Kamis, 19 September 2013

harusnya kamu tak kutunggu sambil terpejam. semesta masih cemburu dan malam, ia makin sadis, mengubah segalanya jadi tragedi. aku kelewatan kau yang menjemput. kita tak jadi bercinta. aku gigit jari, padahal tak berkuku. sisanya bau anyir masuk ke hidung dan rasa tawar di lidah.
while you are sleeping
the world turned upside down
you missed the satisfaction of being human

you lost your humanity while you sleep
kopiku dingin dihirup malam
nafasku pekat bau nikotin
sementara rasa rinduku bertanya-tanya di udara
adakah akan ku pergi tidur?

Jumat, 13 September 2013

Ludah rasa air mata
Terlalu tawar?

Kamis, 12 September 2013

kalau kebetulan tanganmu bikin kamu tersesat dan masuk ke sini?
jangan panik!
sekalipun di sini terkesan gaduh dan isunya simpang siur,
di sini lebih aman dari situs yang berkicau.
sebab tak ada tendensi di sini.
dan kamu netral.

bedakan dong

semprotan pembunuh nyamuk wangi lemon.
menurutku itu sadis. bikin merinding. dan indah di sisi lain.
bayangkan,
kau membunuh dengan dekorasi. anggaplah kau membunuh kawanmu dengan pisau berhiaskan bunga.
sekalipun semprotan itu hanya untuk nyamuk.

kau tahu kan,
membunuh nyamuk sekalipun  hanya nyamuk tetap membunuh?
tidak?
sadis! tanpa embel-embel indah.
tiga puluh dua ribu kali dilihat
terima kasih.
kalau nanti sampai lima puluh ribu,
mudah-mudahan ada jalan kita ketemu dalam media yang berbeda.

G

seperti gadis remaja yang dijodohkan dengan seorang bangsawan cerdas berperawakan baik adanya,
aku memunggungi Gustav
pria  yang sama sekali tak menggubris kehadiranku
padahal usia kami tua
dan aku bergaya layaknya bocah sedang jatuh cinta

Gustav masih banyak bicara dengan kawannya. musik masih mengalun, menyorak-nyorakan "tari tari tari, tarikan ini!" padaku. aku, perempuan terhormat dan pada zaman ini menari sendiri masih terlihat konyol, tak mampu melakukan apapun untuk menyambut musik itu. aku berharap pembicaraan Gustav dan kawannya akan segera berhenti, sebab kerongkongan mereka kering atau... ia juga mendengar panggilan yang sama. lalu langsung mengambil tanganku yang kusimpan rapi di sisi tubuhku, di balik dirinya. dan kami menari. supaya musik yang congkak meledekku itu berhenti dan akhirnya tertunduk malu mengiringi kami.

namun, konyol sungguh konyol. aku malah tersipu-sipu malu menyembunyikan wajah darinya. sambil sesekali memegangi dada untuk mencegah jantungku melompat keluar dari tempatnya tiap kudengar tawa atau tarikan nafasnya.

"ya, memang. kondisi takkan bisa lebih buruk. dan di sana itu, aku ditempatkan. mungkin dalam dua atau tiga hari aku akan segera berangkat."

Gustav akan pergi?

"segeralah pergi. mereka membutuhkanmu. paling tidak kurangilah keburukan di sana."

kawannya menyemangati. tidak, jangan. tidak boleh dia pergi, Bodoh! dia belum melihat wajahku. dan sampai detik ini pun aku yakin, ia masih belum mendengar panggilan musik untuk menari denganku.


apakah gadis belia yang buta jamahan lelaki seperti ini? perasaan konyol ini? ketotolan ini? ketakutan? kalau ya, ya Tuhan, telah berapa banyak hati mereka dilukai. aku berkeringat dingin. mungkin sekarang wajahku hampir sama warnanya dengan sarung tangan yang kupakai. mungkin sebentar lagi, aku mengotori lantai dengan kegugupan ini. dan sedihnya, di balik tubuhku, Gustav dan kawannya begitu bersemangat dengan rasa patah hatiku ditinggalkannya.

"nona..."
ada rasa kantuk yang kuseka
dan lelah yang tertunda
dalam sebuah lamunan

menurutku,
melamun bukan tindakan pasif
selama disertai bisikan
bahwa suatu hari kekosongan ini akan terisi
dan kau tak perlu tahu apa

untuk sekarang.

Kamis, 05 September 2013

tengok dulu

pencuripencuri datang di siang hari
dengan pakaian rapi dan wajah bersahabat, mereka jabat tanganmu
satu-satu menghadiahkan pujian
dan mereka mulai bicara panjang lebar
perlahan kau terbuai dengan cerita mereka
sebagai orang yang bermimpi,
apa yang mereka tawarkan adalah mimpi yang selalu tak bisa kau tolak
pikiranmu penuh dengan banyak kemungkinan meraih mimpi
hingga pada saat kau menyetujui mereka membantumu meraih mimpi
di saat itulah pencuripencuri jahanam membuka kedoknya
mereka rampas dan boyong semua yang kau punya
sebelum kau sadar bahwa kau baru saja jadi korban


pencuripencuri itu datang sebagai teman
teman yang sangat baik
teman yang sangat...

kukatakan lagi,
mereka datang di siang hari
saat matahari mampu menyilaukan matamu
dari sinar mata mereka yang mengingini kepunyaanmu
Tiap kali kutemukan kertas kosong untuk menulis, satu persatu kata dalam kepalaku kabur. Jadilah aku gelisah mencari-cari di mana mereka. Dan seperti semua orang yang diserang panik, aku melakukan gerakan impulsif yang intens. Sampai suatu hari kuku yang biasa kugigit berasa anyir. Saat itulah aku sadar, ide bisa begitu membahayakan manusia.
Tiap kali kutemukan kertas kosong untuk menulis, satu persatu kata dalam kepalaku kabur. Jadilah aku gelisah mencari-cari di mana mereka. Dan seperti semua orang yang diserang panik, aku melakukan gerakan impulsif yang intens. Sampai suatu hari kuku yang biasa kugigit berasa anyir. Saat itulah aku sadar, ide bisa begitu membahayakan manusia.

Siti berkumis.

Tadi siang kau pulang dengan muka dilipatlipat. Tanganmu keras menahan marah. Kutanya kenapa, kau melengos. Ketika aku sedang tak sengaja masuk kamar mandimu, ada jawaban yang kucari. Kutemukan ia bertengger manis di kamar mandimu, di dalam rak tempat kau simpan perkakas mandi. Sepotong kumis palsu. Ruparupanya tadi pagi saat ke pasar kau lupa memasang sepotong kumismu, hingga semua yang di sana bersahutsahutan menawar dagangan dengan memanggilmu,

"Ayo mbak, tomatnya segar segar. Baru datang segar. Kolnya, wortel. Mba ayo mbak!"

"Mba manis pake baju biru, jangan cemberut, mampir dulu lihat ikannya. Atau daging, daging abang mantap punya!" 

Dan kau marah.
Saat yang lain berusaha keras menahan laju pertumbuhan rambut di muka, kau memalsukannya. Katamu saat kutanya,

"Aku tidak suka orang memandangku lemah. Kota ini jahat terhadapku."
Katamu sambil mengibaskan rambut dan  mengangkat kedua buah dadamu yang penuh. Menjauh.

Juru Kunci Makam

Ada sebenarnya dalam lubuk hatiku yang terdalam rasa kasih bercampur iba untukmu, Pter. Walau boleh kukatakan, lebih banyak iba ketimbang kasih, kadang aku benar ingin mampu memelukmu lagi. Setelah sekian tahun kau katakan maaf dan memutuskan menghilang dalam rasa sesal, aku masih sesekali mengintip wajahmu melalui lubang kunci memoriku. Tak tahulah mengapa kebiasaan mengintip itu suka datang. Mungkin saja karena musim dingin tahun ini terlalu panjang. Madu dan coklat panas tak mampu melelehkan rasa dingin yang terus menerus ada. Selimutku yang lama sudah terlampau tipis. Hingga kadang, aku mengintipmu untuk menemukan sendiri rasa hangat yang ganjil.

Kau tahu aku selalu suka kata "ganjil". Tergilagila bahkan. Tidak sepertimu yang gemar mengoleksi koin, aku memilih menyimpan gelang bekas rumah sakit tempat tetangga kita dulu, Nona Eiss, bekerja. Darinya aku bisa dapatkan lebih dari selusin gelang setiap hari pekan. Dan semuanya kujejer rapi di tembok ruang kerjamu. Kebiasaanku itu awalnya membuatmu kikuk. Katamu kau tak suka memperhatikan banyak nama di dinding. Rasanya seperti ruangan itu penuh sesak. Justru itu, Pter, di ruang kerjamu yang juga jadi tempatku menghabiskan waktu membaca, aku merasa nyaman ditemani oleh mereka yang asing itu. Tapi mereka orang sakit dan sebagian dari mereka, Tuhan tahu, mungkin telah mati! Bentakmu suatu kali ketika kau merinding setengah mati bekerja di ruang itu. 

Tapi kematian itu menenangkanku. Dan mereka yang sakit hingga nyaris mati, memberiku lebih banyak keyakinan tentang hidup. Mereka seolah ramai membicarakan kehidupan ketika kujejer seperti itu. Gelanggelang itu memberiku banyak nama dan banyak kesempatan merayakan hidup. Seperti kau sekarang Pter, aku sungguh berharap kau masih hidup. Walau bagiku, hidup atau mati dirimu tak lagi terlalu berbeda. Bagiku, segala yang telah hilang baiklah langsung dikuburkan. 
Dan kenangan ini, semua tentang yang ganjil ini, menghentikan rangsang untuk mengintip wajahmu dari balik lubang kunci, lagi.

Pter, malam ini dingin. Begitu juga pagi setelah ini kurasa. Musim panas masih jauh dari tiba. Tetapi aku bersumpah takkan lagi membicarakan kasih dan iba yang kadang membangun imaji tentangmu.


(Dan namanama ganjil yang asing di dinding membuatku cukup sibuk untuk berpikir hal lain selain pelukanmu yang dulu pernah begitu hangat)

Rabu, 04 September 2013

Padaku kau minta hidup,
Dan padanya kau minta dada yang membualbual air susu
Dengan imbalan pada kami yang kau pintapintai, cairan madumu
Sungguhlah aku tak tertarik. Mendapat dua porsi pun aku menolak.
Pter, kau dan segala pikiranmu yang bangga jadi lelaki, aku pikir itu payah.

Bahkan tanpamu,
Aku tetap merasa perempuan. Sebab apalah namanya kalau bukan itu. Bagimu dan mereka, akulah daging berlubang penghasil bayi dan susu. Kalian kanibal maniak.

Tokoh kecil

Aku melihat kemarahanmu yang bisu. Di antara tumpukan baju tempat kau sembunyikan mata untuk memandangnya. Kemarahan yang tak sampai di mulut. Kau bicarakan lewat mata.

Tak bisakah kau utarakan amarah itu? Pada kekasihmu? Apa ia tak cukup mendengar? Apa kau sudah bisu? Terlalu lama setia menahan sakit. Lupa bahwa sakitmu punya suara.


Gadis itu makin menderita dalam persembunyiannya. Ia benamkan kepalanya lebih dalam. Dari sudut matanya tempatku menangkap amarah, ia seka amarah yang tak pernah sampai jadi kata.

Pulang?
Lebih baik.
Bahaya itu kalau kepala riuh dan tak ada pintu terbuka untuk mendengar. Biarlah kepalamu penuh sesak, tapi masih rela menerima. Agar jangan kita terjebak pada keramaian yang berujung kosong. Gelas penuh terlalu lama tak lagi ada guna.

Selasa, 03 September 2013

Love is always in the air. (Suck it!)

ada yang menarik tentang mereka yang sedang berduadua. Kita yang tak ikut di dalamnya, bisa ikut pula senyumsenyum geli dan kadang tertawa mengikik kecil yang imut ketika gelora itu menghantam. Itu apa aku tak tahulah, mereka yang berduadua itu tentu yang paling paham.


Seperti misalnya, aku duduk di bangku penonton menyaksikan antoni matimatian lari demi mendapat cinta kekasihnya. Ketika larinya berbalas pelukan dan adegan diselimuti lampu merah dengan kedipan kuningan, ada rasa "aaah" panjang yang kita tahu itu apa dan darimana tapi sulit menjelaskannya kembali. Aku merasakan itu selalu di bangku penonton. Rasa bahagia mereka menular. Katakata cinta palsu yang mereka hapal seperti mengalir masuk ke dalam jiwaku dan merangsang otak untuk menstimulus syarafku yang lain.


Magnit di antara dua yang sedang berduaduaan sangat kuat. Jika anda sendiri dan tengah menyaksikan itu, ingatlah yang aku katakan. Tak perlu segan ikut tersenyum, sebab mungkin kita tak perlu benar menemukan lelaki/perempuan idaman untuk dapat jatuh cinta. Kadang, mereka yang mampu mengalirkan getargetar gelora kalbu itu tengah berbagi pada anda yang sedang sendiri. 

Coba senyum, dong

Minggu, 01 September 2013

maafin

GAK USAH NGOMONGIN PLURALISME DEPAN SAYA.

makan aja biji kedondong
atau biji salak
atau biji-bijian lain
biar lama-lama anusmu mampet
dan mulai bicara lewat mulut
bukan pantat!

kalau kamu tahu maksudku

ya, saya bilang, harusnya orang yang mau menikah itu jangan lagi gandengan. harusnya mereka sudah siap lari. untuk dua orang, dunia terlalu sempit. mereka tak boleh serakah berlama di suatu tempat. kasihan yang muda dan sendiri. mereka harus segera lari. dan cincin, terlalu lemah untuk jadi simbol lari. mereka harusnya memilih ****** ****.
setiap manusia yang hari ini berusaha ikut-ikut menggambar hidupku, aku mau bilang:

"pergi dan lakukanlah apa yang kau rasa baik,
tapi lakukan itu dengan hidupmu sendiri.
sebab Tuhan sudah kasih kita semua masing-masing satu.
jangan kau ambil milikku.
jangan kau coba-coba ambil milikku."

bagiku tiada yang lebih kodrati selain hidup.
apapun kelamin yang menempel
apapun nama yang diberi
sebab sekarang semua dapat direkayasa,
kecuali satu
hak untuk hidup dan menghidupinya
andai aku dilahirkan seekor elang
alam sudah pasti memaksaku dewasa kini
sayang,
aku dilahirkan manusia
yang apa-apa terikat rasa
hingga dewasa masih terlalu tabu untuk diartikan