Minggu, 16 September 2012

Tautan


Rah, aku tergoda merindukanmu. Sangat tergoda. Diam-diam aku mencuri waktu untuk melepas topeng dan memikirkan cerita yang kau titip di kepalaku. Membiarkan saja semuan peristiwa itu berjalan seperti gulungan rol film. Melamun. Mengejawantahkan tiap keringat yang menetes dan baumu yang tersisa di bantal tidurku.

Sudah beberapa minggu aku menghentikan undangan bagi pria lain naik ke atas sini. Sudah kubersihkan tubuhku dari kebutuhan disentuh setiap waktu. Aku berubah jadi biksu yang tergoda untuk menginginkan kamu dalam wujud realitas. Tapi aku pun senang mendapatkanmu sebagai memori di kepala. Oh, andai ada kitab yang menuliskan peristiwa macam ini, aku pasti akan mewaspadai kedatanganmu yang sepi senyap.
Jarang-jarang semesta menaruhkanku pada kebetulan yang asing macam ini. jadi aku kehabisan akal untuk menyelesaikan keresahan yang begini ini. dan kau, kau muncul terus menggodaku untuk merindu. Kau tidak pernah tahu rasanya jadi perempuan macam aku yang berharga diri setinggi langit. Sulit, sulit Rah untuk aku datang ke depan mukamu dan bilang sesuatu yang paling jujur yang ingin aku bicarakan. Lagipula, laki-laki macam kau, apa punya waktu mendengar cerita yang seperti dongeng dari seorang betina jalang. Tidak. Dan aku malas mereka-reka reaksimu yang selalu sepi itu.

Bagaimana kalau ternyata aku mencintaimu, tidak, tidak seperti cinta yang mereka bicarakan. Atau sebaiknya aku ganti kata mengerikan itu dengan ini, menginginkanmu. Bagaimana kalau aku menginginkanmu tidak hanya sebagai petarung di atas ranjang juga sebagai lelaki utuh yang dengan mudah kurengkuh. Ah, tapi apa kalau kau jadi begitu mudah kurengkuh, lantas rasaku padamu masih sebesar ini. mungkin ya, mungkin tidak. Dan sekali lagi, aku malas mereka-reka sesuatu yang hanya pernah kudengar di dongeng pengantar tidur.



Selamat malam. Kau harus pergi tidur. Dan aku enggan terjaga untuk melihatmu menggodaku di kepala. Aku mau tidur dan sisanya biar semesta yang tentukan.

1 komentar:

aryanto mengatakan...

yaaaaa sudalaaaah