Selasa, 28 Juli 2009

ilustrasi rasa

Listening to : So long,Lonesome (explosion in the sky)

Membayangkan sebuah ruang kosong
Sebuah medium
Sebuah
Sesuatu
Udara
Atau apapun
Dimana sel sel ini hidup
Pori pori ini menarik nafas
Menjadi sebuah kompleksitas (maafkan ketidak indahan kata ini)
Tapi inilah
Dia
Melodi
Irama
Nada
Bunyi
Bukan lagu
Yang menggambarkan ruang medium sesuatu sebuah atau apapun
Menari seperti bukan penari
Menyanyi sudah menjadi hobi
Buah berry yang jatuh hancur dan terurai
Manisnya luluh lantah di atas tanah
Menjadi satu dengan coklat tanah yang pahit basah
Begitulah rasanya
Sebuah ledakan di udara
Sampai jumpa!

Senin, 27 Juli 2009

laki laki jubah dan pistol




bagaimana harus saya menceritakan kekaguman saya pada johnny depp?


PUBLIC ENEMIES, sebagai film terbarunya yang saya nantikan sejak bulan-bulan yang telah lalu akhirnya bisa saya tonton juga. bukan karena saya tidak mengagumi film ini. namun jujur saja, saya bukanlah penggemar film=film buatan MIchael Mann.


di film ini saya cukup terganggu dengan gambar-gambarnya yang bepindah cepat dan seolah berusaha mengejar satu cerita selesai dan mempertahankan satu keutuhan cerita.


tapi mari kita lupakan soal teknisnya, mari kita bicarakan soal rasa dan esensi cerita di film ini.


diangkat dari kisah nyata seorang penjahat termasyur di tahun 30an, amerika seolah menerima kelahiran sosok robin hood yang lebih necis lebih real dan lebih (aahhhh) hot. John Dillinger, diperankan dengan WOW oleh Johnny Depp. penjahat yang memerlukan waktu 1 menit 40 detik, flat, untuk merampok satu buah bank. kemudian mengembalikan uang itu kepada nasabahnya. bukankah itu cara kerja yang mulia? setidaknya, dari sekian juta orang yang pandai bicara tentang perubahan dan kehidupan lebih baik, hanya Dillinger lah yang saat itu sungguh-sungguh bergegas merealisasikan "bantuan" kemanusiannya itu.


keluar masuk penjara, ah itu adalah pekerjaann sampingannya selain merampok bank. taruhlah ia tidak segaya American Gangster, tidak segelap para mafia-mafia jalanan, namun hanya dialah penjahat yang berusaha tidak membunuh, setia kepada teman yang setia padanya dan laki-laki yang mampu juga menangis karena cinta.


ia, bukanlah sosok penjahat berhati baja yang tak sedikit pun luluh lantah karena cinta. malahan, pada pandangan pertamanya pada billie ia tak bisa lari dari kenyaataan kalau ia sungguh-sungguh jatuh cinta. hal yang paling indah yang dilakukan dillinger untuk billi (begitu) banyak, salah satunya saat ia menangis melihat kekasihnya itu dibawa pergi oleh fbi karena dirinya. di sinilah kita melihat, titik balik dillinger. di mana ia mulai merasa gamang dengan apa yang dilakukannya, mulai merasa bertanya-tanya dan tak menentu. selain karena hampir seluruh rekannya telah mati terbunuh di tangan fbi yang terpaksa membentuk tim khusus DILLINGER.


kemudian seperti kita tahu...


dunia berduka, bukan karena apa-apa namun karena memang kehilangan sosok karismatik itu!


sayangnya,


dillinger tahu, wkatunya sudah habis. buat dia "lebih baik mati tak berlama-lama, secepatnya. karena hidup seperti itu tak ada artinya"


jadi biarlah kita kehilangan sosok yang jujur di dunia, karena ternyata kita butuh bukti. bahawa kebenaran bukan selalu berpatokan pada nilai-nilai tertentu namun sangatlah amat subyektif,




BYE BYE BLACKBIRD


i live for today

Senin, 20 Juli 2009

dunia memvonisku kanker cinta kronis

Aku mencarimu
Ke tengah lautan
Dan gelombang bilang kau terhanyut hingga sampai kembali di tepian
Aku mencarimu
Ke tengah gurun
Tapi angin berbisik, pasir menyapumu hingga tiba di puncak
Dan aku berlari
Hingga telapak kaki tak menginjak bumi
Melayang
Sampai pada puncak
Tapi
Lagi…
Matahari menyembul dan menyapa
Sayang, sayangmu telah berlalu baru sejenak
Diam
Rasanya ingin begitu
Rasanya sulit sekali merencanakan cinta dan bersepakat bertemu dengannya
Berapa kecepatan cinta dibanding cahaya
Mengapa gurun tak mampu mengikatnya dengan angin
Dan lautan mengulumnya dalam ombak
Nantikan aku
Karena aku berlari
Mencarimu
Mencari terus hingga bertemu
Denganmu…



Sesudah tulisan itu rapi, kutinggal tidur. Dan dalam mimpiku aku lihat kamu, tanpa kain menutupi dada hanya dengan gambar tinta di kulitmu yang memerah di bawah matahari. Yang kau sebut tato. Yang kau tukar dengan air mata saat jarum mulai melukis pori-porimu. Aku ingat sayang, karena aku memimpikannya. Walaupun aku belum hadir saat itu di hari kau membuatnya.
Kau adalah mahkluk paling magis bagiku. Kau bercahaya di saat gelap terlalu pekat untuk ditembus. Dan udara makin menipis saat aku berharap kau hadir. Semakin menipis, saat waktu juga menepis harapan. Kau tak pernah datang, namun hidup. Dan entah kenapa, selalu hadir atau setidaknya seolah selalu hadir. Maka itu kau kusebut magis. Bukan karena kau mempunyai ilmu yang sakti, tapi kau menghipnotis dunia milikku hingga berotasi hanya dekat dengan aroma tubuhmu.
Ya setidaknya begitulah yang aku ingat tentang kamu. Bahkan dalam tidurku, kamu hadir. Bersiul atau bersenandung aku lupa ceritanya. Karena selama 350 malam, kau hadir. Dan bagaimanakah cara aku sanggup menghitung jumlah yang melebihi banyak tangannku, untuk kuhitung atau kuingat. Tapi memang, kau obat biusku. Aku tertidur karena bermimpi tentang kamu, bukan bermimpi karena tidur. Itulah yang membuatmu magis!
Dan dalam lelapku aku berpikir saat aku bermimpi. Bagaimanakah menyertakan mimpi ini , kugunting dan kutempel pada pagi hari? Bisakah potongan cerita mimpi ini jadi kenyataan? Hidup dalam duniaku yang kusam. Ah, untuk dapat memimpikanmmu saja adalah doa yang terkabul di saat aku terjaga. Walaupun tak nyata, bukankah mimpi juga suatu anugerah?
Ya, dan kuputusakan tetaplah begitu. Tetaplah aku tertidur karena telah bermimpi. Tentang kamu yang datang atau tentang kita yangg berjalan. Aku takkan mengganggu potongan mimpi itu. Sekalipun ingin kucuri barang satu saja. Tidak! Akan kubiarkan ini jadi hadiahku, duniaku yang baru. Dan pada saatnya nanti, akan kupetik duniaku sendiri yang nyata

Aku sungguh berharap aku dimengerti. Dengan kelainan pada otak kananku, hingga aku kehabisan kapasitas untuk mencintai secara konstan dari hari ke hari,sampai berganti bulan dan menajdi tahun. Aku mau semua pria mengerti dan menerima. Hingga jangan aku dipersalahkan. Anggaplah aku berpenyakit yang kronis. Tak ada obat untuk mengatasinya. Karena itu pergilah sebelum aku lupa bagaimana caranya mengingatmu.
Seperti halnya malam, begitulah aku jatuh cinta paad setiap pria. Mereka begitu misterius seperti langit yang pekat, dan membangkitkan gairanh untuk bertualang ke dalamnya. Menelusuri bintang yang elok dalam keningnya. Mengarungi galaksi hidupnya yang tertutup kabut. Dingin dan luas… namun begitu matahari datang dan menghangatkan, maka lenyaplah semua pesona mereka dan aku kembali terlelap hingga lupa bagaimana semalam aku memuja langit,seperti itulah aku kehilangan daya untuk mengabdi pada malam.
Sayangnya, kini aku menggilai satu buah malam. Yang berpendar terus di bumiku. Matahari tak kunjung sanggup menggantinya. Aku bermimpi, bahkan ketika bintang bukan ada di atas kepalaku. Melainkan senja yang berselimut oranye. Aku bertahan pada satu buah malam, yang tak sengaja kutemukan di kala matahari buru-buru kembali ke pembaringan. Di situlah aku melihatnya. Ia dengan wajahnya, dan aku tak berbusana. Kami bertemu, aku memandang ia berlalu. Seperti bayangan ia menganggapku. Antara hidup dan tidak.

Rabu, 15 Juli 2009

lakilaki dan foto

beginilah aku malam ini
dengan mata yang begitu menggelambir
menyempatkan diri duduk di sini
melihatmu dalam senja
terbalik di antara kabut
dengan sepotong senar yang menyabut galaksi

menyanyilah
menyanyi
agar aku jatuh hati lagi
aku tak peduli
dimensi apa yang membiasi
menyanyi
laki-laki

Senin, 13 Juli 2009

orang asing dan tepi berpasir

berjalan dengan asing di tepi jalanan berpasir
menunggu sampai tiba kembali kapal yang akan membawaku pulang

orang asing itu bertanya
jika ombak ini adalah dawaiku
maka aku akan bernyanyi, sudikah kau mendengar

aku menjawab
jika pasir ini adalah telingaku
maka pergilah ke tepi hai ombak yang bernyanyi
dan akan kumenari di atas lautanmu yang merdu
mengayun di atas tubuhku yang terbentang
dan bibirku adalah batas cakrawala
yang menutup saat kau senja menciumku pulang...

bali, juni 2009

Minggu, 12 Juli 2009

warna merah batu bata adalah lambang cinta

seonggok batu bata usang di sudut jalan
diasingkan akibat terlambat untuk digunakan
menjadi tempat laba-laba memintal sarangnya
usang dan busuk

yang lembab akibat udara dingin bertiup
berjamur serta nampak kusam
batu bata merah yang retak di sana sini
menjadi terabaikan akibat terlambat digunakan

mungkin seperti batu bata itu,
demikianlah pandanganku tentang kalian
dua dua berjalan bersahaja di hari yang muda
dengan cinta menaklukan dunia
hari ini mulai menyadari betapa cinta sebenarnya hanyalah batu bata
yang tersisa
yang mulai membusuk
akibat terlambat digunakan
menyedihkan....

dimana hari ini aku berhenti merasakan sunyi

tiba-tiba aku rindu jatuh cinta padamu,
rindu akan saat dimana dadaku berdegup terlalu kencang hingga takut kau akan mendengarnya
rindu untuk menyapamu dengan kata-kata yang tak bertendens, hanya untuk mendengar kau bernafas di balik kata-kata
ah, jika saja hatiku ini mampu terikat aku mau menggadaikan usiaku untuk bersanding denganmu
sayangnya hatiku ini bagai helium, yang mudah panas lalu menguap
sedangkan kau, bercinta dengan penuh gaya di kota itu dengan wanita mana saja
hari ini sayang,
aku melihatmu mengagumi mahakarya lain, yang terbentuk di atas kulit bumi yang panas
dengan bentuknya yang sempurna dalam liukan-liukan emas
seolah-olah gadis itu ditempa dari peleburan mutiara
aku menangis untuk jutaan kalinya,
menangisi tiap rasa yang kubiarkan berganti dan berpindah
sebab hari ini aku kembali di titik
dimana aku rindu jatuh hati padamu!

Rabu, 08 Juli 2009

retakan di atas otak kanan adalah pintu masuk duniaku

beginilah keadaan kita semua yang hidup hari ini
di bumi ini
pada dimensi waktu yang ini
dengan berpakaian begini begini saja
dan bicara tentang itu itu saja

bangun (pagi hari jika bisa)
kemudian berjalan dari satu titik mengitari bumi ke titik yang lain
tersenyum (belum tentu karena gembira)
menangis (hanya ingin ikut meramaikan suasana)
menyapa (walau sebenarnya lebih ingin meludahi saja)
dan lihat kembali lagi ke kamar, tidur, jika malam terlalu pekat (apapun bisa terjadi)

seandainya sebuah mimpi adalah dunia yang nyata
maka aku ingin
mimpiku bukan tentang kamu atau dia
aku ingin mimpiku sepenuhnya tentang si itu dan si ini
yang sulit kubicarakan pada duniaku hari ini
aku ingin berpakaian seperti yang orang hari ini bilang tabu
bangun lalu tidur
tidur lalu menyapa
menyapa lalu menyudahi
jika lelah (dan basah) maka kita tertawa bersama
atau menangis dan mencampur airmata dengan ludah

sebuah dunia yang tak pernah meminta
"lakukan ini" atau "lakukan itu"
dunia yang meminta
"tolong jangan minta"
inilah itu yang kubicarakan
tabu dan kelabu hanya jadi satu di atas tubuh
seperti halnya pagi,
di sini pagiku bercinta dengan bulan
dan matahari yang terlalu cemburu pergi bermain petak umpet dengan bintang
tak ada yang marah
karena tak ada yang memiliki atau dimiliki

tolong, yang aku bicarakan ini
sungguh terlalu ajaib
jadi tutup rapat telingamu setelah mendengarnya
pejamkan saja matamu
dan pergilah tidur
sebab aku terasing hari ini dan enggan kembali

Selasa, 07 Juli 2009

baiklah, saya memang cuma itu...

hari ini
aku tahu
dua tanganku bukan sayap sekaligus sirip
aku punya
10 jari
yang kemudian kusadari terbuat dari darah dan daging
bukan baja dan logam mulia
sehingga dapat membeku
dapat meleleh

bukan
aku bukan tak bersyukur atas 10 jari di atas tangan-tanganku
aku hanya kemudian sadar
kepintaranku terbatas pada seperangkat tubuhku
yang sangat amat terbatas
mungkin karena itu kita disebut
manusia

Sabtu, 04 Juli 2009

satu pesan singkat untuk langit singapura

dalam ribuan kata tak akan mampu mendeskirpsikan wujud terimakasihku ini
sebab sudah jalannya, kau di sana untuk selalu membantu
melegakan dalam kecemasan
memperhatikan dalam kesunyian
jika saat-saat yang terberat dalam hidupku pernah juga datang menghampirimu
dimana kita duduk bersebelahan
dalam persidangan yang menyiksa jiwaku ketika itu
maka,
aku tak henti-hentinya meminta maaf atas kesesakanku yang terlimpah padamu juga
hubungan ini
antara kau aku kami
sangatlah sulit digambarkan
bagaiman kemudian kau memberikan banyak jauh melebihi yang kubayangkan
walaupun dalam kemarahan dan kesesalan
aku masih sering menikmati tawa-tawa itu

kini saatnya tiba,
ketika tangan kita harus berhenti memeluk satu dan yang lain
dan mulai bergerak untuk melambai
aku tak akan tahan melepas memori ini
jadi biarlah saat kau terbang nanti
semua masa yang telah lalu
juga terbang mengejarmu
dan TUHAN
kiranya selalu menggenggammu di tanah orang yang baru

untuk guruku
ibu guru yang baik
dinda danarwindha
farewell

Rabu, 01 Juli 2009

yang kau butuhkan adalah LEPAS KACAMATA HITAM

saat kamu tidak tahu apa yang sebenarnya kamu cari,
maka sesungguhnya kamu tidak membutuhkan sesuatu
namun seseorang
bukan seseorang yang cukup nikmat dirasakan satu hari
kemudian
terbuang bersama angin lalu,
namun seseorang yang tahu bagaimana mengalahkan ego
kecemburuan yang menyetir logikamu jadi tak beraturan
kamu butuh seseorang
untuk jadi penakluk yang menyembuhkan
yang tidak mengikat namun mengistirahatkan kepala
kamu mungkin butuh perut
bukan lagi bahu
kamu mungkin butuh tawa,
bukan hanya kesenangan

jadi apakah seseorang yang kamu buat jadi alasan mengaduh
selalu cukup pantas untuk direngkuh
atau terlalu sering membuatmu mengeluh

aku sayang, adalah kawanmu
yang melihat bagaiman kakimu berdarah karena berjalan
atau melihat rambut terikat rapi karena jatuh hati
jadi dengarkan aku
buka kacamata hitam, agar kau tahu kapan hari tak lagi mendung untukmu

love in the time of illusion


seperti apakah akan kuhabiskan waktu dalam mengenal cinta

adalah sebuah kalimat yang berhasil terpetik sejenak setelah mengahabiskan satu keping cd berjudul "LOVE IN THE TIME OF CHOLERA". tidak pernah terlintas sebelumnya untuk duduk dan menikmati melow drama macam film ini. namun sebuah ketidaksengajaan membuat saya jatuh cinta pada satu scene yang saya lihat di saluran tv HBO pada film ini. saat itu saya sedang duduk dan mengerjakan hal lain, saat adegan ini menculik saya dalam ketertarikan untuk memperhatikannya.
adegan dimana pria itu, tidak lagi muda, dengan kuda dan berpeluh datang tergopoh2 (Saya rasa pasti telah menempuh perjalanan jauh) menghampiri dua wanita yang juga tidak lagi muda, saat itu mereka sedang menertawai pria itu tanpa sadar kalau pria yang dibicarakan sudah hadir di sana. ternyaata pria itu tidak lain adalah suami dari salah seorang wanita yang bercakap-cakap tadi. ini kemudian menjadi lebih menyentuh saat terjadi hal ini :

wanita : mau apa kau datang kemari (dengan nada sederhana tanpa berlebih2an)
pria : aku pikir kau pasti terlalu gengsi untuk mengakui dan kembali ke rumah, jadi aku harus
datang kemari dan mmenjemputmu (dengan kegugupan tanpa ekspresi merayu)
wanita : (menahan haru yang terlihat dari bola matanya yang berkaca-kaca)

adegan ini, menurut saya sangatlah bagus. karena di situ kita melihat sebuah kesetaraan antara suami dan istri, sebuah komitmen dalam tindakan untuk melengkapi dalam susah maupun suka. sesuatu yang harusnya tetap dijaga untuk mempertahankan apa yang mereka bilang sbuah keluarga.
walaupun setelah menyaksikan satu versi lengkap filmnya (dan kurang puas dengan akhirnya dan pemain laki-laki utamanya, yang ternyata bukan suami dari wanita pemeran utama itu), saya masih ingin sedkit bertanya
APAKAH MENJADI BEGITU PENTING SEBUAH JANJI DALAM MENYIKAPI CINTA?
MANA YANG LEBIH PENTING :
50 TAHUN DALAM TINDAKAN NYATA
ATAU
50 TAHUN DALAM PENANTIAN ILUSI DAN KATA-KATA MANIS

suami yang menjadi buat saya tokoh impian adalah orang yang memberikan kesempatan untuk dicintai dan mencintai secara luar dalam, batin dan fisik tanpa mengorbankan orang lain sebagai pelarian selama 50 tahun lebih. dia yang berkorban dan kemudian berusaha keras mencari cara untuk menunjukan hidup yang mungkin bahagia tanpa cinta (atau ilusi, kurang jelas di film ini)

tokoh utama pria, sebagai laki-laki yang digambarkan gila akan cinta dalam hidupnya, berusaha mewujudkan arti cinta itu dalam bentuk pelarian antara satu selangkangan ke selangkangan lain yang sampai pada detik terakhir film itu bernafas, saya tidak mengerti tujuannya. yangd dengan bangga kemudian, memproklamirkan cinta sebagai sebuah destini atau tujuan hidup tersendiri tanpa ada tindakan nyata kecuali khayalan dan nafsu.

sampai kemudian kepingan cd saya keluarkan dan masukan kembali dalam bungkusnya, saya masih merasa marah dengan sebuah tindakan yang menurut saya menghinakan dalam film ini. bahwa cinta harus melulu digambarkan dengan lenguhan-lenguhan dan ilusi yang sebenarnya justru tidak lagi berarti kalau kita membandingkannya dnegan pengorbanan yang dilakukan suaminya. taruhlah penilaian saya ini subyektif karena kebetulan saya telah menyukai tokoh pria ini sejak ia main di beberapa film sebelumnya (ms congenialitty dan catwoman), tapi kita pasti setuju bahwa selalu ada pengertian lebih dalam dari sekdar kegiatan ranjang tentang cinta. walaupun saya bukan tipikal pemuja cinta yang melow, tapi saya amat konservatif dalam hal komitmen.