Jumat, 31 Agustus 2012

musim panas

di balik phon yang kurus kering tinggal ranting, kutunggu. kabarnya kau dalam perjalanan pulang kembali padaku. senang juga bisa terus berharap kau pulang meski semua pertanda hilang. pertanda yang biasanya khas tiap kau akan datang. ah, tidak peduli, aku sudah yakin kau pulang. segera. bahkan sebelum aku sadar aku sedang menunggu. 

hujan di akhir bulan agustus,
aku menunggumu.
sore ini kau pulang,
17.00
kau sentuh tanahku berdiri,
dan aku pelukku kau dalam baumu yang khas.

Kamis, 30 Agustus 2012

berbuih-buih, aku tuliskan hidup

suatu hari nanti saya akan angkat kaki menuju Italia.
saya tinggal lama-lama di sana. saya akan banyak minum air dari tyrrhenian sea. berenang di pinggir tebing yang melindungi Italia dari dunia luar.
lalu jalan kaki menyeberang perbatasan menuju Yunani.
Yunani, aku jatuh cinta pada laut Ionia.
aku ke sana, tergesa-gesa.
memilih batu dan memolesnya dengan kapur warna tanah.
cukup satu ruang besar untuk hidup
dan pantaimu sebagai halamannya.

kamarku adalah gua-gua di lautan birumu yang kujadikan warna hati.
blue cave.
dan aku cave man yang berlindung dari radiasi manusia.

kalau nanti aku berhenti menuliskan kabar di sana,
carilah aku,
mungkin hidup-mungkin mati bahagia
di pulau Zantes
aku mau mati di situ,
di laguna yang terkenal dengan kapal karamnya.
karam dibawa arus laut kembali jadi garam.

mari kita ke pantai,
mari kita makan pizza sampai kegemukan,
mari kita tenggak bir dan menyumbang asap banyak-banyak,
mari kita jalan di malam gelap,
mari kita lakukan hal yang kita kira hanya bisa dibayangkan,
mari kita jadikan waktu yang sementara ini sebagai kertas kosong.
mari.
aku mau isi kertas itu 
tanpa perlu buru-buru merobeknya, 
lalu dibuang jadi sampah.

kaleng rombengan

"kapan, nak, kamu akan pergi tidur seperti anak-anak lain ingin bermimpi? mereka lelah di angka sembilan dan pergi naik ke tempat tidur dengan sejuta mimpi di mata tertutup. kapan kau akan begitu, nak?"

"mama. aku ini bukan tak mau pergi tidur. bukan juga tak mau bermimpi dalam tidur. aku mau tidur banyak-banyak dan mimpi puas sampai kegemukan. tapi..."

"tapi apa? tapi kamu tidak bisa? kamu sakit? sakit yang sedang nge-tren di generasimu itu, generasi candu teknologi?"

"bukan."

"badanmu lelah nak, tiap malam dipaksa terjaga. kepalamu berasap tiap pagi karena kamu gunakan sampai panas. tidurlah, tidur sebelum pagi jadi buta."

"aku mau kalau bisa."

"kenapa tidak bisa, nak?"

"karena aku...jatuh cinta, mama."

"pria mana yang membuat tidurmu tak nyenyak?"

"itu dia, pria itulah malam. aku tak bisa tidur kalau ia datang. inginnya terus bersama sampai dia dijemput matahari. justru dengan mata terbuka begini, aku bermimpi. mama, aku jatuh hati."


(lalu perempuan tua itu pergi. duduk di kursi kamarnya. sambil berdoa. Tuhan, nyalakan alarm mataharimu lebih awal, agar anak gadisku bisa segera lelap setelah puas bercumbu dengan malam.)

(mama, kenapa aku tidak pernah boleh jatuh cinta? sedang kau mengharap-harap aku mau menikah. aku hanya mau jatuh cinta. titik.. )

perempuan bulan

pernah ada rasa rindu untukku bulan?
tanya merayap-rayap naik ke langit malam
aku ragu kamu pernah rindu.
wujudmu hadir setiap malam
tak rela disentuh
jauh tinggi di atas
angkuh
memandang aku yang kerdil mengharap kamu.
aku mencintai sinarmu yang rendah hati,
yang tak sudi dibagi dengan siapa-siapa
kau lebih suka jadi dataran yang memantul sinar bintang-bintang
kau lebih suka jadi bulan.
aku lebih suka kau.
jauh.
jauh.
lebih suka kau.
dibanding seribu matahari
dan sejuta bintang,
yang kata orang bisa jadi acuan gelagat.

bulan,
sempurnamu datang.
aku di sini,
menanti nyeri selama sepekan.
itu kau juga kan?

i'm a lonely train

pergi pagi-pagi buta, dijejal barang yang beratnya bukan main. bau tubuhku bukan lagi lempeng besi, berubah jadi keringat dan kotoran. jalan menderu-deru di atas rel, menembus gelap. tubuhku dingin diterpa angin subuh. matahari belum datang. suara menggaung dihasilkan dari tubuhku yang menimpa rel berbahan besi, memberikan percik api ke kirikanan. awas hati-hati, bapak tua yang berdiri terkantuk-kantuk di peron itu, nanti kena.
siang-siang terik, tubuhku panas luar biasa. matahari datang berlama-lama, tinggal pun begitu. lama menghangatkan badan hingga besiku ini mengerut. sialnya, dari pagi telanjang tanpa matahari sampai matahari sudah bergeser ke barat, badanku tetap berat. dijejal penuh barang yang tidak kukenal. mereka asing. asing. aku lari menjauh tapi mereka melekat.

hingga tiba di sebuah peron kecil, matahari nyaris buta, tak terlihat lagi. tubuhku melengang. bau besi pekat sekali. aku dianggurkan beberapa jam. kemudian ditarik kembali tubuhku kembali ke selatan. di atas rel berbatu ini, besi ditempa besi, berdecit lelah. aku kembali ke stasiun pertama dengan tubuh tanpa muatan. mereka pergi tanpa pamit. sepi.
dalam suatu masa, manusia meminta
"Tuhan...Tuhan tolong"

lalu Tuhan datang menolong. memberinya kuat. memberinya hidup. memberinya nafas duniawi bau kertas dan logam. manusia itu senang. senang bukan main.
lalu besoknya, seorang manusia lain datang padanya. pada manusia yang sudah ditolong Tuhan ini, manusia itu berseru


"Tuan... Tuan tolong."

tapi manusia yang tinggi hati itu bilang

"aku saja minta tolong sama Tuhan."


nada satu

temanku yang baik,
malam hari kita memang harusnya bermimpi. hidup di antara kepulan asap yang menari-nari semu di depan layar menyala. duniamu. duniaku. kita ceritakan bagaimana matamu mataku memandang dunia. tertawa sebentar. lalu kembali lagi bercerita. ada kalimat-kalimat mu-ku yang serasi pada waktunya, ada pula yang menambahkan keluasan pikiran. tapi gambar-gambar mimpimu, warnanya menyakitkan mataku. membuat bergidik bukan karena ngeri tapi karena rasa asing. musim yang kau sebut gugur, benar-benar mengusik. kenapa ya? bukan. bukan aku tidak suka. aku sudah berjanji lagipula kalau suatu saat nanti, dari pinggiran pantai Ionia aku akan menyebrang ke pegununganmu. kita pesta dan menari-nari dengan kawanan yang sama sekali baru. tapi gambar itu, ah...
jadi temanku-seorang asing di meja minumminum-mari lanjut sebentar bermimpi. atau kalau kau mau pulang ke pegununganmu sekarang, pulanglah. sampai jumpa di belahan bumi dengan matahari yang menjejak di waktu yang sama.

temanmu yang tidak kalah baik,
orang asing lain di bar.
kuinjak bunga itu sebelum sempat layu
sebelum sempat matahari memekarkan kembang-kembangnya yang indah
mencegah kumbang lain menghisap indahnya.
kuinjak sampai mati lemas di atas tanah.
itu yang kusebut dengan realita.


Rabu, 29 Agustus 2012

dipikirnya ini main-main

jalannya masih panjang/ jangan lekas-lekas mau menepi/ kita jalan lagi menuju utara/ jangan berhenti di sini/ jangan berhenti hanya karena lebih senang/ lalu puas/ lalu mati/ meninggalkan sampah/ jalan/ jalan/ jalan dengan kaki sendiri/ jangan malas/ jangan manja/ JALAN!

Selasa, 28 Agustus 2012


saya harap kamu masih mau berlama-lama mengaggumi saya
memberikan nyawa setiap harinya lewat rasa yang tak perlu jadi kata
cukup jadi energi listrik.

saya harap saya masih terpesona 
seperti seorang anak kecil yang menatap rak-rak manisan
dengan angkuh menunggu manisan itu datang
meleleh dengan sendirinya di dalam mulut

saya harap...
AH NGAREP!

arang

bekas parfummu tertinggal di atas perban yang menutupi wajah hangusku. samar-samar, baunya kurekam dalam kepala melalui rongga hidung. mungkin, aroma mint. aku selalu suka mint. menyengat dengan cara yang sedap. seperti kehadiranmu di atas wajahku yang mati rasa. bukan dari rangsangan sentuh pada kulitku, tapi dari aroma. aroma mint. kamu.
bekas parfummu yang tertinggal di atas perban penutup wajahku akan kadarluasa masanya. perbanku dibuka. tiap lilitan yang dikupas meninggalkan malu dari bau api masa suram. aku takut kalau kamu lihat aku, bau mintmu akan terhisap kembali ke dalam tubuhmu. tak sudi kukecap.
ketika perban wajahku habis dibuka dan baumu kadarluasa, kau tidak kutemukan. kukejar aromamu sampai ke sebotol parfum aroma mint yang kubeli di pasar kemarin, kau hilang.
mungkin aku bukan hanya jatuh cinta pada baumu. tapi kamu yang kurasakan di antara ketakberdayaanku.

Minggu, 26 Agustus 2012

aku enggan memihak.
tidak padamu atau padanya.
aku enggan membela
pada pertengkaran yang kalian lakukan setiap waktu.
pertengkaran kalian mengikis pengetahuanku tentang kasih sayang.
apakah 22 tahun tidak cukup?

*lalu kubakar rokok dan mulai mengistirahatkan otak*

jangan berantem dong

jadi ada duka yang seperti ini,
yang sebenarnya tidak ditujukan padamu. kata-kata makian dan pukulan, bukan buatmu.
tapi memang ada luka yang timbul karena hanya melihat
atau ikut jadi penonton
berdiri di pinggir,
melihat orang berkelahi,
tahu juga rasanya dipukul.
walau sakitnya, mungkin tidak sehebat orang yang benar-benar dipukul.

ini memang ada,
duka yang mampir melihat tangis orang lain.
jangan kamu teriak pada batu,
hanya karena dia tidak akan bereaksi.
siapa yang tahu,
kalau di dalam batu itu,
sudah penuh dengan makian milikmu,
akhirnya membuat batu sulit lunak. keras dan terus-terusan menyakiti.

ini dukaku karena kalian terus-terusan memaki pada tembok kosong yang melindungi mukaku.

baumu itu, aku hapal

kalau aku seumpama debu,
akulah debu dari sisa pembakaran kisah-kisah masa lalu.
jalanku terbawa angin
dan jejakku memudar
tapi akulah debu
yang sukar pisah dari kerah bajumu.

Sabtu, 25 Agustus 2012

di suatu malam menuju Bandung

Labya menceritakan padaku tentang seorang laki-laki yang baru-baru ini mampir,
dengan semangat ia ceritakan kisahnya :

namanya abraham.
pertemuan denganku singkat. berkesan. tapi sedikit.
laki-laki organik yang tidak biasa.
aku menyimpannya tidak di kepala tapi di sini, di dalam hati.
bukan karena aku berencana jatuh hati padanya,berencana berjalan bersamanya dengan kemesraan
tapi karena otakku berfungsi menyimpan laki-laki karnivora,
yang kerjanya memangsa perempuan-perempuan.
aku berhenti. ada tarikan nafas yang perlu kuambil tiap aku mau menuturkan cerita tentang Abraham.
Abraham kemudian kupanggil Rah.
mungkin karena dia seperti Roh. hidup. menghidupkan. ketenangannya kasat mata, pergerakannya tanpa bunyi. karena itu kuanggap dia ruh atau roh dan kemudian kusebut Rah.
orgasme pertamaku padanya terjadi dalam suasana hilir mudik cerita.
kepintarannya merangsang hormon-hormon tubuhku untuk bangkit.
dan isi kepalaku naik turun bergairah.
ya, Rah, aku suka duduk berlama-lama denganmu hanya untuk menikmati arus pembicaraan kita.

labya kemudian tunduk, malu-malu ia mengakui laki-laki ini istimewa. aku diam-diam berharap, ada cerita dari Rah yang bisa kudengar. Rah, apa kamu juga menikmati Labya sama seperti dia menikmatimu?

Rabu, 22 Agustus 2012

wishing you a very happy moment

untuk keseratus kalinya aku bilang padamu,
tolong jangan jalan cepat-cepat.
kamu malah berlari. daya tanganku tak sanggup menahan lajumu. kakiku kecil untuk menghentikan langkah tergesa-gesa yang kau ambil.
aku jalan lambat-lambat dengan harapan kita bisa nikmati dulu semuanya.
semua yang indah pada masanya.
baru setelah hidup berputar lagi
dan jalanan berbatu kita lewati,
bolehlah kita lari bersama-sama.
sebelumnya,
untuk yang keseratus satu kalinya aku bilang,
berlama-lamalah mencintaiku.

harus ada cerita di balik cerita

kalau di sini saya bisu,
percayalah di tempat lain ada banyak kata tertuang.
masalahnya,
tidak banyak orang yang mau baca kata-kata saya tertuang banyak di tempat lain.
jadi di sini belum saya terbitkan.
pada masanya,
kalian akan baca,
kisah kemanusiaan tentang perempuan
perempuan teman saya yang paling manusia.
manusia hasil dari industri masyarakat modern.
perkenalkan,
Labya.
jadi kalau nanti dia muncul dalam bentuk panjang lebar
(sebelumnya sudah dalam bentuk yang singkat)
jangan malu berkenalan ya...
tapi ingat dia teman saya,
jangan dicuri.

Senin, 20 Agustus 2012

untuk orang yang lebih suka berdiri di belakang,

kalian adalah mesin pencetak keberhasilan, tanpa pamrih.
apresiasi kalian adalah kado malam natal
dan kritik kalian adalah perlengkapan perang mutakhir.
kalau usiaku panjang
dan benar ada bintang yang mampir di sela nama ini,
sebuah syair untukmu.
satu buah untuk satu dukungan.
tidur ya, kalian akan jadi orang besar (dengan atau tanpa terlihat)

Mbah Pram, kiranya anda tinggalkan jejak bakat

oh, andai saya hidup di masa ketika tulisan itu berbahaya.
saya pasti akan takut-takut menulis dan sekalinya bisa, saya akan menulis dengan luar biasa.
sayang,
sekarang kata-kata harganya makin murah.
dibuat berulang pun takkan rugi.
penerbit pun banyak
yang membaca ikut turun selera
jadi,
sekali menulis tidak akan terasa perjuangannya
hasilnya?
jangan ditanyalah, anda sedang membacanya.
kamu takut?

ya.

jangan takut ya.

ya.

selama masih ada saya di sini.

ya... selepas kamu pergi, saya baru boleh takut?

.... ya
kalau orang mau baca tulisan saya yang bagus,
orang itu wajib menyumbang
1. lagu bagus
2. film bagus
3. dan ajak saya jalan-jalan untuk ngobrol ngalor ngidul.

niscaya, saya tidak akan main sampah lagi. terimakasih.

Jumat, 10 Agustus 2012

jangan mati dulu. selepas muda barulah berpikir tentang kesudahan. sebelumnya, jangan disudahi dulu. kemudaan itu berkat. kemudaan itu anugerah. kemudaan itu kekal. hiduplah selama muda.

Kamis, 09 Agustus 2012

yang terindah adalah menemukan wajah-wajah bahagia di antara reruntuhan penderitaan.

sinema kesukaan

ternyata di film ini saya ketemu cinta pertama saya, Al Pacino. ternyata yang saya suka bukan Al Pacino-nya yang itu, tapi Michael Corleone yang dimainkan Al Pacino. itulah kenapa di "Sinema Kesukaan" sebelumnya saya males nonton film itu sampai habis krn saya mencari Al Pacino dengan sosok Michael. dan tidak ketemu.

Rabu, 08 Agustus 2012

3.39

mencintai itu seperti ini
di sela-sela kantuk, aku terpikir bermimpi tentangmu nanti.
dan itu tidak terwujud.
atau seperti ini
di sela-sela bosan, aku bayangkan kau akan datang dan menceritakan hal paling menarik yang tidak kumengerti dan aku tetap tertawa.
tapi kau tak datang.
atau bisa juga begini
aku membuatkanmu cerita, isinya tawa, isinya doa, isinya harapan.
tapi kau bilang "sudah dulu. sampai nanti."

jadi mencintai itu kira-kira....
seperti
mengejar pelangi dengan harap dapat dikantungi dan dipajang di kamar
tetapi tidak bisa. tidak ada. tidak mungkin.

atau ini rasanya hanya padamu,
mencintai sebuah fatamorgana.

perempuan lebih suka menulis sifat dan pria lebih suka menguatarkan niat. tidak apa-apa, kami memang perasa karena kamu suka membuat hal luar biasa.

jangan bilang itu kamu!

selamat malam,
apa kita pernah saling menyapa? bukannya kita hanya menatap sekilas dari jauh. mengenali mata itu sebagai namamu dan senyum ini sebagai namaku. mengapa kita bercakap-cakap lewat udara seolah-olah kita adalah kekasih lama yang menggebu-gebu segera ingin bercinta.
apa saya pernah mengenalmu di kehidupan sebelum tempat ini? maaf, saya tidak percaya reinkarnasi. tapi mencintaimu dari jarak ribuan dimensi pun sepertinya bukan masalah. kalau pada akhirnya kita dekat tanpa perlu mengenal.
sejauh ini yang kita lakukan adalah terlibat dalam pembicaraan tak langsung. pembicaraan yang melibatkan orang-orang asing. tentang hal-hal yang...maaf aneh. saya tidak pernah mengeja huruf-huruf dalam namamu, ya kan? namun, kamu tertawa kalau nama saya dijadikan subyek dalam cerita. apa kamu merasa itu lucu? atau sama seperti saya, kamu hanya senang mendengar nama saya disebut? kalau ya, kita adalah orang asing yang sangat beruntung.
ini sudah malam ya. tolong menyingkir sebentar dari kepala saya. maaf, ini bukan bualan apalagi rayuan. saya hanya ingin pergi tidur dan bermimpi...