Kamis, 25 November 2010

jika memang mereka maha tahu,
tidakkah mereka lihat
luka yang sengaja mereka pahat
lalu dibusukkan begitu saja,
hingga baunya seperti bangkai?
jika memang mereka maha tahu,
beritahu aku
haruskah aku menjadi kamu untuk jatuh hati?

bau ini menyengat.
seperti rasa pilu yang tak sengaja aku hembuskan

kau pikir semua itu kayu dan batu?

jangan tiup sisa-sisa hujan yang mengembun di jendela,
kau tak tahu
betapa besar sisa-sisa yang mengkristal ingin menyelinap masuk ke dalam
merengkuhmu menjadi air
jangan,
jangan kau hentikan caranya menyukaimu
cara sisa-sisa itu mengagumi gerak dan rupamu
mereka mencintai dalam bisu,
dalam rindu yang tak punya bentuk


jangan pikir sisa-sisa hujan tak punya rasa,
sekali tanganmu mengibas mereka lalu...
buyar sudah satu kehidupan.


kadang sisa-sisa hujan adalah aku
kadang kamulah dia, kamulah mereka
jangan gangu sisa-sisa hujan yang datang malam ini.

Kamis, 18 November 2010

aku,
belum mau menemukan namamu
jadi belum ada yang kutulis
aku,
ingin kau tanpa nama
supaya jangan berakhir jadi cerita

aku ingin memilihmu,
dengan keterbatasanku mencintai
aku ingin memelukmu,
walau mereka kira ini sandiwara

aku belum ingin menamaimu
sebab aku memilih,
menjadi lakon dalam cerita ini

Selasa, 16 November 2010

this city doesn't smell so pretty (anymore)

senar
senar dan mata biru kecoklatan
senar mata biru kecoklatan malam
senar mata biru kecoklatan malam ruang hampa udara

senar dan mata biru kecoklatan...
di malam,
yang hampa udara.

senar lagi
(aku suka)
dan mata biru kecoklatan
ruang hampa udara
biarkan malam berlalu
dan ijinkan aku menghilang dari cerita ini

setelahnya sepi

setelah senja dan atributnya lewat,
sepi.
setelah warna merah di langit pudar,
sepi
setelah ramai berubah bentuk menjadi satuan angin,
sepi
setelah mata berhenti memburu
kaki berlalu tanpa riuh,
sepi
setelah semua yang kita lakukan menjadi statis,
sepi

aku baru melihatmu
dalam gelap yang paling dalam
dalam sunyi yang mencekam
dalam nada yang kau minta aku nyanyikan

aku baru sadar,
malam memperhatikan kita
memberi ruang untukku jatuh hati

Minggu, 14 November 2010

menjadi serupa


mereka katakan :
"mencintailah tanpa alasan,
dengan kesederhanaan yang memeluk
dengan adil
dengan hati tanpa sengkokol otak dan kelamin"


aku tanya :
"lantas mengapa kita harus sama untuk bersama?
mengapa jika kau itu, aku ini...kita berusaha serupa"


sayang, jika memang mencintaimu harus
sederhana dan adil
mengapa kau minta aku bersalin rupa?

Sabtu, 13 November 2010

kepada sejumlah besar cassanova

Mengapa begitu pilu,
Melihat wanita itu mengadu
Pada jarak yang berlalu
Hanya angin memperhatikan sendu

Mengpa rasanya akrab,
Dengan rasa-rasa kelabu itu
Adakah mereka bisa kembali merapatkan hati
Pada wanita-wanita yang tinggal
Menatap jarak yang kalian bentang

Kamis, 11 November 2010

pengantin hujan

sadarkah kamu,
kalau hanya kita yang tersisa di ramainya hujan.
di antara ribuan kaki yang bermandi lumpur
kepala-kepala yang menari di bawah langit yang mencair,
kita berdiri
berbagi.
lucu,
di tengah keramaian
aku seolah hanya melihatmu,
dengan batas
hujan...
sebagai kelambu pengantin malam ini

Selasa, 09 November 2010

percakapan yang menyembuhkan

dia bilang "letakkan beban tubuhmu pada angin yang paling ringan."
dan aku bertanya "mengapa?"

saat dia mencoba menyembuhkan,
kita jangan bertanya
saat seseorang berusaha berdiri melindungi,
kita tidak perlu bertanya-tanya
ketika tangan-tangan lepas dari pelukan,
baru kita harus bertanya...mengapa?


dan jawabnya "karena jika berat tubuh kita tidak dibagi dengan udara, kita akan "nyungsruk" masuk ke dalam bumi."


atau mungkin,
kita harus berpegangan pada dahan
pada tali layangan
pada apapun yang diberikan untuk kita bertahan

debu di depan pintu rumahku

ibu membulatkan tekad menyambutku pulang,
menunggu di bawah jam yang detaknya tak melambat
ia membalut tubuhnya dengan selimut di atas kain yang empuk
menanti sambil memenjarakan diri dalam doa


ayah mengganti wajahnya yang cemas
ayah menuju ke pintu pagar
menjaga dengan hati yang dibesarkan
berharap aku segera tiba dari jalan panjang di sana


aku mencari jalan pulang di antara banyak jalan yang terbentang
bermimpi tentang rumah yang memanjaku
aku kirimkan salam untuk mereka
aku bisikan pada debu yang mengelupas dari kulitku,

"tidurlah ayah ibu. jangan tunggu aku pulang. sebab belum kutaklukan jalan yang ini."

adakah yang mengingat dimana bisa kubuang ini?


kita tahu seperti apa sedih. namun kita tidak tahu mengapa sedih itu selalu ada. mungkin sedih tidak pernah benar-benar pergi, seperti kamu yang walau bergegas akan selalu meninggalkan desah nafas. mungkin kita kurang pengetahuan tentang rasa. kita tidak mengenal betul hati kita. hingga jika ia tidak mengeluh, kita tidak tahu kalau ia tersakiti. kita lupa bahwa lebih dari sekedar organ tubuh, hati memberi hidup. dan rasa sedih itu keluhan hati. keluhan panjang, keluhan kekal. bahagia bisa datang, mengganti sedih sesaat dengan tawa. tapi lagi-lagi seperti kamu, ia tidak bisa terhapuskan selamanya. selalu ada sedih. seperti juga selalu ada tawa. selalu ada ragu, seperti juga selalu ada aku kamu.
aku harus menyelamatkan hatiku dari rasa sedih yang berlebihan. mengobatinya dan mengasihinya. supaya ia tahu, biarpun bahagia lebih diinginkan, ia tetap boleh menangis dan merasa sedih. kamu yang walaupun jauh, tetap boleh kurindukan dan kuingat. sesudah itu kumatikan lampu dan aku bersatu dengan senyawa di udara, menjadi...tak memiliki rasa.