Senin, 27 Juli 2009

laki laki jubah dan pistol




bagaimana harus saya menceritakan kekaguman saya pada johnny depp?


PUBLIC ENEMIES, sebagai film terbarunya yang saya nantikan sejak bulan-bulan yang telah lalu akhirnya bisa saya tonton juga. bukan karena saya tidak mengagumi film ini. namun jujur saja, saya bukanlah penggemar film=film buatan MIchael Mann.


di film ini saya cukup terganggu dengan gambar-gambarnya yang bepindah cepat dan seolah berusaha mengejar satu cerita selesai dan mempertahankan satu keutuhan cerita.


tapi mari kita lupakan soal teknisnya, mari kita bicarakan soal rasa dan esensi cerita di film ini.


diangkat dari kisah nyata seorang penjahat termasyur di tahun 30an, amerika seolah menerima kelahiran sosok robin hood yang lebih necis lebih real dan lebih (aahhhh) hot. John Dillinger, diperankan dengan WOW oleh Johnny Depp. penjahat yang memerlukan waktu 1 menit 40 detik, flat, untuk merampok satu buah bank. kemudian mengembalikan uang itu kepada nasabahnya. bukankah itu cara kerja yang mulia? setidaknya, dari sekian juta orang yang pandai bicara tentang perubahan dan kehidupan lebih baik, hanya Dillinger lah yang saat itu sungguh-sungguh bergegas merealisasikan "bantuan" kemanusiannya itu.


keluar masuk penjara, ah itu adalah pekerjaann sampingannya selain merampok bank. taruhlah ia tidak segaya American Gangster, tidak segelap para mafia-mafia jalanan, namun hanya dialah penjahat yang berusaha tidak membunuh, setia kepada teman yang setia padanya dan laki-laki yang mampu juga menangis karena cinta.


ia, bukanlah sosok penjahat berhati baja yang tak sedikit pun luluh lantah karena cinta. malahan, pada pandangan pertamanya pada billie ia tak bisa lari dari kenyaataan kalau ia sungguh-sungguh jatuh cinta. hal yang paling indah yang dilakukan dillinger untuk billi (begitu) banyak, salah satunya saat ia menangis melihat kekasihnya itu dibawa pergi oleh fbi karena dirinya. di sinilah kita melihat, titik balik dillinger. di mana ia mulai merasa gamang dengan apa yang dilakukannya, mulai merasa bertanya-tanya dan tak menentu. selain karena hampir seluruh rekannya telah mati terbunuh di tangan fbi yang terpaksa membentuk tim khusus DILLINGER.


kemudian seperti kita tahu...


dunia berduka, bukan karena apa-apa namun karena memang kehilangan sosok karismatik itu!


sayangnya,


dillinger tahu, wkatunya sudah habis. buat dia "lebih baik mati tak berlama-lama, secepatnya. karena hidup seperti itu tak ada artinya"


jadi biarlah kita kehilangan sosok yang jujur di dunia, karena ternyata kita butuh bukti. bahawa kebenaran bukan selalu berpatokan pada nilai-nilai tertentu namun sangatlah amat subyektif,




BYE BYE BLACKBIRD


i live for today

Tidak ada komentar: