Jumat, 31 Desember 2010

Ketika malam menculik kita,
Kita turut saja dalam permainannya
Bersembunyi di antara bayangan
Menjadi semu di bawah bulan yang merona
Mereka takkan temukan kita,
Sekalipun ingin
Yang bisa mereka lihat adalah malam
Penculik
Dengan pekatnya yang gagah
Memeluk kita

Rabu, 29 Desember 2010

malam, satu buah nyanyian.

suasana malam makin akrab di sekitar saya akhir-akhir ini. tidak tahu apa karena udaranya yang lembab begitu nyaman menyentuh kulit atau karena di antara malam rasanya semua disamarkan. antara sedih dan suka atau perih dan riang, rasa-rasanya mereka terasa kembar. begitukah malam caramu merayu kami untuk berselingkuh dari matahari? bulanmu menjelma jadi kawan baik yang tak lelah mendengar. ah, kalau tubuh tak harus berbusana...saya mungkin telah tenggelam di balik gelap, menari mengisi sangsi.
suasana malam kian dekat saja. tiba-tiba sudah tiba. tiba-tiba sudah lalu lagi.

Minggu, 26 Desember 2010

jawablah jika kau tahu

Tidak ada pijakan di antara pasir yang dicumbu lautan,
Hanya ombak yang menarik tubuh lebih dalam
Tenggelam
Saat kaki ingin mengikat di sela-sela butir pasir
Buih-buih menghilangkan daya


Ketidakpastian kaki berdiri di antara cumbuan laut pada tepian pantai,
Adalah ketakberdayaanku
Untuk Mengerti dimana seharusnya aku berdiri
haruskah kaki ini terus berdiri,
Atau lari
Saat tak ada tempat yang sanggup menahannya
bukankah membicarakan mereka adalah suatu hal paling percuma,
membicarakan mereka,
mereka yang tidak juga mengerti
keberadaan mereka di antara kita
adalah
polisi tidur,
memperlambat jalan
merusak kendaraan
membuat kita terhenti
ada tidak ada
kita tetap berjalan,
jadi lupakan
stop mereka!

untuk kamu, sensasi warna hitam

kamu cuma muncul sekelibat,
dalam cahaya paling gelap
dengan wajah murung melintasi lorong yang tak kalah redup warnanya
seperti berduka
dengan pakaian serba hitam
kamu berjalan
hingga sampai di ujung lorong
dimana kekuatan sepuluh ribu cahaya terkumpul
manusia berteriak histeris
kamu duduk tenang bersama hitam kebanggaanmu

aku heran,
walau hanya sekelibat munculnya kamu
magis menghipnotis
menyisakan sensasi paling hitam yang menggumpal
akankah kita bertemu lagi
di antara kepulan asap dan sinaran
yang warnanya tak kalah pekat
dengan rona hitam di matamu

rohku bilang,
kita segera bertemu
saat hitam mulai menyerang
menghabiskan tempat
terdesak.

Sabtu, 18 Desember 2010

kau curi malam dan sembunyikan ia

Aku harus katakan
Pada matahari yang selalu mencuri bulan dari singgasananya
Berhentilah
Sebelum lebih banyak lelaki bersembunyi di balik tanggungjawabnya
Dan wanita mengeluh tentang ini itu.
Sebab dalam cahaya bulan yang rasanya seperti susu itu,
Manusia bisa lebih akrab dengan dirinya,
Dengan jiwa yang ditinggal mati selepas hari menjemput.
Aku harus katakan ini sebab,
Aku mencintai terikmu
Tapi tidak untuk hari ini
Tidak, saat kusaksikan isak tangis bulan yang tersapu sinarmu

Minggu, 12 Desember 2010

cerita cinta tanpa jatuh cinta

sepertinya,
setelah hari-hari yang lalu tinggal jadi cerita
tirai itu akan saya singkap lebih sering
dan rindu akan sensasi bergerak-gerak di atas panggung jadi menggebu-gebu
musik akan menggoyang pikiran saya
lalu menularkannya ke syaraf-syaraf tubuh

ah,
masa dimana lampu sorot
tepuk tangan riuh
tawa yang membahana itu
pasti jadi cerita
jadi cerita cinta manis tanpa perlu patah hati

permintaan maaf

saya rindu sekali
pada tawa yang akrab
pada cerita yang hangat
pada camilan dan minuman yang jadi teman
saya rindu sekali berada di sekitarmu dan bermimpi
kita mencipta dunia baru tanpa batasan
mungkin,
kata-kata saya berhenti di sini
tapi rindu adalah garis putus-putus yang sulit dihapus.

untuk teman yang jauh di seberang lautan

Rabu, 08 Desember 2010

jika memang ruang ini adalah siksa

Kamu mendadak jadi batu es
Di ruang imajiku yang hangat.
Berubah beku,
Tanpa banyak senyum.

Sedih juga mengingat ruang imajiku yang hangat,
Ternyata malah membekukanmu
Tidak bisakah kau mencair di dalamnya,
Berteman dengan fiksi
Dengan duniaku yang tak ada bentuk,tak kenal sudut

Kita beda,
Aku tahu.
Aku tetap ingin tinggal di ruang ini
Jika kau benar tersiksa ikut tinggal di dalamnya,
Pulanglah
Ke hari-harimu yang nyata

Aku benci melambaikan tangan,
Terhina dengan ucapan selamat tinggal
Pergilah,
Saat aku lupa membuka mata