Minggu, 30 September 2012

satu oktober

selamat pagi, Selandia Baru
ada kabar tersebar sampai di sini
anak perempuan jenius yang kau culik dari tanah kami
merayakan hari jadi.
apa kabarnya dia, Selandia Baru?
masih sehat bugar berbentuk gumpalan kemalasan?
atau sudahkah dia bertransformasi menjadi perempuan-perempuan berkulit putih, kaki jenjang, dan pernakpernik nyentrik?
apapun bentuknya, kudoakan dia menuai banyak bahagia.


"all of the night, all of the day, we're gonna rule the world."

tulisan ini adalah ucapan yang sedih tidak bisa langsung tiba di kupingnya
tulisan ini adalah bentuk lain dari pelukan hangat dari seorang sahabat untuk teman bermainnya
tulisan ini adalah mantra, mantra pengabul mimpi di siang bolong.

"dan semua pelukis, perupa, tukang gambar, banyak dapat bantuan "ide" dari temannya yang suka menulis."

selamat ulangtahun, Testa.
from half the world away
i'll see you in Boston
where we meet as greatest painter and writer ever existed

twenty and tremendous!

Kamis, 27 September 2012

terlalu percaya diri membuat besar. besar yang isinya angin. seperti kantong plastik diisi cheetos. penuh, besar, mengembang tapi ringan dan mudah sangat mudah hancur. PESSSS....ciut
senangnya sejadi-jadi. jadi senang begitu saja. banyak alasan bisa diambil dan ditempel di sini. tapi dipilihlah kata kosong untuk tidak mengisi. senang pun butuh banyak ruang. kalau diisi banyak-banyak alasan, bisa mati sesak di dalam definisinya sendiri. biar sajalah, senang yang ini tak punya alasan. cukup jadi senang sejadi-jadinya.

woman

jangan jadi tiada dalam kepergianmu yang sesaat
di tempat paling jauh
di timur bumi
aku takkan mudah menggapaimu
dan semoga jarak mengilhamiku bersyukur
semoga ada rindu yang diajarkan
walau aku akan banyak kesal kau tiada

pergilah kalau kau memang terpanggil
garami laut yang tawar
dan sinari ruang hitam yang pekat
aku janji akan jaga laki-lakimu dan si bungsu

jadi jangan lupa,
kakimu harus kembali lagi ke sini
walau di sana kau temukan mutiara
suara tony bennet yang merdu, menyambut kedatangan saya dengan tarian hangat. tidak cuma dimengerti telinga, seluruh tubuh terangsang. kenikmatan yang naik turun dari kaki ke kepala. ah, tony bennet, kamu sungguh diberkati. suaramu itu empuk. jatuh di atasnya pun takkan menimbulkan goresan.
di bawah tangga menuju lelap,
kamu cium kedua pipiku
ciuman yang melelah masuk ke dalam kulit
kamu bilang
"baik baik, gantikan aku."
perpisahan sementara,
biar akan datang lagi pertemuan,
perpisahan tetap perpisahan.
menyebalkan.

ruang tunggu itu sempit
selalu sesak bermalam di dalamnya
ruang gerak terbatas
nafas pendek-pendek
kata "tunggu" di dalam ruang tunggu apalagi
lebih menyesakan
makin menghimpit

ya bolehlah
kalau mau keluar
tapi memang selalu begitu adanya
ditunggu tak kunjung datang
begitu keluar...
"ya, Pak atau Ibu ini, yang ditunggu datang"
mubazir berlebihan menunggu lalu ditinggal pergi

serba salah.
hidup memang ruang tunggu.
membosankan

Selasa, 25 September 2012

selalu ada salah dalam aku

kamu sudah tahu kalau mereka bilang saya perempuan abmoral? yang kerjanya sedikit tidak bermoral, banyak mengumpat. kamu tahu saya suka minum, merokok, dan bertaruh? ya, saya candu mereka bertiga. datangnya bisa bergiliran atau bergantian. tergantung suasana hati ingin yang mana.
kamu sudah tahu kalau mereka bilang saya perempuan abmoral? gara-garanya sederhana. hari ini saya menolak datangnya cinta tapi masih pergi bercumbu ke tempatmu. kata mereka, tak ada yang lebih sundal dari tidur di ranjang yang dingin. tapi, mereka kan tidak pernah tahu, kehangatan macam apa yang kita rasakan.
kamu sudah tahu kalau aku memutuskan untuk berhenti jadi abmoral? aku akan lebih bermoral kali ini. dan untuk itu aku harus membunuh aku. lalu setelahnya, semua kembali normal. mereka akan bergunjing tentang orang baru dengan suasana berbeda.

Senin, 24 September 2012

kalau namanya terus kau sebut,
ada yang terbakar tak percaya
kau tahu benda terbakar? 
antara kering jadi abu
atau mengamuk jadi asap

Minggu, 23 September 2012

testarossa karina,
sulit ya bercakap-cakap.
sulit ya
hmm
rindu dari pulau kelapa

obrolan kecil di dalam sini

sedikit-sedikit bicara cinta,
macam anak baru kenal rasa.
sedikit-sedikit jatuh cinta,
macam anak gadis berubah jadi wanita.
sedikit-sedikit bicara banyak,
sudah sedikit keluar banyak,
mau jadi macam apa?

Subuh

di puncak segala kegembiraan,
di wujud tak bernyawa.
pada udara yang mengisi
pada suara yang menangis
di atas segalanya,
di bawah segalanya.
dengan ada atau tidak
dengan menjadi ada
atau hilang.

menyimpan waktu seperti memori,
menyimpan daya seperti kalori.

inilah sunyi setelah gemuruh doa datang di satu masa,
inilah padam setelah ribuan lampu di atas panggung menyala tanpa ampun.
inilah pagi buta,
ketika tak ada lagi yang terdengar,
kecuali derap kaki Tuhan,
turun perlahan
menyublim menjadi sinar matahari
namamu aman. takkan ada telinga mendengar. biar mata melihat dan tetap ragu. tenang, namamu aman. takkan keluar secuil huruf pun. namamu aman tersemat di tempat yang jauh dari panca indera mereka. aman.

Anak Perempuan Bapak

"bisakah jarak denganmu dan usia dipisahkan? supaya aku tak perlu mengecap rasanya ditinggal pergi. walaupun kau pergi dengan segala kebaikan. meninggalkan aku dalam kehormatan." -(kupinjam namamu) bidadari jatuh

tulisan ini untuk teman yang kulihat di dalam cermin.
anak perempuan itu berdiri dengan kekuatan yang membuat iri langit di hari Jumat. langit mendung menatap sendu ke arah pusaran duka. tak sangggup dia menepis rasa berkabung yang naik sampai ke atas. isakan, teriakan, permohonan, semua jadi dupa yang baunya dihirup dalam-dalam oleh langit. jika uap dari air butuh waktu lama untuk jadi hujan, abu dupa dari duka lebih cepat bergumpal dan jadi hujan. tapi melihat anak perempuan yang badannya tak lebih besar kilat, berdiri dengan tabah seperti karang yang disapu ombak, ia urung menangis.

siapa kamu?

anak perempuan ini diam, menunggu satu persatu orang pergi dari pusaran laki-laki yang dicintanya. dibenarkan letak bunga, tepat di jantung tanah. kembang tabur yang berserakan lemas tak bersemangat menyebar wangi, dirapikan. muka paling indah yang tetap tinggal di pusaran.

kuda betina
tunduk dalam-dalam mencoba mengintip isi bumi. memastikan dia yang terbaring di sana, aman.

sudah, sudah selesai. seperti ketika salib berdiri, dan langit memuntahkan amarahnya, Tuan yang tergantung di situ bilang "sudah selesai". begitu pula di sini. abu jadi abu dan kembali menuju pusar bumi.

tulisan ini untuk temanku, bukan semacam penghiburan, tapi salut yang kujejerkan rapi jadi kata.
kau titik hitam bulat sempurna di antara keramaian kata. yang menutup segala perjumpaan dengan rapi. yang luput dari tangkapan mata, yang sukar diartikan keberadaannya. jadilah sekuat titik di akhir kalimat. selesaikanlah apa yang mereka bicarakan, seperti biasa yang kau lakukan. dan untuk kamu lagi, yang tinggal terakhir, menatap cinta pertamamu lumat ditelan bumi, aku hanya bisa tawarkan kopi dan asap di masa sukar. ya?

Please be ok even when you think you are not. please be ok even when you are not. and i always believe you are stronger than the storm.

tanpa judul kutinggalkan pesan


kegairahanku bukan pada hal yang semata-mata dilihat oleh mata. bukan juga pada tubuh yang tergolek di atas kanvas seperti lukisan. kegairahan ini dialamatkan pada cahaya. pada udara. pada bau. pada rasa yang tidak pernah akan dinamai. yang tidak pernah sampai atau terbalas. duduk dalam rindu berlama-lama tanpa tahu bagaimana harus mengatasinya kadang lebih indah ketimbang memiliki segalanya dan tak lagi bergairah macam ini.
udara malam di kota, dengan keramaian yang lahir tiap detik, akan jadi sensasi paling kita rindukan ketika kaki sudah berlama-lama tertanam di dalam pasir atau menginjak permukaan gunung di utara bumi. jangan lupa, kita lahir dari mimpi dan hidup dengan pasokan oksigen dalam tidur panjang yang bahagia. selamanya akan begitu. tak usalah risau apalagi merepotkan diri dengan menyentuh perkara yang tak berakar. tak usalah semuanya dijadikan data yang harus dikoleksi lengkap dengan analisisnya. cukuplah semua ditaruh berombongan tanpa klasifikasi istimewa. ingat saja pada sensasi meledak seperti kembang api yang dilepaskan di puncak kegembiraan manusia.
kita adalah kita pada awalnya yang kemudian berpisah ketika meteor terakhir datang dan menghancurkan siangmalam. kita adalah kita pada akhirnya sebelum kembali jadi aku dan kamu. ingat ini bukan kisah cinta remeh temeh atau yang turun naik seperti ombak. ini adalah perjalanan yang sudah seharusnya saja dijalani tanpa perlu berpikir bagaimana caranya bisa sampai di sini.

Sabtu, 22 September 2012

kalau sampai ini hanya bunga tidur yang mekar di waktu terjaga, aku harus cari cara menyiramnya. pasti bukan dengan mata terpejam dan kelelapan di malam hari. harus dengan cara lain yang sulit ditemukan. pilihannya ada di antara ini, aku harus beli obat anti kantuk atau aku harus lebih banyak habiskan cangkir-cangkir kopi. sebenarnya dengan senang hati pilihanku jatuh di cara kedua, tapi apa boleh? minum kafein terus menerus sepanjang hari. apa baik? apa katamu, lebih baik dari minum pil-pil terjaga? baik. baiklah. jadi kau yang akan buatkan banyak-banyak asupan bunga tidurku itu ya. jangan marah kalau tidurku sedikit, berkurang drastis dari yang seharusnya. karena aku lebih suka usiaku pendek karena kurang tidur, ketimbang lama mati karena tidur banyak tanpa bunga tidurku di waktu jaga.

Rabu, 19 September 2012

701
aku sampai padamu
kebetulan yang menyenangkan,
begitu seterusnya namamu akan kuingat.
kita banyak-banyak main mata akhir-akhir ini
bertautan seolah sedang temu janji, padahal tidak
dunia tempatmu tinggal, asing
tapi kehadiranmu, nyata.

kupikir jalanmu akan berarak dalam kawanan.
membentuk payung yang meneduhkan.
tapi satu kamu saja sudah cukup teduh.
tolong datang lagi,
sekarang atau besok,
kebetulan yang menyenangkan bersegeralah manakala kalutku datang bergelombang

Selasa, 18 September 2012

buatku doa tak harus selalu meminta. denganmu, doaku akan jadi lebih sederhana. isinya cuma rasa terima kasih. selebihnya kuaminkan dalam tiap jeda.

mimpi buruk

kepala-kepala itu main di dalam sini. muka yang berbeda dari satu kebahagiaan yang pernah serupa. sekarang mereka lupa rasanya akrab. sekarang mereka saling bunuh di dalam sini. paru-paru yang menyemburkan bola-bola api. jantung yang detaknya bagai gemuruh.  dan aliran darah yang berlarian turun menuju kaki. kalian saling bunuh, menyisakan aku mati kekeringan bagai medan perang. tidak bisakah pergi berperang di tempat lain? wajah-wajah kalian lalu pudar. aku kehabisan waktu.
kamu tidak akan pernah lupa sosok yang menyerupai dirimu sendiri. dan tidak akan pernah puas berdiam di satu tempat yang belum menyempurnakan dirimu. kita cuma keegoisan kecil yang terbagi dalam berbagai bentuk. percaya?
dan saya percaya,
pernikahan mereka adalah skenario yang harus dijadikan nyata.
sebab tanpa mereka,
saya tidak ada.
sedihnya, saya tidak percaya
pernikahan saya ada dalam skenario.
untuk laki-laki yang menjadikanku pencemburu,

aku mau tulis apa?
aku paling kenal kau. duapuluhtahun aku habiskan untuk mengenali gerakgerikmu. tanpa perlu belajar atau bertanya, aku menirumu. aku duplikat dalam bentuk kelamin berbeda dengan kadar emosi yang kurang lebih melengkapi. kalau aku tercipta berpenis, aku mungkin besar jadi laki-laki hebat sepertimu.

bertambah tualah dan bergembira. sebab kehidupanmu mewarnai punyaku. sederhana saja, kau membuatku bahagia dengan menjadi bahagia. kalau kau sakit, aku yang pertama akan menyuguhkan penghilang rasa sakit. kalau kau sedih, percaya, aku yang pertama akan mengeluarkan stok lawakan paling garingku sepanjang masa. kalau ada yang berani menyakiti, menyedihkan, meresahkanmu, aku yang akan berdiri di garis paling depan dan mengayunkan pedang menebas mereka. aku akan jadi batu karang di atas kerapuhan usia senjamu..

papa, selamat ulangtahun. kau adalah laki-laki pertama yang kusayang dan seterusnya begitu. kemarahanku yang seringkali menyelinap di antara kerja kerasmu membahagiakanku, takkan pernah bisa kutebus. tapi aku mohonkan pada Tuhan, kau diberi usia panjang. untuk berdiri bersamaku di depan mata orang banyak, mengangkat tinggi-tinggi hasil kerja kerasmu yang kuwujudkan.

berbahagialah, pap. 365 hari dan sukacita lainnya. selamat.
sebenarnya aku sangat ingin bisa sepertimu, Keli. jadi pecinta duapuluhempat jam dalam sehari, setia berlama-lama di suatu tempat sampai lupa betapa luasnya dunia ini. kadang ingin juga duduk manis di meja makan, menanti seseorang datang untuk menghabiskan sisa usia. sederhana, mencintai. tapi sayang, aku dikutuk, Keli. aku dikutuk untuk menjadi petarung. yang menghabiskan sisa usia di medan perang. bukan di rumah yang dibangun untuk mati. aku harus jadi pemenang. dan untuk menang aku akan banyak makan orang, mengalahkan lawan.
kakiku ini, Keli, terbuat ringan. besar dan perkasanya hanya untuk menakuti lawan. sebenarnya, ia ringan. keduanya ringan hingga mudah terbawa angin. saking ringannya, jejakku sulit terekam. dan orang, kadang tersesat bersamaku.
ah, Keli, andai aku juga bisa bilang apa yang sering kau ucapkan. "bagiku, cinta saja sudah cukup". betapa manis duniamu. sayangnya, itu naif. mencintai apa Keli? cinta itu apa, Keli? jelaskan, jabarkan padaku serinci-rincinya. kalau memang cinta cukup, kenapa ia bawa pergi seluruh harapanku untuk hidup bahagia? sayang, aku tidak akrab dengan rasa yang satu itu.
ya, Keli. aku petarung. dan lawanku adalah orang sepertimu. sayang, Keli, aku senang mendengar cerita tololmu tentang cinta. bagiku itu hiburan. sehingga, untuk sekarang kau takkan kumusnahkan. dirimu yang mengagung-agungkan ketiadaan cinta itu akan kujadikan pelabuhan kecil. pelabuhan tempat aku mencari angin segar.
aku tidak menyalahkan kamu yang terlalu menginginkannya, hingga lupa jejak.
aku menyayangkan kamu yang cepat-cepat berlalu ketika aku sedang ingin lama-lama menjadi bodoh.
maaf,
malam ini aku rindu kamu
dan cepat-cepat menyudahi ini saat tahu daya otakku turun beberapa persen
bisakah kita di sini diam dulu, Keli. aku tanpa suaraku dan kau tanpa apapun yang biasanya berbunyi. sembunyikan gerakgerik tubuhmu dan nafasmu yang berat-berat pergi lepas. aku juga di sini, dalam hening. kita diam dulu sebentar. mencari apa yang tidak pernah kita temukan dalam keramaian. jawaban.

bisakah kita tidak berbicara. tidak dengan mulut, tidak dengan mata, atau menghentikan baris-baris panjang di dalam kepala. tanpa apapun, marilah kita jadi bisu. mencoba melakukan yang tidak pernah kita lakukan, yaitu mendengar. dengar tanpa harus berbicara setelahnya.


kau cari apa Keli.
kalau kau cari jawaban  padaku, aku pun tak bawa.
kalau kau cari telinga padaku, aku punya dua seperti juga kamu.
tapi yang kita cari lebih dari sekadar jawaban atau telinga untuk mendengar rumusan jawab versi kepala masing-masing.
kita butuh lebih banyak dari itu.
kita butuh ruang,
yang dapat membuat nafas berhenti tanpa mati
ruang itu bisa kita ciptakan dengan kesunyian yang bisu,
percaya?

Minggu, 16 September 2012

Tautan


Rah, aku tergoda merindukanmu. Sangat tergoda. Diam-diam aku mencuri waktu untuk melepas topeng dan memikirkan cerita yang kau titip di kepalaku. Membiarkan saja semuan peristiwa itu berjalan seperti gulungan rol film. Melamun. Mengejawantahkan tiap keringat yang menetes dan baumu yang tersisa di bantal tidurku.

Sudah beberapa minggu aku menghentikan undangan bagi pria lain naik ke atas sini. Sudah kubersihkan tubuhku dari kebutuhan disentuh setiap waktu. Aku berubah jadi biksu yang tergoda untuk menginginkan kamu dalam wujud realitas. Tapi aku pun senang mendapatkanmu sebagai memori di kepala. Oh, andai ada kitab yang menuliskan peristiwa macam ini, aku pasti akan mewaspadai kedatanganmu yang sepi senyap.
Jarang-jarang semesta menaruhkanku pada kebetulan yang asing macam ini. jadi aku kehabisan akal untuk menyelesaikan keresahan yang begini ini. dan kau, kau muncul terus menggodaku untuk merindu. Kau tidak pernah tahu rasanya jadi perempuan macam aku yang berharga diri setinggi langit. Sulit, sulit Rah untuk aku datang ke depan mukamu dan bilang sesuatu yang paling jujur yang ingin aku bicarakan. Lagipula, laki-laki macam kau, apa punya waktu mendengar cerita yang seperti dongeng dari seorang betina jalang. Tidak. Dan aku malas mereka-reka reaksimu yang selalu sepi itu.

Bagaimana kalau ternyata aku mencintaimu, tidak, tidak seperti cinta yang mereka bicarakan. Atau sebaiknya aku ganti kata mengerikan itu dengan ini, menginginkanmu. Bagaimana kalau aku menginginkanmu tidak hanya sebagai petarung di atas ranjang juga sebagai lelaki utuh yang dengan mudah kurengkuh. Ah, tapi apa kalau kau jadi begitu mudah kurengkuh, lantas rasaku padamu masih sebesar ini. mungkin ya, mungkin tidak. Dan sekali lagi, aku malas mereka-reka sesuatu yang hanya pernah kudengar di dongeng pengantar tidur.



Selamat malam. Kau harus pergi tidur. Dan aku enggan terjaga untuk melihatmu menggodaku di kepala. Aku mau tidur dan sisanya biar semesta yang tentukan.

Rabu, 12 September 2012

terima kasih untuk harga diri yang lebih besar dari kepala saya. dengan bangga saya bilang, ya, saya tidak takut kehilangan kepala ketimbang harga diri saya yang dipancung.

anak manis

kalau menurutmu menjadi tolol adalah kebahagiaan maka lakukanlah. setidaknya sampai kamu sadar bahwa ketololanmu membutakan definisi bahagia lain yang lebih besar. karena setiap kita, berhak bahagia dengan caranya masing-masing. bahagia tidaknya kita tergantung pada definisi personal. bahagiaku adalah harga diri. dan kalau bahagiamu adalah sesuatu yang semu maka bersembunyilah baik-baik di sana. jadilah manusia dengan pilihan.



keli, keli, anak manis yang selalu bersusah hati. mengapa sulit bagimu untuk paham bahwa kau tak perlu terus menerus bersusah seperti itu jika mau? tidakkah lelah kau gantungkan harimu pada seutas benang yang mudah putus. tidak inginkah hatimu mencari jalan beraspal untuk dijejaki. kerapuhanmu adalah pilihan, dan kuhargai itu. pernahkah kau dengar cerita seekor burung yang terbang jauh ke selatan bumi hanya untuk mencari musim panas sepanjang tahun? bahkan burung pun berusaha sekuat tenaga untuk melihat matahari dan menghindar dari musim dingin yang menusuk tulang. tidak rindukah kau pada logika? jangan terus paksa hatimu untuk bertahan pada kesejatian yang palsu, yang mereka sebut cinta. sebab menurutku, cinta takkan tinggal berlama-lama. ia hanya datang di musim tertentu. carilah matahari dan hiduplah sepanjang tahun. atau kau boleh terus lakukan pilihanmu dan cobalah sedikit berusaha untuk bahagia. sebab hidup, menurutku lagi, bukan tentang seberapa panjang harinya tapi tentang seberapa senangnya kau tinggal di dalam satu hari.

Finding Neverland

pastikan aku ikut serta dalam mimpimu,
sekalipun kau menolak adanya aku dalam hidupmu.
kau boleh berhenti menulis kartu padaku,teman yang baik
dan menghilangkan jejak gambar wajahmu
yang sebenarnya selalu kau kirim padaku.
tapi aku tidak akan mundur
aku akan terus percaya bahwa di suatu dunia yang jauh dari sini
kita adalah satu kesatuan 
tanpa jarak


-keli menulis ini pada lembar terakhir suratnya yang tak jadi dikirim. balasan terakhir dari temannya yang baik mematahkan hatinya. apakah aku cuma ilusi di dalam kepala orang-orang banyak? seru keli di selipan lamunan panjangnya.

Selasa, 11 September 2012

pada bayangan yang menolak wajahku

kepada Keli,
sahabatku yang baik sekali kalau tersenyum


halo, Keli. ini sudah beberapa minggu semenjak kartu pos terakhir yang kau kirim padaku. ya, Keli, aku tahu, kalau aku tidak seharusnya menulis padamu sebelum kau kirim kartu pos terakhirmu. tapi untuk menunggu datangnya kartu terakhir itu, aku bisa mati kebotakan dulu. aku tidak bisa sabar menunggu. tiap menunggu-nunggu suratmu itu, jariku gatal menggaruk kulit kepalaku yang sama sekali tidak ada rasanya itu. tapi mau saja kugaruk, sebab aku sangat tidak sabar menunggu. jadi kuputuskan untuk menulis surat padamu, berharap kau dapat mengatur pengiriman kartu pos lebih cepat.

langsung saja Keli,
aku akan sampaikan hal yang membuatku sungguh tidak bisa lagi menunggumu eh makusdku kartu pos darimu. pertama, aku tidak sabaran. kau ingat peristiwa di stasiun kereta waktu itu? aku sampai nekat berjalan menyusuri rel untuk sampai ke stasiun berikutnya saking tak karuan hatiku harus menunggu. kedua, gambarmu di kartu pos itu sungguh membuatku kecanduan. ya, Keli, aku candu pada senyummu dalam tiap kartu pos. kalau boleh kusandingkan senyummu dengan bulatan bulan di langit malam maka aku harus bilang bahwa bulan pun tertunduk malu. malu dia, Keli, melihat sempurnanya senyummu membentuk sabit. dan ya, sneyummu itu seperti rangkaian kata dalam suratmu. sneyum yang bercerita. jadi aku harus cepat-cepat mengikuti kelanjutan kisahmu dari senyum itu.dan ketiga, ini sebenarnya yang paling penting, Keli, aku akan menjalani operasa mata. ya, Keli, penyakitku bertambah rumit. untuk dijelaskan dalam surat ini rasanya akan buang banyak tinta dan kertas. aku mau kau tahu, segera setelah surat ini kukirim padamu, bola mataku akan diambil. segera. oleh karena itu, sebelum aku tak bisa lagi menangkap gambarmu selamanya, aku ingin dan sangat ingin mengabadikan senyummu yang selamanya akan bercerita dalam kepalaku.

nah, Keli, aku harus berhenti di sini. mataku sudah banjir dengan kerinduan berjumpa dengan senyummu. kiranya kau akan segera kabulkan permintaan terakhir dari kedua bola mataku. senyum itu. cukup. ya? baiklah, kutunggu, Keli.

peluk hangat,
aku.








untuk teman Keli yang baik,


aku tidak tahu siapa Keli yang kau bicarakan. dan kalau kau yakin aku ini Keli, mungkin kau harusnya tidak hanya mengoperasi matamu. ada baiknya kau periksakan juga isi kepalamu. sebab sudah kutulis ribuan kali balasan, aku bukan Keli. dan kartu pos macam yang kau ceritakan itu, tidak pernah ada.


salam.


dead by book

malam ini saya cuma mau tulis sebuah kecemasan. kecemasan yang memicu dentuman keras di dalam kepala. bunyinya seperti benda tumpul yang dipukul berkali-kali ke atas meja. DOK DOK DOK DOK. pernah dengar? ngilu. sengilu kuku yang sengaja dicakarkan pada papan tulis kayu. KRIIIIIIIIIEEET. ngilu.
kecemasan ini awalnya dimulai di ruang kelas. seperti biasalah, di dalam ruang kelas, kami ini disuapi banyak-banyak benda yang katanya bernutrisi. suapan pertama, enak. kedua, ketiga, keempat, masih nikmat. begitu masuk suapan kelima dan selanjutnya, mendadak perut mual. tubuh mulai menunjukan sebuah tanda perlawanan. BERONTAK. teriaknya. tapi sia-sia. sebab perintah yang diserukan dengan semangat itu tidak disampaikan oleh petugas penyebar komando dari otak, saraf. saraf saya mati. entah karena kekenyangan dijejali yang "bernutrisi-nutrisi" itu atau memang mendadak tumpul. bodoh. bego. tolol. lebih parah lagi, dungu. intinya, ketika saya mau bilang "stop, jangan lagi disuap. saya kenyang. eh bukan, saya tidak suka. saya mau makan kalau saya mau saja. nanti tapi. stoooop!", saya lumpuh. saraf mati. dan dentuman keras itu mulai muncul. tiap suapan sesudahnya menimbulkan tiap hentakan yang makin lama makin lama makin besar. DOM DOM DOM. saya pikir, matilah saya. mati overdosis yang bernutrisi-nutrisi itu... habis perkara. tinggal nama nantinya saya, selamat tinggal buku-buku bagus dan musik yang tidak pernah bisa saya nyanyikan. kiranya kita punya kesempatan bersua di dimensi lain.
sesaat sebelum saya pikir saya akan segera kehilangan kesadaran (lagi-lagi saya harus ulang, akibat kekenyangan dijejali yang "bernutrisi" itu), muncul suara yang secara mendadak menyerbu dan dengan mudahnya menggerakan tubuh saya.

"ANAK PEREMPUAN, KAMU MALAH TIDUR! ASIK-ASIK DIDONGENGI YA DI KELAS"

mati saya mendadak batal. dengan sigap dan penuh ketahanan akan rasa malu, saya angkat kepala dan menggosok mata yang pedih menahan kantuk. luar biasa. saya hampir mati suri. mati suri akibat kepala saya berontak. berontak menolak yang saya tidak sukai. dan seperti biasa, ketika saya tidak suka, sistem dalam kepala saya secara otomatis mematikan jaringan saraf. ya, SAYA KETIDURAN LAGI DI KELAS SIANG INI GARA-GARA SAYA ENGGA TAHU LAGI CARANYA MENCERNA ILMU (atau opini) ITU.

Minggu, 09 September 2012

tapi sudah sejak sangat awal saya tahu kalau kita semua nantinya mati sendiri. tidak beramai-ramai apalagi mati mesra di pelukan orang tersayang. ah. pengetahuan itu rupanya sudah jadi teror sejak saya-tidak-tahu-kapan-pastinya tapi lama sekali.  lalu sekarang saya lupa, dengan tololnya saya sibuk cari teman banyak-banyak supaya tidak sendiri. 
dari satu ranjang ke ranjang lain. dari bawah selimut menyelinap ke hati lain. dari mata yang itu ke pelukan yang ini. sibuk sekali mereka-reka dengan siapa kiranya saya akan mati nanti. tidakkah itu menyedihkan untuk seorang yang sebenarnya sangat-tidak-percaya bahwa manusia diciptakan berpasangan?
sialnya, saya mudah tertarik.
oh. tidak apa-apa kalau kamu orangnya juga seperti yang saya tulis. tapi saya cuma mau tanya, pertanyaan paling besar yang sulit dijawab sendiri
"takut?"

wish list

mau dong daftar jadi pembual,
kayaknya kamu agen pembual di kota deh.


mau dong dibohongi,
kayaknya aku kecanduan hal-hal semu


mau dong hidup damai tenang bersih sehat waras,
kayaknya aku apapun selain yang di atas itu deh.


diam dulu ya. sebentar ini mau cari penjelasan. kalut aku kalut. sebab jatuh yang ini keras. sebab rasanya ini hebat

fearless

kamu pernah takut?
benar-benar takut sampai tidak tahu bagaimana harus berani?
seperti tidak ada cara lain dan rasa lain
selain takut.

takut,
saya takut. takut jadi lemah. takut ketahuan lemah. takut dikasihani.
padahal ketakutan saya pada lemah adalah kelemahan itu sendiri.
dan bagaimana caranya saya harus menyudahi semua ini
jika tidak pernah ada titik awal
apalagi akhir.


takut,
saya takut.
apa kamu pernah takut?
kalau nanti aku suka dan semua jadi kebiasaan,
jangan marah kalau kita harus terjaga sampai tengah hari
hanya untuk bicara hal remeh temeh macam remah biskuit dan es limun, ya?

baiknya

begini ya,
apa saya pernah minta anda kasih saya kesetiaan?
lho, siapa yang marah-marah. suka melucu. saya tidak marah ini.  kan cuma tanya.
apa anda pernah merasa saya mintakan sebuah kesetiaan?
tidak?
tidak pernah?
kok lucu. tiba-tiba anda datang bawa kesetiaan banyak-banyak dan anda kasih ke saya.
anda tidak bilang memang kalau kesetiaan itu adalah buah permintaan saya.
tapi anda sendiri kasih untuk saya.
sekarang saya tanyalah pada anda,
buat apa sebenarnya anda kasih barang itu pada saya? buat apa?
saya tidak minta.
anda yang kasih.
tentu ada alasannya.
apa, tidak ada?
oh.
baik-baik. jadi kesetiaan yang anda kasih itu benar-benar buat saya tanpa alasan apapun, ya?
ya?
lalu sekarang saya tanya,
saya sudah terima pemberian anda itu.
sudah jadi milik saya kan sebuah kesetiaan dari anda?
sekang kenapa, kenapa, dan sekali lagi saya tanya, kenapa
barang yang sudah jadi milik saya itu
tiba-tiba anda tukar dengan paksa
pertama anda ambil
kemudian anda bilang
"maaf, kesetiaan ini ternyata tak cukup baik."
lalu anda kasih barang yang baru, perpisahan.
ok, kesetiaan anda tidak lagi diterima di sini. ambil sekalian perpisahan itu. baiknya kita tidak usah saling memberi. atau menerima


saya tidak marah.
dan ini bukan marah-marah.
jangan sok.

pause

aku tidak mau menyianyiakanmu di awal perjumpaan maka aku menolak gemuruh itu. kuredakan detak jantung yang melompat-lompat gembira dan kuganti dengan jabat tangan yang hangat. berharap detakku lepas di ujung jari.
sampai detik ini pun, aku masih tak rela menyisipkan namamu di antara kata yang cuma jadi hiasan bibir. enggan pasang badan lalu berlalu. biar, biar aku simpan semua rasa bahagia ini. kau tak perlu tahu. kalau sebentar nanti aku lari, percayalah, bukan karena aku tak benar menginginkanmu. cuma masalahnya, kita tahu, mimpi usianya seperti sigaret. dihisap. hisap, hisap, habis lalu jadi abu. aku tak sudi menangis lagi mengetahui satu mimpi yang lain mati.

Kamis, 06 September 2012

siklus ini bagai kutukan untuk semua labia


 Di sebuah negeri yang jauh dari teman dan saudara, aku akan bangun sebuah ruang untuk kita. terlepas dari kungungan adat istiadat dan keluarga. Kau mau? Aku akan bangun lebih pagi dan membuatkanmu telur yang paling putih dengan bulatan kuning bersinar, gurih. Kutuangkan susu dan kopi dalam gelas yang berdiri sabar untuk mencium bibirmu. Kubangunkan kau dengan belaian paling lembut yang pernah kau dapat. Tersenyum menyambut pelukanmu. Kita akan makan banyak pagi itu. bercerita tentang mimpi semalam dan menertawakan hal bodoh yang kita lakukan di atas ranjang.


Ketika matahari telah berdiri bangga di tengah langit, kita akan pergi pantai. Menghabiskan sebotol limun dingin dan menceritakan laut yang tak pernah terlihat ujungnya. Lama-lama sampai matahari condong ke barat. Ketika itu bayangan kita muncul di permukaan pasir yang kecoklatan terpanggang matahari dan bau garam itu akan menyedapkan siang. Kau lari ke pondok dan mengambil gitar kayu. Kau bilang kau temukan cara memainkan musik yang kusuka. Kau mainkan nada-nada itu dan memintaku menari. Aku memintamu memainkannya lambat-lambat agar tubuhku bergerak leluasa.  Dan kita tidak sadar, kau tak lagi memeluk gitar tapi tubuhku. Tubuhmu dan baunya berjarak sehelai rambut dari tubuhku. Dan kita bergerak sampai matahari malu memandaingnya. Ia memutuskan tenggelam. Dengan warna merah di balik tarian kita, aku menciummu. Ciuman paling panjang yang akan kubagi. Ciuman yang membuat senja di pantai cemburu. Ciuman yang membuat waktu kehilangan detaknya.


Namun, ketika malam tiba dan bulan bulat utuh naik ke atas langit... kau pergi. Kau titip pesan pada tembok-tembok yang bisu melihat jejakmu di depan pintu.
“aku harus kembali. Hidup dalam kenyataan. Terimakasih atas mimpinya. Denganmu, aku bermimpi tanpa harus tertidur.”

Lalu kau pergi dan sekali lagi aku harus  mengulang melakukan hal itu, mentato tubuhku dengan nama-nama mereka yang menghilang. Rah.

Rabu, 05 September 2012

sayang

desember,
aku tunggu. baik-baik kamu di ujung jalan itu. kita pasti bertemu. dengan atau tanpa cinta.
desember,
kita hanya berjarak hari,
aku tahu kau akan baik
kau tahu aku semakin baik.
desember,
jangan menua,
kutitipkan usia
dan bahagiaku di masa yang akan datang.
desember,
aku jatuh cinta, jatuh cinta sehebat-hebatnya rasa.

agustus

di akhir musim panas bulan Agustus, lima tahun lalu.
Labya patah hati
ia pergi ke bukit ilalang membawa semua ceritanya
lalu membenamkan kepalanya ke tanah-tanah kering bulan Agustus
ia bilang
"bumi, kutitip dulu semua hal yang pernah membuatku begitu bahagia. suatu saat, jika kebahagiaan ini boleh jadi milikku lagi, aku akan datang dan mengambilnya."

di akhir musim panas bulan Agustus, tahun ini.
Labya datang lagi ke bukit.
ia gali tanah yang pernah dititipinya sebuah cerita.
dia bilang
"angin, bawa pergi semuanya."
lalu Labya petik ilalang yang paling menjulang yang bisa ditemukannya
dikaitkannya ilalang itu lalu ditaruh di atas kepala menyerupai mahkota.
pikirnya,
lima tahun sudah kuberikan pengabdian tertinggi untuk rasa
sekarang,
aku mau lari. lari dan jadi manusia. bukan tanpa rasa. hanya, kalau punya terlalu banyak rasa itu kadang rasanya sama seperti tidak punya apa-apa.
menarilah bersamaku di antara tumpukan daging busuk bersama bau kematian yang anyir. menarilah, dan kita tertawakan duka. kita tidak punya pilihan selain bahagia ketika menderita. atau kita bisa memilih untuk tidak memilih dan menjadi bagian dari kematian yang berserakan. jadi, menarilah. dan ambil waltz ini untuk mengiringi pemakamanku di akhir cerita.
tuhan punya cara luar biasa untuk menghidupi manusia
tapi manusia kayaknya punya hal di luar kebiasaan untuk mencari kehidupannya sendiri.
maka bergeraklah!
temukan titik pusaran
terbiasalah menjadi biasa-biasa /dengan begitu tidak ada suatu hal luar biasa yang menjadi kebiasaan. ini hanyalah awal/ dari yang biasanya biasa menjadi di luar batas kebiasaan//

mungkin,
jika suatu hari nanti bibir kita berpagut
seluruh dunia akan mencair
lalu air bah yang dulu sempat memusnahkan puluhan ribu mahkluk hidup
akan datang lagi
gunung meletus beramai-ramai
di belakang dunia runtuh jadi serpihan
dan bibir kita tetap bertemu 
seperti selatan bertemu selatan
dan utara dengan utara lainnya.
menikmati setiap ledakan 
dengan melupakan kemungkinan.

aku bersalin rupa lagi. meminjam wajah duka, aku mainkan nada minor di atas tarianmu. tak kusangka, aku menyerupai bayangan. yang dengan mudah menyusup masuk. aku mau membahagiakanmu dengan rupa-rupaku yang berbeda tapi siapa aku? di satu titik, jauh di dasar dari segala kedinamisan rupaku, aku tanya, siapa aku?
di tiap putaran, aku temukan aku. di tiap pakaian, aku temukan aku. aku yang jadi kamu, aku yang jadi dia. apa untuk membahagiakan kalian, aku harus melupakan aku yang paling aku? atau inilah aku tanpa aku.