Rabu, 31 Agustus 2011

aku ingin tahu, apa guna kelahiranku di bumi?
menumpang nama
melanjutkan nama
mencitrakan nama
mengekspansi nama
atau hanya untuk bernama

setelah aku tidak ada,
apa namaku akan kekal abadi?
setelah tubuhku menghilang, namaku lenyap, apa orang masih ingat dengan apa aku dulu hidup?
masihkah mereka menyebut namaku?

jika nama begitu berharga
sehingga membuat seorang achiles berlari menuju troya
apa yang aku perbuat?


ini-hanya-tulisan-dimana-makna-bukan-isi-dan-isi-tak-harus-bermakna

Rabu, 24 Agustus 2011

last chance to be good

satu orang penjahat lari ke arah kerumunan orang yang menonton aksi perampokan sebuah toko. menjadi satu dengan mereka semua. berusaha menutupi helaaan nafas yang ditarik buru-buru dan keringat yang membanjir. orang-orang terlalu sibuk membicarakan aksi petugas-petugas yang asik bermain di dalam toko, tanpa tahu orang yang mereka cari sedang menonton aksi mereka. petuga-petugas dengan segala peralatan yang canggih dan skenario drama heroik memanfaatkan momen untuk menjadi aktor utama seperti di film yang mereka tonton tiap malam. kaca-kaca dipecah, rak-rak makanan dijatuhkan, pintu didobrak, meja diguling ke belakang, tapi mereka tidak tahu penjahatnya sudah kabur.

penjahat itu berdiri dengan tangan di saku, menyembunyikan getaran hebat akibat panik yang berlebih. orang-orang di sekitarnya masih terpukau dengan aksi para petugas. luar biasa, pekik mereka. penjahat itu pasti mati sekali kalau tertangkap, beberapa orang semangat mengatakannya. penjahat itu tersenyum mengetahui tak seorang pun menyadari kehadirannya.

di belakangnya sebuah suara bergumam

"nyari apa mereka mas?"

helaan nafas panjang ditarik asal suara itu.

"penjahatnya belum ketangkep? yah, bedanya penjahat dengan petugas itu cuma satu...seragam. kesamaannya banyak...tidak tahu apa yang mereka harus temukan. kalau penjahat tahu apa yang ditemukan, ia tidak mencuri. kalau petugas tahu apa yang dicari, penjahat tidak perlu mencuri."

penjahat itu ketakutan setengah mati, sudah siap ambil ancang-ancang lari. kemudian suara itu melanjutkan,

"yah tapi namanya juga kita manusia ya, mas. kalau serba tahu, pasti sudah ongkang ongkang kaki di sorga."

pria itu menepuk bahu penjahat yang seketika bergetar hebat. ketika ia siap kabur, pria itu tanya

"mas, bisa tolongin saya nyebrang. saya mau beli makan di tempat lain. tokonya pasti uda hancur itu"

rupa-rupanya pria itu buta. pria itu datang bukan untuk menonton aksi heroik para petugas, tapi untuk membeli makan di toko yang ia rampok. tanpa bicara, penjahat itu menuntun pria buta tersebut. sampai di depan toko pria itu mengucapkan terimakasih lalu masuk.

"gila, biar buta dia tahu apa yang dia mau cari ya."


aksi politik di negara kita itu parodi ya. penjahatnya dimana, petugasnya dimana. yah, kapan kelar bung? sekali lagi, bicara mudah memang tapi lebih mudah lagi kalau kita sama-sama tahu tujuannya. yah, tapi sekali dan terakhir....namanya juga manusia.

last chance to be good

Minggu, 14 Agustus 2011

jangan berisik apalagi berbisik

di ruang tunggu warna senja,
kami duduk mengantri
berhadap-hadapan dengan tembok bisu
membelakangi jendela tempat masuknya cahaya.
kursi melingkar-lingkar membentuk untaian. membuat antrian panjang seolah-olah tak berujung. tidak ada penunjuk waktu, tetapi rasanya semua berjalan terlalu lambat. lambat sampai semua yang menunggu lumat lupa waktu.
selamanya ruang tunggu itu berwarna senja. merah yang mengalir di balik tubuh, hangat yang menjelma menjadi selimut, dan terang yang menyeruak mengisi kekosongan. senja yang abadi, yang luput dari penglihatan.
sekali lagi, kami duduk berhadapan dengan tembok bisu. membelakangi jendela tempat masuk cahaya. tanpa penunjuk waktu. tanpa pintu masuk atau keluar.

suatu hari antrian kami berkurang. entah disadari atau tidak, manusia di ujung kiri atau kanan mulai hilang. tidak tahu bagaimana cara mereka menghilang atau kemana mereka pergi. antrian panjang ini berkurang.
sampai tiba waktunya antrian kami berkurang dan aku menyadari bagaimana dan siapa yang hilang. sebab ia duduk persis di sebelahku. menangis tertawa menunggu bersamaku di ruang ini. ketika hari ia menghilang tiba, ruang tunggu ini rasanya berlari cepat sekali. jendela yang berada di belakangku tiba-tiba mengirimkan angin dingin yang menusuk tulang. cahaya merah yang biasa menghangatkan diganti dengan kelam yang menyelam menjadi airmata. antrian ini berkurang dan aku tahu siapa yang pergi.




kalau kita semua sekarang berada di ruang tunggu, bisakah mencegah antrian ini tak berkurang. setidak-tidaknya mereka yang berada di sebelah kita, jangan lagi menghilang.
kalau ini ruang tunggu
siapa sebenarnya yang kita tunggu?
untuk apa?
mengapa kita harus diletakkan di ruang tunggu ini,
kalau kemudian kita menunggu kembali ke asal?
baiknya jangan dimulai,
kalau semua ini sementara.

Kamis, 11 Agustus 2011

ada seru di antara debu, ada aku bersama buih

bagaimana kalau ternyata kita hanya penari dalam buih yang menuntun pada kosong?
menggapai pantai untuk menjadi tidak ada.
apa yang dicari di antara keruhnya air
atau panasnya matari yang kadang ikut menyelam bersama tarian?
mungkin kita sebenarnya tidak mencari
atau tidak harus menemukan apapun
kita berhasil menjadi buih
menari dalam gelombang
menjadi ombak
lalu sesudahnya,
biarkan gulungan berikutnya mengulum tubuh
membawa kita ke awal
menuju tempat dimana kita berpikir bahwa jangan-jangan ini semua buih yang menuntun kita menuju kosong

Rabu, 10 Agustus 2011

kami sangat mencintaimu
sampai pada generasi yang ke-berapa pun kami tetap mencintaimu
walau teknologi berkembang
wisata bandung terganti wisata luar angkasa
komunikasi menjadi empat dimensi
rotasi bumi lebih cepat sepuluh kali lipat,
kami tetap menginginkanmu dan usia matang itu
rona pipi setelah tertawa
cemburu di wajah
warna putih yang menyelimuti kepala
lengan yang memeluk
bibir yang galak mencium
kami membutuhkanmu
lebih dari pagi butuh malam,
dan rumah butuh atapnya.


selamat tidur.

Senin, 08 Agustus 2011

"kami binatang liar.
buas
dan telanjang
memangsa kamu,
sesama binatang liar."




kita binatang yang beruntung
berakal.

perayaan

matahari.




semarakmu adalah lilin, sebagian tahu langit adalah kue. kita nyanyikan dan tiupkan, cahayamu tak redup, makin mengibar.


hari terakhir dalam tujuh bersaudara
kau menjelma raksasa di langit
turun
melayang tanpa sayap
rami besar mengisi ruang lingkup nafas.
kalau kelak kau beranak, aku tak mau bayangkan langit macam apa di atas sana.
dan seketika,
duniaku merah padat hangat mepat dan tepat di saat kau terik, aku memekik

lahirnya kau.
di angkasa raya.
membentuk satuan waktu,
yang berjalan terbalik.
orang bilang kau pagi,
aku bilang kau kekal.

aku jatuh cinta, lalu tahu ini semua cukup tahu.

kamu tahu.
tahu-tahu aku tahu
kamu tahu
tahu kamu aku tahu.
kalau tahu
kamu
aku
tahu lalu tahu

bagaimana kalian menemukan saya?
yang menghapus jejak bersama datangnya gelap.
bagaimana kalian menemukan saya?
yang menghapus jejak bersama datangnya gelap.

Minggu, 07 Agustus 2011

hatiku yang kalut,
dipeluk erat oleh barisan kata
menjaga marahku agar tak membanjir keluar.
mataku dibatasi kaca,
agar tak remuk air-air yang membangun selaput



mereka redam amarah yang tertahan,
mengendap jadi sakit kusta untuk jiwa.

puisi-puisi indah
tak perlu tahu makna
tak perlu mengerti cara
kita tahu mereka indah
sesaat setelah membacanya
dan damai bertamu...