, duduk ditemani dua cangkir kopi yang satunya telah habis lebih dulu. mereka tertawa dan saya senang walau saya bukan bagian mereka. tapi, mereka begitu dekat hingga saya merasa tawa mereka pun milik saya. saya tersenyum. dan merasa tidak berhak berkomentar.

tidakkah kamu tahu, betapa dekatnya mereka dengan hidupmu. hingga kadang nafas mereka dapat kau rasakan menyentuh kulitmu. begitu dekatnya hingga kerut di dahi mereka dapat kau hitung. dan tak peduli seberapa dekat kamu merasa, kamu ternyata tak benar-benar punya hak untuk ikut serta. mereka tertawa dan kamu tidak tahu kenapa itu lucu karena kamu bukan bagian mereka. kamu sedih dan mulai menangis, dan mereka tidak. mereka tak harus peduli. jelas. kamu bukan bagian mereka. walau kadang kamu pikir, ya, kamu bagian dari mereka. jarak, biar seinci, tetap jarak.

inilah yang tak kita sadari sekarang. yang kita lupakan sejak media sosial mencuri keintiman dengan dirimu.

"lagi pup ala anjing herder nih"
" i love you more, des"
...."kok des? kan ini tania?!"
"papa pulang aku laper. mama ga pulang. papa ga pulang. cyedih hxhxhx"

kalimat-kalimat di atas ternyata bukan ditemukan dalam sebuah percakapan langsung antar dua orang. dua orang yang ternyata tidak duduk menjadi satu bagian. kalimat itu justru dinikmati oleh jutaan mata yang rasanya tak kenal-kenal betul dengan orang yang mengucapkannya.

jadi, beginilah kita sekarang. duduk sendiri dan selalu merasa ramai. sebab dengan sebuah kotak di tangan, percakapan semua orang seolah menjadi milik kita. tiba-tiba kamu jadi bagian dari semua percakapan personal. tidak ada lagi jarak yang benar-benar nyata. semil pun takkan terasa berjarak. thanks to technology!

tapi ini bukan selembar dengan ucapan terima kasih dan kebanggan. ini adalah sebuah ratapan. saya merindukan adanya jarak itu. dan saya lebih rindu lagi dengan keadaan di mana orang tidak ikut campur (sembarangan) dengan apa yang saya ucapkan. interaksi memang perlu terjadi! saya setuju, tetapi tidak semua yang saya tertawakan orang harus komentari. kadang jarak se-inci itu saya cari susah payah dan hasilnya: saya telah terjebak dalam sarang laba-laba peradaban milenium menuju kiamat.

Senin, 12 Agustus 2013

Bisa saja

Anak kecil marah itu lucu.
Makanya mereka suka bikin anak kecil marah,
Lalu tertawa.
Dipikirnya anak kecil tak tahu.
Padahal diam-diam mereka menguliti kata 'kecilnya' dan diganti kulit baru
Ambisi.

Jangan kecewa, penyair memang pecinta tangguh

Mendidih nampaknya kemarahan sahabatku
Padahal dia cuma duduk di kursi dalam sebuah rumah
Tak sedang berinteraksi dengan siapapun
Tak juga sedang menanti apapun
Namun mukanya merah padam 
Saat dilihatnya gadis lain menanti-nanti kekasihnya,
Sedang ia hanya bisa bersabar dalam doa
Dalam-dalam dipandanginy layar seluler
Tempat ia dulu bersua kekasihnya
Tempat kekasihnya kini dinanti gadis lain

Minggu, 11 Agustus 2013

bulanku hilang ditelan gelap

jangan ikat lagi aku pada pagar
kau takkan menemui gadis malu-malu yang menunggu dipinang
siti nurbaya pasti menangis dari dalam halaman kuburnya
jika tahu, generasi kami masih merengek minta kawin.
suatu hari wajahku akan layu tertimbun tanah
dan tubuhku tak lagi memesona siapapun
tak tercatat lagi sejarah perempuan meninggal dengan cantiknya
maka
aku kan mencatat sendiri kisahku dengan keringat
dan menorehkan perjalanan ini di tiap kayu yang kutemui

Dying-Dream

mataku tertuju pada seberkas cahaya yang berkilauan di awal tahun mendatang
hatiku dimantapkan untuk menyambut apapun itu bahayanya
dan sekalipun realita menghisap energi,
aku bermimpi tetap terjaga
agar jangan ada lagi yang menghalau pandanganku
tak boleh lagi kulihat ragu di garis akhir
atau takut menyebrang lautan
aku kan mendayung perahuku walau tubuh tinggal airmata

Sabtu, 10 Agustus 2013

mengaduh sekencang-kencangnya. sebab tak banyak waktu lagi untuk mengeluh. sebelum nasib mengambil alih, kita tentukan jalan. biar kemudian semesta mengamuk. niat harus sudah terkumpul. biar banyak yang mencibir, mimpi tetap harus dikejar. jangan tunggu sampai terlambat, tak ada lagi sesudahnya. sesulit apapunn hatimu, biarkan kepala mengambil alih. ini hidup kita yang ceritakan, agar generasi tak makin buruk.

kau muncul lagi

di balik ilalang menguning
kulihat kau dan ayahmu duduk bercengkerama
dengan gitar yang dipegangnya
kau menyayikan lirik kesukaan kami
sebentar kau berbaring,
membiarkan matahari menyentuh tubuh itu
yang mungil kecoklatan
rambutmu menari-nari menambah indah wajahmu
lalu kau tanya,
kapan kita bertemu ibu
ayahmu merengkuhmu
membawamu lari menuju batas padang ilalang
ia mungkin tak tahu harus bilang apa
tak tahu harus mencari siapa
maka ia persembahkan kau pada semesta
dengan aku bersembunyi di balik bulan
untuk kamu yang datang ke dunia tanpa nama

biarkan aku memelukmu seperti angin di minggu pagi yang merengkuh ilalang kuning di padang
meletakan tanganku pada tubuhmu untuk kali pertama
dan menghantar hangat yang mengalir dari pembuluh darahku
biarkan kita jadi satu,
dagingmu dariku
dan darahku dalammu
berikan aku tangis itu yang menyeruak gembira menjawab doa
kamulah matahari kecil yang tersenyum melalui binar mata
menjadi poros kehidupan

biarlah aku membayangkanmu seperti itu
dan kamu tetap tinggal dalam benakku
walau tak semua baris puisi ini benar jadi nyata.

Selasa, 06 Agustus 2013

hidup kok penuh tantangannya. tapi kalo tidak ada tantangan, ya buat apa hidup. hidup itu katanya perjuangan. tapi kok yang gak pernah menang. memangnya lawan siapa? hidup kok tidak bisa habis bertanya. soalnya kalo tidak bertanya, katanya sesat di jalan. kebanyakan bertanya juga tidak membuat saya pulang ke rumah yang benar. bertanya membuat saya tiba di tempat tertentu, belum tentu pulang. tapi ya namanya hidup, selain perjuangan, dia juga toh petualangan. jadi, hiduplah!

klise yang bagus untuk ditonton sekalipun... klise. cinta lagi

bersabar
dan mengalah sekalipun tahu kamu benar
menghargai 
sekalipun rasa putus asa tiba lebih awal
bersabar kembali
karena pada akhirnya,
cinta menang

Celeste and Jesse Forever
kesakitan tentang perpisahan datang bukan setelah pergi
rasa sakit itu mendera justru sebelum pergi dan tahu bahwa jalan pulang yang lama,
hilang.

(emotions shit. eat the shit. you win)

Selasa, 30 Juli 2013

ini kan cuma kata?

racun bukan pembunuh yang paling luar biasa
atau pedang
atau panah
atau pistol
atau senapan
atau sebongkah kayu
atau besi
atau api
atau air
atau dingin
atau angin
atau badai
atau lava panas

otakmu
adalah pembunuh yang luar biasa
ia meracuni hati yang penuh cinta
ia menembus dagingmu
dan membuyarkan semangat
ia meninggalkan memar
dan biru di sekujur tubuh
ia menghanguskan
ia menenggelamkanmu tanpa kau sadari
ia membekukan pelukan
ia membawa pergi senyum tawa
ia meluluhlantakan harapan
dan mengubahnya menjadi batu beku

otakmu
otakku
otakNya
adalah senjata.
hati-hati berpikir sebelum berkata
hati-hati berkata sebelum itu benar jadi nyata
So if you're travelin' the north country fair
Where the winds hit heavy on the borderline
Remember me to one who lives there
She once was the true love of mine.


Dylan
and his mysterious way to sing a misery
salute.
Rah.

(kamu ingat jagoan saya yang ini? yang ini belum mati-mati)
kadang, 
dalam sebuah film atau buku atau cerita
kita belajar berharap

"mudah-mudahan jagoan saya menang"
"mudah-mudahan dia akhirnya menikah sama si anu"
"mudah-mudahan yang saya suka tidak mati-mati atau kalau mati, bisa bangkit lagi"

harapan membuat kita berjaga
harapan memunculkan niat untuk tetap hidup

(saya belajar banyak berharap dari film yang begitu banyak kematiannya)

so, someday they said.

kadang saya hanya ingin berkendara dengannya menuju tempat matahari tenggelam. duduk lama di titik tergelap. bercerita hal yang paling buruk yang pernah terjadi, sedang terjadi, dan mungkin akan terjadi. begitu banyak kejadian yang ingin saya bagi. begitu sempit waktu yang tersisa.
setelah lama duduk dalam gelap, kami akan cari tempat paling terang. yang dengan kegaduhannya menimbukan sinar-sinar ajaib lalu meneguk habis minuman dingin memabukan. berjalan lagi dengan kaki loyo menopang tubuh, tertawa sebentar di tengah jalan karena kehabisan akal akan bagaimana caranya kami pulang dengan berkendara, lalu berbaring untuk meringankan kepala yang terus berputar.
setelah habis gelap dan redup sinar, kami akan naik dan berkendara lagi. pulang.

sebenarnya dalam untaian panjang kata ini, saya hanya ingin pulang dengannya. kamu tahu, menuju tempat terakhir dan berbaring saja. menuju (.) tempat di mana kata berikut dimulai dan kata sebelumnya selesai.

Minggu, 28 Juli 2013

aku berdoa,
"janganlah ada sesal setelah ini. janganlah ada ragu sebelumnya. kita memang harus hidup. satu detik keputusan harus dibuat. setelahnya, lalu."

semoga kau tak menangis terlalu lama karena dingin di sana
aku menangis terlalu dalam sampai orang tak pernah tahu aku menangis.
pada waktunya nanti,
ketika Tuhan mengampuni rasa dingin hatiku yang membiarkanmu mati
aku akan peluk kau lagi dan memanggil namamu
walau kukatakan padanya
"buang"


pada saat aku mengerti dosa apa yang kurobek dari bungkusnya
akankah kutemui lagi, gelas teh kosong rasa kopi?
pada sebuah gelas kuhirup aroma kopi
dan kutengok
ternyata daun teh berbaring di dasar
kucicip ternyata hanya air

siapa kita untuk bisa menulis dunia
siapa kita sebenarnya untuk benar bisa melihat atau mendengar atau bicara

akankah aku punya satu kesempatan lagi menikmati gelas teh kosong rasa kopi?
atau aku kah itu yang kuteguk?
jika waktunya tiba
dan kau lihat kulitku menua
tak ada lagi nikmat untuk dilihat
maka
ingat aku sekarang sayang
yang muda dan bergairah
yang hilang dan penuh perjuangan
berpeluh dan bodoh

mungkin saat itu,
kau temukan alasan bertahan satu hari lagi.
i had some fun
sometimes
 but most of the time
 i got bored
 24 hrs and thousand month is a waste
   there will be a moment when you realized
    you are going nowhere
        but the beginning

Rabu, 10 Juli 2013

untuk anak perempuan yang masih mimpi akan punya suami tampan baik hati lucu penyayang sabar dan kaya raya,

kapan kamu mau berhenti jadi anak perempuan?
angka kelahiran anak semakin tinggi
dan kamu tetap mau menambah jumlah anak di negara sempit penduduk ini?
tolong,
kita butuh regenerasi.
laki-laki seperti itu tidak akan pernah bisa jadi suamimu
kalau kamu terus-terusan jadi anak perempuan.

ayo, sekarang lepas piyama
sunat angan-angan yang bikin malu
bekerja
nanti kalau kamu sudah kaya raya dengan sendirinya kamu cuma butuh satu manusia lagi yang dengan sederhana menyayangimu

BAH MACAM IBU-IBU SINIS AKU DI SINI! HIHI
saya ini penjaja mimpi di botol parfum. kamu bisa semprot dan pergi tidur. tapi tiap tidurmu, saya ambil. kamu mimpi, saya hidup. silakan...
"jangan marah kalau dibilang jelek. marah kalau dibilang bego. jelek mah selera. bego...hm maaf, mungkin mutlak. kayak kamu. ah..."
jangan salah sangka,
saya orangnya baik
walau darah gampang mendidih

jangan salah tangkap,
saya mungkin plangaplongo
tapi pisau selalu sembunyi di sela-sela jari
jadi kalau kamu lengah
saya membunuh dengan senyuman
setelah selesai bunuh diri,
setiap orang akan masuk ke rumahnya,
melepas pakaian jenazahnya
bersalin diri jadi dia
sambil bilang

"ah, 24 jam tidak pernah cukup"

padahal dia tak pernah melakukan apapun selama 24 jam selain bunuh diri
(dan kamu masih bisa marah-marah sama Tuhan karena bingung Dia sebenarnya ada apa engga? kamu semua waras.)

Senin, 08 Juli 2013

untuk tiap tetes keringat yang keluar saat kau menjagaku
terima kasih

dan setiap rindu yang harus disimpan karena tak cukup waktu,
kupeluk mereka mesra.
aku tahu tuan pun lelah
membaca wajahku yang tak surut dari keluh
setiap tuan datang bertamu
aku duduk sambil menghitung kalut
sampai waktu habis dan kita tak kunjung bercinta

aku pun lelah merasa masygul
memandang langit yang penuh burung bermigrasi
pindah dari sarangnya yang tak hangat lagi
rasanya aku perlu terbang
untuk sejenak lupa
ada sarang yang musti kurawat.

Sabtu, 29 Juni 2013

they don't talk about love

they actually make one.
film ini absurd. respon setelah lampu dinyalakan lagi, "anjrit, gua gak ngerti"
pernyataan itu tidak sama dengan "anjrit filmnya jelek"
filmnya indah walau saya tidak benar-benar mengerti
mungkin karena saya hanyut di dalamnya sehingga saya tidak benar-benar tahu filmnya mau bilang apa.
mungkin,
mungkin juga tidak.


kita ini sempurna makanya jangan sok bilang "maafin gua. gua cuma manusia yang gak sempurna."
kamu bisa lihat matahari
tahu bintang itu yang mana
tahu suara pintu dibanting itu seperti apa
bisa jalan tanpa harus meraba-raba
bisa pilih orang yang kamu cium karena suka sama mukanya
itu anugerah

tapi buat mereka yang tidak tahu warna lain kecuali hitam?
mereka berharap dunia mereka lebih ramai, lebih berwarna, lebih lengang untuk dipilih
ya, dengan segala kemudahan untuk menikmati apa yang tersaji,
kita lupa
bagaimana caranya menikmati anugerah tadi.
semudah itu jadi orang yang tahu bersyukur. semudah itu



(ini tulisan tanpa pesan sponsor. ini tulisan haru karena nilai semesteran saya baik adanya. saya jadi tahu kalau saya diberi kemudahan untuk bersyukur daripada mereka)

Jumat, 28 Juni 2013

malam ini,
aku baru tahu musim panas telah tiba
tubuhku berkeringat
dan jangkrik bersukacita

aku juga tahu kalau rasa hangat berlebih ini
datang dari kamu

ngga usahlah menipu dirimu sendiri
dengan pergi ke ramainya orang bergosip,
kamu bisa lupa masalahmu?

ngga usahlah pakai trik-trik kece untuk bikin diri sendiri semangat

ngga usah, tolong

segala usahamu itu ganggu.

mulai saja dari menghargai keintiman antara kamu dan dirimu.
setelah itu,
kamu tidak butuh apa-apa untuk jadi siapa-siapa


(bicara mudah. makanya tadi saya coba)

Kamis, 27 Juni 2013

kicauan saya akhir-akhir ini buruk
ibarat biola,
sama sekali tak sedap di telinga
tapi yang tak sedap itu kadang nyata
kita hidup di generasi zombi, kan?
bau bangkai di mana-mana
moral sudah mati
kita manusia pengejar yang tak indah.

Minggu, 23 Juni 2013

biarlah kamu dipuji,
aku redup.
cintaku padamu senantiasa

tak seperti mereka
aku tak mencarimu ketika berpendar
aku mengingat
pun senantiasa

Kamis, 20 Juni 2013

percaya sama saya,
kamu gak mau kelewatan ini

http://bungabel.tumblr.com/#!/post/53286240806

segera kllik!
atau kamu ketinggalan arusnya.
i am sorry, mam
i am sorry, pap
i must growing up
and i dont think 
we are in the same track
anymore


well, i am sorry for crying.
i drove home and fall asleep
alone.

impulsif? manipulatif

kamu tahu,
kita tak perlu berteriak atau berjuang hingga susah payah
kita membuang waktu saja.
perjuangan di atas bumi, dalam bentuk apapun, tujuannya takkan pernah mencapai kesempurnaan
penderitaan, duka, airmata, dan raungratap
hanya ornamen manis yang membuat kita menikmati hidup
percayalah,
rasa sakit mengingatkan kita tentang bahagia
dan itu satu-satunya alasan saya masih berjuang.
Tetapi tuhan senang mencampakanku dalam pencobaan
Aku senang menyenangkannya.
dan kata ibuku, begitulah hidup.


[[[padaMu yang menjanjikan keselamatan, mengapa kau pergi dari hidupku?]]]
kamu tidak mau kebenaranmu diusik
padahal kamu yakin itu benar
sebenarnya kamu tak mau diusik
karena kamu takut kamu jadi kurang percaya
kalau yang kamu bilang benar itu, benar-benar tak punya cacat.


ayolah, maksudku, kita manusia. kalau kesempurnaan diberikan pada setiap kita, buat apa Daya itu menciptakan kita sampai sebanyak ini?
maksudku lagi, kamu tidak yang paling benar. karena itu saya ada.

Selasa, 11 Juni 2013

Mabuk

"semenjak hubungan kita spesial, rasanya jadi..."

"kita spesial? Pake telor?"

Hahahaha




Kok di telingaku itu tidak lucu ya? Ah. Tapi ikut tertawa tak ada salahnya, toh.

Haha
(lalu kita tertawa bersama. Alasannya tak musti sama)

Sabtu, 08 Juni 2013

senang rasanya membuang-buang waktu di sana dan di sini dengan begini begitu yang ujung-ujungnya sendiri
kenapa?
heran?
segitu takutnya kesepian?
coba dulu berteman sepi
lalu gaduh takkan lagi jadi begitu menarik

A Series of End

saya tak ingin kematian ditanggapi dengan ketakutan
dia tak datang mencuri
dia hak
dia tak datang membunuh
dia kesempatan
jadi marilah kiranya sedikit kita warnai kehidupan
agar kematian jadi pilihan.



mari kita buat perumpamaan,
apalah nikmatnya hidup
bila kita tahu ini takkan sudah-sudah.
semua yang indah itu fana
semua yang fana itu

(bahkan dewadewi diamdiam cemburu pada kita,
karena manusia mencapai keindahannya ketika maut di depan mata)
BERGEMBIRALAH!


Rabu, 05 Juni 2013

bulan Juni harusnya kering
dan hujan tiada henti menertawakan 'harusnya' itu
aku melamun
membayangkan pergi piknik di musim panas bulan Juni
angin sejuk
tanah yang kering
dan suara ternak merumput

hujan menertawakan lamunanku yang 'harusnya' itu
kuseduh kopi dan bilang padanya

"hujan, kamu kekasihku yang paling cantik sekaligus pencemburu. tak kau biarkan aku pergi bahagia dengan matahari bulan Juni. gantinya kau merengut murung mengganti cahaya dengan titik-titik cantikmu itu. aku kalah, sayang."

tak ada yang lebih syahdu daripada berdiri di samping jendela
mengamati hujan dengan aroma kopi yang baru diseduh.

kan kamu tahu,
aku perokok

katanya perokok bangsa ini pasif
kalau menghisap lupa bergerak
kalau menghembuskan asap lupa melakukan apa-apa
tapi kamu juga tahu kan,
kalau aku merokok sambil mimpi
satu tarikan
membawaku ke dimensi lain di luar kediamanku di bumi
kemudian menghembuskannya jadi cerita

ya,
jangan malas dong.
merokok itu sama kayak bernafas
harus ada yang sembari dilakukan.
bergegas!
uncertainity

fase kita berhenti dan mengatakan
"sssh, gak kelihatan apa-apa"

fase kita berhenti dan berpikir
"gimana caranya"

fase kita semua duduk diam
memandang langit
dan berharap
hidup kita memang ada di tengah samudera
dan kita botol kosong yang terbawa begitu saja oleh ombak
bergulung
lepas
menepi
tenggelam
terisi
kosong

good night.

Rabu, 29 Mei 2013

pada orang yang merintih
pada orang yang hancur hatinya
dan hilang harapannya

pulanglah
mungkin kamu telah lama merindu rentang tangan ibu
dan tawa adik-adikmu
pulanglah
mungkin kamu perlu lagi dikuatkan ayah

Sabtu, 25 Mei 2013

dan di sini,
kamu harus lihat
harapan baik selalu pahit karena selalu ada atina-atina lain dengan masalah lain di tempat lain

kalau kamu lebih beruntung dari atina,
jadilah baik.

#amin
atina pergi ke pasar dan menjual dirinya

apa ia sundal?


begini,
ibu atina sakit
kartu kesehatan masyarakat miskin belum juga turun padahal pemerintah (katanya) sudah keluar duit untuk itu
ia bawa ibunya ke rumah sakit dengan harapan namanya terdaftar sebagai penduduk miskin
ia tak punya uang
sedang demam ibunya makin tinggi
ibunya sudah setengah sadar
atina berlari sambil memapah ibunya
sesampainya di rumah sakit
atina diminta mengisi formulir
tapi atina tak dapat membaca apalagi menulis
ia bingung
rumah sakit merongrong
"isi formulir"
atina bingung
rumah sakit menyalak
"bayar"
atina patah hati
ibunya dibaringkan di kursi rumah sakit
ia pulang ke rumah mencari apa yang bisa dijual
tidak ada
ia melongok pada cermin di dinding bambu
dan cermin itu berbisik
"kamu"


apakah atina sundal?
maka sistme pemerintahanlah mucikarinya.
selamat malam,
aku baru saja membunuh sepersekian harapanku
ketika seekor anjing menyalak
dan memberitahuku bahwa

dunia ini komedi
setelah postingan di bawah, orang akan melihat saya seolah begitu positif.

saya beritahu,
badut, dengan pakaiannya yang paling cerah dan wajahnya yang berwarnawarni, sebenarnya menangis
untuk itu, ia merasa perlu menggambar ulang bibirnya agar melengkung sempurna ke atas
sementara hatinya berdarah.
#drawyourfuture
karena menaruh mimpi di atas kertas sama dengan membisikannya pada udara supaya ia jadi nyata.
saya adalah serpihan harapan atas kebaikan yang dibiarkan hidup di atas bumi. untuk itu, saya berdoa.
biarkan kedamaian memelukmu dan biarkan orang-orang lain memeluk damainya masing-masing. berbahagialah!

have mercy, Sire.

ibadah zaman kita ini sudah terlalu asing bagi Tuhan. manusia bangun pagi hari, berdoa. bersyukur. memanjatkan harapan, lalu bekerja. malamnya pulang, bersyukur lagi, berharap lagi, kemudian tak lupa mendoakan mereka yang telah begitu baik dan jahat sepanjang hari. sekali hal ini dilakukan, efeknya luar biasa. badan segar dan pikiran terang. dua kali pun masih luar biasa. tiga empat sampai belasan, mungkin masih luar biasa. kemudian yang luar biasa ini menjadi hanya biasa. ia bertransformasi jadi kebiasaan. orang terbiasa bangun pagi dan berdoa. pergi tidur tak lupa berdoa. atau ada pula yang berdoa lima kali dalam sehari. bisa semua bisa karena biasa.
lalu di mana letak 'aku ingin bertemu dengannya'? kita dan Tuhan dekat di bibir. dekat di pandangan masyarakat terhadap seberapa taatnya kita (belum lagi dihitung dengan seberapa aktifnya kita di komunitas religius). tapi jauh sebenarnya. saya tidak bilang bahwa saya ini yang-jarang-berdoa-lupa-berdoa-dan-masih-bingung-mau-ke-tempat-ibadah-apa-engga adalah mahkluk yang lebih luhur ibadahnya dan dekat jaraknya dengan Dia. tidak. semata-mata saya hanya sedang bertanya, pada anda yang ikut membaca. tidakkah anda asing dengan nama yang anda sebut dalam doa?
tidakkah anda selalu berada di bawah dan Ia entah ada di mana?
tidakkah anda lelah pergi beribadah hanya karena itulah satu-satunya kegiatan yang harus anda lakukan hari itu (buktinya kalau ada kegiatan lain, ibadah pun bisa digeser)?
ayo, kita buktikan bahwa pemikiran saya salah. bahwa ibadah zaman kita ini tetap akrab dan hangat di sanubari. bukan rutinitas tapi hasrat. bukan tempalate tapi tujuan.

mari kita mulai dengan menempatkan Tuhan dan ritual menyembahNya sebagai sesuatu yang sakral dan bahwa anda tak punya hak untuk intervensi dengan ritual orang lain yang belum tentu sama. anda dan Tuhan adalah personal. tak perlu dilakukan jika anda merasa kaki anda bergerak tanpa kesadaran.
sjors, Lets draw our own future. The world has their own way to determine ours, we have our own right to re-create it! Lets go!
berita buruk untukmu,
dapat jadi baik di meja redaksi
dan berita baik untukmu,
belum tentu diterima baik di sana.

fenomena bisnis informasi namanya. gencar mencari yang buruk, diolah, supaya ketika nanti terbit respon pembaca tinggi. tidak peduli respon seperti apa. bergidik? memaki? ngeri? muak? apatis? apapun asal laku.embel-embel bisnis memang kerap bikin masalah. orientasinya uang. ada seorang teman bilang,

"dengan uang, orang mudah diikat. mereka bisa kerja lebih baik, lebih loyal, lebih tekun asal ada uang."
 uh, buruknya kenyataan ini. tapi benar. kalau media-media informasi tidak laku, orang yang bekerja di dalamnya sulit dapat uang. sulit pula jadinya untuk bekerja baik.
sekarang, beralih ke pembaca. mengapa orang lebih suka baca yang buruk-buruk tentang orang lain daripada yang berita bagus? misalnya, seorang A dirampok di mobil B. laku. tapi kalau, seorang A berhasil meraih gelar B, kemungkinan kurang laku. ah, sedih lagi. gosip lebih laku karena lebih banyak berita buruknya, lebih banyak skandal. dua perempuan plastik berantem jambak-jambakan sampai dipenjara akan lebih menjual nilainya. seorang dukung beristri lusinan akan lebih awet dibicarakan, padahal sudah bikin muak. mungkin karena yang buruk itu terjadi atas diri orang lain, sehingga kita (pembaca/penonton/pendengar) punya kesempatan merasa lebih baik tentang dirinya. bisa lebih baik karena ada yang lebih buruk kan. sedih lagi... ah!
bisnis informasi, tempat di mana bahasa digunakan sesuai fungsinya, malah memberi dampak buruk. apakah lebih baik orang berhenti saja berkomunikasi satu sama lain daripada dosa?

konvensi. kata "salah cara lu" atau "salah pikiran lu" dilahirkan dari konvensi. siapa yang mengadakan konvensi dan melakukan penghakiman sadis begitu? adalah kita di beberapa waktu ke depan kepada mereka yang belum ada sekarang.
kita selamanya akan jadi batas bagi yang lain. kita akan jadi generasi kolot pada masanya. kita akan berubah dari liberal menuju konvensional. kita akan jadi masa lalu.

kecuali, ya kecuali, kita mau lari dari semua orang dan memutuskan tali

Jumat, 24 Mei 2013

mungkin karena setiap orang punya kebutuhan untuk dimengerti.
sisanya,
saya baik-baik saja.
halo

Kamis, 23 Mei 2013

sebelum ada kita,
mereka telah lebih dulu kesepian
ditolak dunia
karena lahir berbeda
dikecam dunia
karena banyak bicara

sebelum ada kita,
mereka telah berpikir
untuk menepi ke bagian bumi lain
dan menciptakan komunitas tanpa batas

setelah mereka pergi,
komunitas tanpa batas tetap berbatas

sebelum ada kita,
tempat di bumi sudah habis
dan kita memang harus ikhlas
hidup sepi
setelah ini kita misteri
biar hanya hati yang tahu
sebab ia menyimpan racun dan menawarkannya
bersabarlah

terima kasih, Pagupon

kepuasan itu yang takkan pernah mampu diganti oleh wujud lain. berhasil mengalahkan diri sendiri dan memaksakan diri yang lain masuk ke dalam tubuh, sama saja halnya dengan persetubuhan. bagi saya, bermain peran adalah serupa proses penetrasi yang begitu lama dan nikmat. ketika masuk, sosok di dalam tubuh ini, yang telah begitu lama bercokol menolak kehadiran isi baru. dan pergulatan ini adalah keadaan paling dinamis yang belum dapat saya cari sandingannya.
terlepas dari teknis bermain baik di atas panggung, saya senang. senang. sesederhana itu rasanya ketika saya akhirnya tahu mengapa dan bagaimana tokoh orangtua ganas ini memandang mati dan hidup. membuktikan ke-ada-annya melalui ketiadaadaan. (bagaimana mungkin seseorang dapat tiada sebelum menjadi ada). tokoh itu merasuk. menyebarkan pemikiran berbahaya. sesungguhnya, saya merindu permukaan laut yang tak pernah jadi rumah. merindu gunung salju yang dingin dan pongah berdiri tapi tetap sendiri. saya merindu ketabahan orangtua dalam menanti garis-garis itu membentuk gerbang. gerbang untuk terbang menjadi tiada sekaligus ada.
oh, begitu rasanya ketika saya mengalami orgasme di atas panggung dan tahu bahwa hal semacam itu perlu proses lama untuk mendapatkannya (lagi).

kayu muda tanpa air

sepertinya aku pernah menemukanmu berdiri begitu kokoh di atas dua kaki yang serupa kayu. tegap bagai batang pohon di tanah liar walau tak ada besar yang mendukung. aku curiga, jangan-jangan kau berakar begitu dalam hingga dua kaki berbadan kurus itu mampu terlihat begitu kuat. angin seolah tak mampu merubuhkanmu. badai, hujan, panas tak membuat badanmu layu. kau begitu perkasa menjulang ke langit.

sekarang, kulihat kau merambat di tubuh lain. sangkaku, kau telah rubuh. tumbang oleh keadaan. namun, apa yang membuat kau kalah hingga jadi layu dan merambat bagai parasit ke tubuh renta yang sebentar lagi kering? akarmu tak lagi kuat? ke mana batang kayu perkasa itu? kini kau kembali menjadi kecil (walau tak sekalipun kau pernah besar). hatiku patah mendapati kau yang begitu rupa. kapankah kau sadar bahwa kau lebih kuat ketika sendiri tanpa tubuh yang bersedia mendukungmu.

Minggu, 12 Mei 2013

sampai kau terlelap,
aku belum mampu menemukan cara untuk menyelinap masuk dalam pelukan
menghantar tidur
melepas penatmu
bersabarlah
jariku masih harus meninggalkan jejak

ingat,
kita akan berlari kencang
sampai tanah berlumpur pun tak mampu merekam langkah
maka sedari sekarang
selagi lambat jalannya
aku harus berusaha dalam-dalam menanam jejak
supaya bumi lebih baik
dan manusia makin manusiawi.

Sabtu, 13 April 2013

bermimpilah
dengan daya yang masih tersisa
pergi tidur atas pilihan sendiri adalah kemewahan
sebab banyak yang tidur dan tak bangun lagi karena waktu mencuri kesempatan mereka memilih.
jadi, bermimpilah sebanyak kerakusan seorang anak gemuk pada manisan

Rabu, 10 April 2013

saya mau pulang. saya mau pulang. saya jauh dari rumah. jauh dari rentang tanganmu yang hangat menyambut. jauh dari kehangatan yang pertama kali saya kenal. saya mau pulang mau pulang mau pulang. bawa saya jauh-jauh dari dunia yang meminta terus menerus. saya mau pulang, mama...
siapa aku ?


itu bukan pertanyaan karena kita menganut paham tertentu
bukan karena cara berpikir kita sekelas Aristoteles dan geng pemikirnya itu.
bukan
pertanyaan itu ada karena kita telah pergi dan memutuskan hilang
kepulangan kita, mungkin, satu-satunya cara untuk menjawab

terasing di tengah "keluarga"
terasing

(oh. saya rindu pulang.)

Kamis, 04 April 2013

pada sebuah lubang di atas tubuh pohon yang berdiri menjulang,
akan kukatakan semua
tentang sendiku yang ngilu
dan tulangku yang patah
tentang hatiku yang hilang tak pernah kembali
tentang tangis yang tak mau lagi jadi tawa
dan tawa yang selalu berujung pada tangis

jadilah kau demikian
yang bisu menatap kemasgyulanku
dan haru menangkap senyumku
sebab padamu aku menyatakan seluruhnya aku
dan dalam diammu itu,
aku berdamai dengan diriku.
aku bisa palsukan semua jika memang itu yang dibutuhkan untuk tetap ada. kekonyolan ini bukan buatan. ini murni keharusan. memang pernah kubilang, tak ada yang harus di dunia ini. kita bisa pilih, mau atau tidak. tidak perlu menyalahkan keberadaan kata harus.  tetapi adanya manusia-manusia yang menarik garis, merancang dunia, memang suatu keharusan. kalau tidak ada mereka, alangkah lambatnya manusia kelak akan berpikir. garis batas membuat kita terantuk. DUK! setelah terantuk/terbentur/kejedot barulah kita sadar ada garis yang harus diperbesar guna mengamankan kepala yang lain dari benturan. maka ketika tangan-tangan mulai menarik garis baru, memperlebar cakrawala, bangkitlah murka dari pendahulu-pendahulu kita melawan segala kebaruan. berserulah mereka. bersitegang di depan Tuhan. mengatasnamakan kemanusiaan untuk membunuh. menjagal kepala orang demi kemajuan pesat ilmu pengetahuan. Tuhan sirna. di batas cakrawala baru, manusia menang. 

dan itu semua, harus terjadi! harus kubilang. termasuk garis yang bikin orang berdarah itu. namun aku menolak cara keras, dengan darah yang harus tertumpah banyak-banyak. taruhlah aku memang hanya si oportunis tapi bagiku caraku lebih mudah. palsukan saja semua. lalu ikut rayakan kemenangan yang manapun. toh, pikirku, garis baru atau lama semuanya garis. biar orang yang menarik garis baru mengatasnamakan kebebasan, bagiku garis tetap garis. sifatnya lurus dan membatasi. kita tak benar-benar sampai tubuh ini memutuskan tak berpihak. sadarkah kalian bahwa kepalsuanku lebih bebas ketimbang pilihan kalian atas garis-garis itu.
maka kau melarikan diri dari tangkapanku, yang hangat, paling hangat yang bisa kau temukan. bukan pelukan, ini tangkapan. kau larikan dirimu jauh melebihi tiupan angin. sampai kurasa, bayanganmu tertinggal jauh di belakang, tak sanggup mengejar. aku pun kau tinggal lari. diam mematung, menyaksikan bayanganmu jadi kenangan. 
apa rasanya jadi bayangan tanpa tubuh. siapa yang akan dia ikuti kelak.
mengapa kau tak kunjung paham kalau aku menolak mengerti. tak ada kewajibanku untuk ikut merasakan waktu lampaumu yang gegap gempit dan semarak itu, aku tak di sana. dan dari waktu ke waktu kuperhatikan, kau menolak pula paham bahwa aku jelas tak mau untuk tunduk dengan apa yang mereka bilang kompromi. aku tak menaruh kepalaku untuk kau tendang hingga berputar seratusdelapanpuluhderajat, berdarah, dan akhirnya mengalah untuk selalu berada di sana. aku bukan penonton. tak mau menyoraki apapun. aku pemain di atas panggungku sendiri. dengan lakon yang kupilih. dengan dialog panjang lebar besar kecil yang kuatur sendiri. aku berhak menjadi apa yang kumau di dalam gedung pertunjukan yang kebetulan juga milikku. jadi, mengapa kau tak  kunjung paham. sampai letih aku bilang padamu hal itu, dengan pelbagai gejala alam kutitipkan pesan ini, dan kau menolak melihatnya.

jadikan aku air tenang yang mengalir sampai ke hulu. berkelok pasti, indah, menyejukan. 
atau jadikanlah aku angin. yang dengan semilirnya, orang pergi tidur untuk bermimpi.

kau malah menyalakan sumbuku. memadukanku dengan gas dan zat-zat lain yang memercik bara dalam tubuh. aku ini api, jangan kau bakar lagi. tanpa kau nyalakan lagi, aku selalu menyala-nyala. biarkanlah aku beristirahat dalam panasku sendiri. supaya jangan aku merusak apa yang kusentuh.

Jumat, 29 Maret 2013

aku mau jadi kamu ah. yang tak peduli pernah ngomong apa. lalu tarik kembali ludah. tarik lagi tai. tarik lagi semua yang pernah keluar tanpa malu orang akan bilang apa. eh tapi ngga jadi ah. jadi kamu itu banyak gak enaknya dan ga ada enaknya sama sekali. jadi kamu itu sama kayak alat penghisap debu, makanannya kotoran keluarnya pun kotoran. malu ah.
dan kata siapa anak perempuan tidak boleh aktif?

aku mau mengajakmu kencan
naik kereta
ke toko buku
beli pizza
minum bir
merokok di taman
menggambar
dan tidak lupa bertukar cerita tentang sinar matahari

sabtu ini,
bagaimana?


hanya saja
katanya,
kalau anak perempuan terlalu aktif,
kami jadi membosankan.
transparan dan tak misterius.
kataku sih anak laki-laki yang kelewat banyak ide soal kreativitas itu melelahkan.

jadi bagaimana kalau begini,
kau terima ajakan kencanku dulu
lalu minggu depan aku tunggu ajakanmu.

pelukmesra
selamat malam, 
kekasihku.
rasanya malam ini pun,
kita belum pantas bercumbu...
ketika ibadah berubah jadi panggung teater
dan pemuka agama sibuk mengurusi laku
sulit membedakan yang rohani dan jasmani

ketika ritual mengalahkan spiritual
aku terlempar jauh dari bangku yang berdesakan

(katanya universal? kok. lho. kok gitu)

Kamis, 28 Maret 2013

just a kiss

sepertinya bayangan hari depan yang ceria bersamamu
selamanya membayang
makin jauh dari wujudnya
jauh menjauh hingga warnanya hilang di balik sinar

aku menginginkanmu untuk terus begitu
menginginkanmu yang dekat lekat tanpa sekat

di malam Yesus membagi tubuh dan darahnya
aku menjelma anak kecil meminta remah
supaya jangan tubuh dan darah itu lalu
tettapi kita dapat bagian di dalamnya,

kamu tahu,
mereka pun bisa tetap beda
yang satu menginginkan dua
yang padu ingin bercerai berai

tapi Yesus,
di malam ia dikhianati
ia menginginkan murid-muridnya tetap satu
dan menjaga tokoh pengkhianat itu dalam benaknya

biarlah beda kita bertumbuh
dan semoga ia bukan pengkhianat
yang mencium mesra untuk membunuh,

per ka wi nan

untuk malam ini,
segala beda jadi nyata
bahkan yang kupikir satu,
jelas beda
kita dicipta katanya dari satu sumber dan bermuara kembali padanya
jadi kupikir,
persoalan satu atau beda itu bukan soal
tapi ternyata soal
karena beda tetap beda.

air dan minyak selamanya akan jadi air dan minyak.

jalan kita tak kunjung usai

mendaki dan memaki,
maka si begundal itu berhenti.
dirasanya jalan makin terjal
dan puncak menjadi hal mustahi.
dimakinya lagi gunung itu,
lalu dirinya.
si begundal itu merasa bodoh telah menerima ajakan kawannya. pergi bertualang ke gunung. panjat gunung.
tahu apalah begundal ini. sudah tak pandai, lemah pula fisiknya.
di kalangan akademis,
dialah tokoh manusia yang jongkok di pinggir kantin, merokok, sendirian, menunggu hujan reda, berharap bisa langsung lari setelah hujan lebat melunak jadi gerimis.
katanya, hujan gerimis itu manis. begundal bodoh sok romantis. akibat menunggu hujan melunak, ia habiskan waktu menguapkan isi kepalanya. bengong-bengong. sementara kawan-kawannya mulai membaca, mulai diskusi, mulai mengkritik, lalu mulai bertengkar dan bunuh-bunuhan. begundal ini tetap jongkok di pinggir kantin, memantati evolusi kehidupan manusia yang lama kelamaan menuju kepunahan.
seorang kawannya yang berhasil lolos dari pertarungan di meja belakang, datang menghampirinya dengan senyum buas yang puas.
ditepuknya bahu begundal yang tak simetris. begundal nyaris jatuh. tak ada gravitasi pada tubuhnya. atau justru terlalu banyak?

"hey, kawan! ayo, ikut naik gunung!"
"buat apa?"
"kita naik gunung saja. di sini bosan. lihat, orang sudah main tusuk-bunuh-bacok-bunuh lagi, ayo pergi sebelum kita ikut digasak."
"ah, buat apa?"
"lari, kawan. lari!"
"begini pun aku senang. menunggu hujan aku."
"apa yang kau tunggu dari hujan. setelah reda ia, tinggal tunggu saat yang tumpah ke bumi, kembali lagi ke atas kemudian bocor lagi jadi hujan."
"aku tak tunggu reda, aku tunggu ia sedikit melunak."
"gerimis?"
"ya. itu manis katanya."
"di gunung pun banyak gerimis."
"sungguhan?"
"lebih sungguh-sungguh dari penantianmu ini."
"ikutlah aku!"

maka si begundal ini turut kawannya ke gunung. namun, karena ia terlalu banyak bengong dan jauh dari buku, otaknya tumpul. ia tak bawa yang harusnya dibawa ke gunug. ia tak tahu kontur alam. ia tak tahu bisa makan buah yang mana. jadilah ia di sana, mendaki yang tak terdaki. memaki yang tak pernah benar peduli.
aku mulai ikut berdialog.
bertanya jawab dengan isi kepalaku sendiri
menjelma jadi orang asing di tubuh yang kutumpangi
menjelma jadi komunitas
menjelma pemerintah
menjelma agama dan instituti 
dialog kami panjang rumit dan bertele-tele
dialog kami dimulai dengan tanya
dijawab dengan tanya lain
dibalas lagi dengan tanya
terus begitu sampai kami akhirnya bertanya-tanya
apa guna bertanya?

tapi inilah kita, aku kamu manusia
pada hakikatnya gemar berceramah
kalau tak bisa bicara di hadapan banyak muka
maka diri sendirilah umatnya
umat yang tuli bebal dan keras bukan main


(dan apa itu kebenaran? jika memang ada kebenaran, kurasa tanya telah lama punah. titik. selesai)

Senin, 25 Februari 2013

Kan aku sudah bilang,
Jangan bilang siapa-siapa
Kamu malah bilang aku bilang
Saling bilang, silang baling
Kamu tuh maling!

Selasa, 19 Februari 2013

mainanku barbie
dan aku bangga
mainanku barbie
dan aku tak pernah bercita-cita jadi mereka
aku cukup bangga
aku cukup sombong untuk bilang

"terima kasih, aku jawa sumatera. hidung bangir masuk ke dalam, mata besar, kulit coklat, dan rambut keriting. setidaknya, aku berpikir. bukan mainan"
telah ada jarak yang terbentang. biar sejengkal, renggang sudah persetubuhan kita. jarak ini kau ambil (atau tanpa sadar kuambil) semata-mata karena kita menjadi dewasa pada waktunya. antara kau dan aku, dulu, nyaris tak bercelah. mungkin sedikit udara lewat. dengan tambahan cahaya dan debu yang begitu kecil. aku tak bisa mendefinisikanmu. seperti juga kau, tak bisa menjelaskan pada pertanyaan tentang "bagaimana aku". seintim itulah kita. karena kita satu, dirimu dan aku lesap dalam satu kata terang "kita"

lalu sekarang jarak itu muncul. tiba-tiba ada bagai kiamat yang dinanti sekaligus diharap tak kunjung datang. kau pernah bilang padaku, biarlah begini baik adanya. kau gembira dan aku si penggembira. kau bercanda masalah itu-itu saja. aku tetap tertawa. mungkin karena kita satu, aku telah menerka ini akan lucu. sekarang, ketika kiamat itu tiba, ratapmu terdengar lumrah.

"kau harus kutinggalkan"

sama seperti ketika kau bergumam

"kini saatnya aku pergi"

dan kita berjarak, sepi celah ini. kabar baiknya, tak ada yang harus merasa ditinggalkan dan meninggalkan. kabar buruknya, aku tetap merindu.

mudah-mudahan, waktu tak cepat memperlebar jarak ini. dan harapku, kau masih bisa kutemukan di sela-sela memori atau rak buku di toko-toko.

(untuk cerita pengantar tidur dan seluruh kenangan manis yang menyelimutinya)

memaju mundurkann waktu
adalah perkara Tuhan
dan manusia cukup menamainya
memori kolektif
atau deja vu?
ter ser ah

kita bisa bikin Tuhan
dari bentuk apapun
tapi kita tidak bisa tandingi kekuasaannya atas waktu
dan waktu
sepertinya menjadi satu-satu kekuatan yang belum ada tandingannya

selain doraemon
yang muncul dari laci
pergi ke masa silam
tapi kita harus ingat
doraemon hidup di kertas, di layar kaca
ia tak punya kuasa atas hidup ini

Tuhan,
kau masih juaranya.

ini gelitik bukan kritik, hanya sampai di geli tak jadi keki

pada zamanku,
orang bicara selangkangan seperti bicara tentang langit
"wah indah ya!"
dan aku langsung yakin,
mereka yang umbar-umbar keindahan selangkangan di atas meja makan
adalah manusia-manusia maskulin
tak peduli kelamin mereka berbentuk apa.

sepertinya ada yang menarik soal selangkangan ini
entah karena mereka mengeluarkan bau yang yang dapat memikat sekaligus menjebak
atau karena bagian ini separuhnya kiriman dari surga
aku yakin,
kata selangkangan dan teori-teori tentangnya
pertama diucap sebagai prasyarat mengikuti permainan maskulin
semacam balapan antar jenis kelamin 
memperebutkan posisi gender yang setara atau lebih

permainan ini dimulai oleh Adam
dan diteruskan dalam kitab-kitab agama
setidaknyda dalam lima kitab yang kukenal di negeri ini
mereka menyatakan daya yang maha agung itu sebagai dia (laki-laki)
dan menariknya,
kehidupan kemudian seolah berputar di tangan mereka

lalu munculah perempuan-perempuan yang mendendam
yang menyimpan lukanya dalam-dalam
dan mengunci mulut mereka
kemudian seolah menemukan kunci itu lagi
mereka buka mulut mereka
lalu teriak keras-keras
mulai dari tetek bengek seputar priuk sampai urusan selangkangan
jadilah mereka ini gelombang keras perempuan
yang menuntut kesetaran

sebermulanya pembicaraan mengenai selangkangan didasari rasa pahit
pahit karena selangkangan mereka dinomorduakan
pahit karena mereka tak boleh mencicipi manisnya getah yang keluar dari sana
pahit memang ketika itu jadi mahkluk berselangkangan bolong
sebermulanya pembicaraan mengenai selangkangan semata-mata karena ada dorongan untuk melepas diri dari pasungan

lalu,
mengapa sekarang pembicaraan itu hilang makna?
sekadar estetis atau bumbu dalam komoditas.
aku bilang,
tak ada indah-indahnya bicara soal selangkangan
sebab kami memulainya dari rasa pahit
dan kau tak pernah mengecap sedikitpun itu.


(bagi mereka yang pernah dan sedang berusaha meyakinkan diri bahwa bicara selangkangan itu sekarang jadi semacam tren)