Rabu, 27 Juli 2011

kita meraba-raba
kapan tiba waktunya
ketika sudah berlalu
kita menunggu-nunggu
kapan kembali tiba.


ah, mengapa bertanya di waktu sebuta ini
bulan saja sudah kembali di pangkuan langit
aku masih resah menanti titik-titik tanya ini menguap mencari bentuk.

-menguap-


lelahkah berdiri di jalan yang sepi?
tidak ditemani.
tidak berteman?
kurasa
dalam kesepiannya,
Tuhan menciptakan apa yang kita percaya sekarang sebagai kehidupan.
siapa dan apa yang tentukan jalan?
tidak ada yang tahu


-menguap-


lalu kembali,
semua hilir mudik
masuk dan keluar
seperti lubang
yang tidak diketahui darimana dan kemana laju air di dalamnya

kecemburuan kami

kalau Tuhan memang maha tahu, mengapa kita pun diberi akal. karena ternyata semua ini hanya rangkain seri dari misteri ke-maha-tahu-annya yang sempurna. siapa bisa menandingi? hati ini saja menggigil ngilu, tiap kali satu tabir terkuak untuk memulai mister lainnya. apa harus kita manusia sekali lagi menggigit buah yang mengirim tubuh keluar dari Firdaus?

jangan tanyakan pada angin, kemana arah hidup akan pergi. diam saja dia menjawabnya. dibawa pergi pertanyaan kita menuju sumber dari segala sumber yang tak berujung itu. lenyap hingga kembali menjadi desis debu menggesek bebatuan. ah, kalau saja akal kita mampu merangkai...kalau saja keterbatasan kita tidak bergaris rasa...kalau saja dosa tidak menutup selaput antara ke-maha-tahu-an-nya dengan keterbatasan ini.


pertanyaan selalu timbul kapan pun keresahan bertamu. apa begini? mengapa begitu? ah kalau saja... dan semua tanya berakhir sesal.


adam kembali menjadi adam tanpa hawa,
manusia kembali sendiri
sama sendirinya seperti ketika menjejak di bumi.
tawa tangis dibawa pergi waktu
hingga kita terhilang dengan tanya


apa misteri ini benar-benar terpecahkan? akankah jadi teka-teki yang memiliki kunci atau selamanya jadi kabut yang meninggi seiring perginya malam....

Kamis, 21 Juli 2011

ada anak kecil pergi bermain ke kebun
rencananya dia akan bermain bersama bayangannya
teman-temannya bilang
bayangan adalah kawan bermain manusia yang paling setia
dia akan membuktikan kesetian teman bermainnya di kebun

kebun itu letaknya di belakang rumahnya
rumah kayu di atas bukit yang menangkap ratusan cahaya matahari
dan memantulkannya menjadi...ya begitulah
maka anak kecil itu ke kebun
bermain
dengan caranya
satu dua langkah diambil untuk menguji
bayangan masih berusaha setia.

tiga empat langkah menjauh
dengan kecepatan angin yang bertiup dari utara
anak kecil itu berlari dan melompat jatuh ke bawah bukit

tubuh kecil mati di atas batu
bayangan tertawa dari bibir bukit
"aku yang paling setia"
sampai akhir mata menangkap cahaya
aku di sana.





(manusia tidak berkawan. menangis sendiri. tertawa sendiri. mati sendiri)

Minggu, 17 Juli 2011

gelas piring kaca
beradu mana lebih kuat
bunyi-bunyian mengisi batas ruang langit dan tanah
ruang kosong menyaksikan semua.
gelas piring kaca beradu
tapi usaha itu
seperti bertikai melawan angin
tak ada guna
tak ada hasil

tentang malam, tentang rasa, tentang semua yang tak terkatakan

saat diam-diam tubuh kita menyapa
cerita-cerita asik bercengkerama
cerita lalu atau sekarang
bergulat berusaha jadi alur

di sela udara yang telanjang
seperti kita juga menepis mengenakan nama
cerita itu berbaring menepi
menyangsikan kemana ia terbang
di antara tubuh yang berpeluh menahan untuk tak berpisah

lagi-lagi karena waktu kita berbatas
kesempatan semoga segera datang
untuk tubuh saling menyapa
dan cerita kembali berbincang.

Kamis, 14 Juli 2011

luka adalah menunggu seseorang yang tidak mau pulang untuk pulang.

rumah adalah perhentian terakhir dan utama


mereka adalah pelukan panjang yang dirindukan di masa-masa paceklik



duka adalah mendapatkan diri kita kehilangan arah menuju mereka yang menunggu di perhentian terakhir, rumah
.

Rabu, 13 Juli 2011

ini panggung ludruk atau bagaimana? orang-orangnya kok gak bisa harmonis.

lelucon abad ini

sebenarnya saya mau tulis jargon. takut dibilang saru. hal-hal yang ada di pikiran saya masih suka dianggap tabu. orang-orang sekarang gayanya sudah kayak soeharto. seenaknya saja suruh diam. jaga cakap. jaga laku. bikin orang-orang ,yang kentutnya saja kata-kata seperti saya, jadi pesakitan. ah orang-orang banyak lagak ini suatu saat akan kena batunya. mereka boleh coret-coret punggung belakang saya dengan nama apapun yang saya tidak (mau) tahu artinya, tapi awas...awas saja.

ps : ini ancaman? - ah, ya bukan. masa saya berani mengancam. ini cuma doa- oh...doa yang mengancam?- hm...sedikit.

jamban dicoret!

itu muka isi tahik
tahik siapa lagi kalau bukan tahikmu

kenapa taruh tahik di muka
padahal Tuhan sudah rancang tahik keluar lewat belakang dari bagian bawah tubuh.

ah muka bagus-bagus di depan,
biar orang bisa lihat
malah kau taruh tahik

tahik itu isinya dokumentasi lacurmu
yang baunya bikin mayat bangun dari kubur
tahik di mukamu itu...
ah sudah
buang tahiknya,
kasih lihat wajah tampan dan cantik itu ke khalayak
supaya mereka berhenti ikut buang hajat di situ.

Minggu, 10 Juli 2011

sore ini turun hujan, entah buat siapa




upacara pemakaman berjalan syahdu
tapi peserta resah.
upacara pemakaman yang diiringi datangnya hujan
tak punya tubuh untuk di
tangisi.
langit serba tahu
upacara pemakaman diiringi tangis dari langit
menangisi siapa?
tubuh mana yang hari ini mati?

upacara pemakaman selesai,
kini aku bisa beristirahat dengan tenang sambil menghentikan pembicaraan ini.



(haha. ternyata aku yang mati. tapi tubuhku lupa masuk ke dalam peti. aku mencatat sendiri pemakamanku. aku mengakali waktu. tapi langit maha tahu, ia tak bisa berhenti menangis.)

Never ending tale

saya percaya keajaiban ada dimana-mana
hanya kadang terselip di antara mereka yang lelah bermimpi
keajaiban yang tak punya bentuk itu
sesekali terlihat bertengger di sebelah bul-bul yang bersenandung
pernah juga ada berbaring di tetesan embun
dan kata siapa pagi kadang lupa membawa keajaiban
bukankah sinarnya yang keemasan
yang menembus kelamnya malam
adalah sebuah keajaiban yang selalu terlambat disadari.

kita pergi berlari sampai kepayahan
untuk apa?
mengejar kebahagiaan.

kita menetaskan air mata
untuk apa?
menyembuhkan nyeri yang memeluk dada

kita melakukan semua tindakan putus asa setiap detiknya
untuk apa?
untuk membuktikan keajaiban itu ada
sampai akhirnya kita jadi siluman yang tak pernah tahu rasanya keajaiban.

tapi itulah indahnya keajaiban.
ketidak-tahuan kita akan bentuknya
menuntut kita menyadari
keajaiban ada menyusup di udara yang kita hirup
saat kita memutuskan untuk merasakan keajaiban seperti menghirup udara
kita akan melihat
bentuk-bentuk keajaiban yang bertebaran.

dari antara jutaan sel pria yang berusaha keras mencumbu telur-telur itu,
menetas saya kamu.
dari antara pilihan hidup yang ada,
saya kamu memilih untuk membaca ini
dari antara sekian banyak cara untuk menyalahkan Tuhan atas ketidak-tampanan hidup kita,
saya kamu memilih diam dan berdoa

inilah keajaiban tanpa usaha
keajaiban yang terselip di antara lelah mencari bentuk keajaiban lain.
lihat,
keajaiban ada di sana.
saya merasakannya
dari bermil-mil jauhnya,
kamu?

hari terakhir bumi berotasi

usia pagi masih muda,
tapi kau membunuhnya
kau curi kemudaannya
kau bawa pulang ke pangkuan
kau nikmati sendiri
sampai esok,
tak ada lagi pagi
selamanya.

Minggu, 03 Juli 2011

tapi mencintaimu adalah perkara mudah,
sama seperti bernafas
atau bagiku berkata-kata.

seperti kesatuan yang setubuh
tak ada syarat.
sebab mencintaimu adalah kerinduan.

tertawalah untuk mereka yang memancung imanmu

di pelataran gereja pagi ini,
kumulai tuturkan tentang manusia yang diciptakan Tuhan untuk ditertawakan dari atas
(bukan maksud menuduh Tuhan menertawakam)

jadi,
pagi itu ibadah usai
setelah serangkaian ritual dan barisan kotbah yang tidak tahu lagi bicara apa
manusia-manusia yang terampuni keluar dengan sumringah
tertawa, menyapa...
menjadi manusia kembali
hanya saja lebih bebas rasanya tanpa dosa.

sehingga seorang pria menghampiri
usianya sepantaran dengan bapak.
ia tanya-tanya soal kabarku
lalu bertanya kemana pergi ini dan itu
kujawab dengan singkat ini dan itu berada di tempat yang seharusnya mereka berada
pria ini dengan muka menyebalkan
suara yang diberatkan
sambil sesekali meniupkan asap rokok ke arahku
berkata :

Tuhan itu cuma satu! cuma di sini!

lalu dia kutip salah satu sabda yang tak sepatutnya diambil olehnya

kubalas:

kalau Tuhan satu kenapa bingung caranya harus bagaimana? mau bagaimana caranya atau darimana menyembahnya, Tuhan yang disembah tetap sama.

lalu pria ini asik menjawab balik dengan teori-teori yang kita dengar di semua agama
"teori kebenaran diri sendiri"

kutinggalkan ia dalam euforia ibadahnya
.
memang lucu manusia yang baru saja beribadah
pikir dirinya lebih tinggi dari yang lain
pikir dirinya satu yang kenal Tuhan
lupa dia,
ada Tuhan di atas sana yang kita tidak tahu setuju dengan siapa.
yang aku tahu
manusia sadarlah tempat
berhentilah menghakimi
manusia lain, sesamamu, punya hak untuk menikmati sendiri pengalamannya dengan Tuhan
kalau menurutmu itu salah,
lakukanlah dengan caramu sendiri untuk dirimu

bukankah kita diberikan banyak masalah dalam hidup supaya kita belajar mendekatkan diri dengan Tuhan melalui cara yang spesifik?

Tuhan, Tuhan yang baik
ampuni aku karena ingin sekali menghajar mulut pendusta itu
ia berkata-kata seolah paling suci
ampuni aku karena telah berusaha untuk meludahinya
maaf.
kalau ia memang baru saja keluar dari gereja, baru membaca alkitab, baru bernyanyi untukmu harusnya dia tahu mana kata yang keluar setelah itu.
kalau tidak,
kita tahu kini ritual tinggal ritual.

Jumat, 01 Juli 2011

periksa dulu

sebuah surat tiba pagi ini (atau semalam, atau pagi buta...)
tak ada amplop, apalagi prangko
tak ada alamat
surat
kertas dan tulisan di atasnya
kutemukan kata pertamanya

"halo"

lalu tulisan abjad yang tak berurut, sesekali ada kata sifat

"senang"
"bahagia"
"sedih"
"kecewa"
"rindu"

lalu cepat mataku berlari ke bawah
belum sampai habis kertas itu,
muncul tulisan

"maaf, salah orang"

jadi aku tahu
hari ini, besok, atau kemarin dengan siapa
cuma seperti surat
tertulis
cuma Tuhan yang tahu akhirnya tepat atau tidak.

percayalah ini efek samping

ada suatu masa
ketika duduk melingkar, bersila, berselimut, mengubah kata menjadi doa adalah sebuah ritual
ucapan harap jadi mantra
ucapan syukur jadi puji-pujian
tepuk tangan dan tangis adalah doa

ada suatu masa
ketika ritual mengalami kejenuhannya dan berputar kembali menjadi rutinitas
melakukan doa yang kosong
harapan tak bermantra
syukur yang tak kenal puji
sepi suka dan duka

ada suatu masa,
ketika manusia lebih suka merenungkan doa
ketimbang berdoa
manusia lebih suka menemukan ritual kuno
ketimbang beribadah
masa yang memberitahukan kita bahwa agama tak menyelamatkan

(tapi aku tidak bicara tentang religi
tak juga mau berkonfrontasi dengan penyembah-penyembah cerita suprarasional)

namun ada satu masa,
ketika doa harus menjadi doa
dan doa adalah

iman yang terucap.