Rabu, 11 Mei 2011

tulisan tangan di tepi sungai

jangan memandangku prabu, pangku aku...rengkuh aku


jangan memujiku prabu, tapi bersumpahlah untuk tak melanggar sumpah


jangan memalingkan muka
jangan berhenti merindu
jangan lupa tatap dewabrata, kan kau temukan aku
jangan mencintai perempuan itu,
seperti kau inginkan aku

duh, dewa
andai ibumu dapat kembali menjadi manusia
persatuan kita akan abadi
Gangga, dalam penjelmaan kesekian

Selasa, 10 Mei 2011

give me no love
and i will be perfectly fine.
give me no heart,
i am okay.
i am feeling-less...
-becsingtheblue-
hentikan aku
dari membuat rangkaian cinta di atas cerita
hentikan aku
dari karakter itu yang diam-diam merasuk
membunuh aku yang paling aku.
apakah harus kutukar semangatku,
dengan sumpah yang mencekik leher
demi pertemuan dengan pemuja yang hilang?

dari kahyangan, tangis itu menjelma api

ada yang sedang menari,
di antara ribuan kata.
mengamuk dan mencari,
kekasihnya yang hilang di rintih malam...


jika sumpah adalah janji,
dan janji adalah hutang yang harus dibayar
bisakah cinta menawarnya?

mengapa nasib bhisma mengganas?
mengapa ia harus bersumpah lantas merana?

apa karena ibunya,
dewi gangga
merana oleh sumpah yang terucap Sentanu
mereka,
dewi dan pemujanya
berpisah karena sumpah dilanggar
karena Sentanu yang bersumpah takkan melarang apapun yang dilakukan gangga,
mencegah Gangga membuang bayi terakhirnya, Dewabarata-Bhisma

apakah salah jika sumpah dilanggar demi sesuatu yang dicinta?
melanggar sumpah supaya amba dapat bersatu dengan bhisma
melanggar sumpah supaya bhisma tetap hidup dan dewi gangga tak perlu lagi menjelma dewi?

ada yang sedang menari
di antara ribuan obor
bertopeng kayu,
memanggul bisu
hanya dalang yang mampu bicara...


apakah nasib mereka harus terus diceritakan tanpa bisa dipilih?

Dewi dan pemujanya,
bersemayam dalam kisah
Dewi yang mencintai dengan keterbatasan waktu
hanya mampu menari
menyesakkan pedih ke lubuk hati
sampai kembali,
manusia merintih.pilu

anakku,
tak kenal
diriku lagi

apakah bhisma bernasib buruk karena ibunya?
apakah bhisma dan dewi gangga adalah repetisi yang tak serupa?

Minggu, 01 Mei 2011

maha tahu, anda?

saya bukan tak berTuhan
saya hanya telanjang ketika menemuiNya
saya hanya tidak bernama ketika menyebut namaNya
saya hanya tak memasang label ketika mencintaiNya
saya hanya penganggum ke-MahaTuhan-anNya
yang (sayangnya) tak suka beragama.

sehingga mereka yang merasa telah sempurna menjumpai Tuhannya,
mencemooh saya dan bilang

"kafir"
"itu si murtad"

untungnya, saya tak perlu kata-kata mereka untuk merasakan Tuhan saya
saya tak butuh pengakuan mereka untuk jadi beriman.

-saya berTuhan, sayangnya tak beragama-

ada tubuh di balik tinja

mereka, manusia yang sederhana,
dalam pikirnya berpikir tentang manusia lain
manusia lain yang lupa memikirkan mereka.

luar biasa.

manusia-manusia yang keluar masuk pintu
berdiri di depan kaca, tidak ikut bercermin.
manusia berseragam
dengan tubuh yang berlomba lelah
tangkai berrambut di tangan
bergerak perlahan ke kiri kanan,
menghapus bau busuk sisa keserakahan manusia yang mereka pikirkan.

saat kutegur,
lamunan mereka buyar dan tumpah dalam tatapan

"yang ini sedang dibersihkan,mba. wc sebelah sana kosong."

mereka. manusia yang sederhana. manusia yang sederhana dalam bertindak. sederhana dipandang. namun melakukan pekerjaan yang tak sederhana...

ketika generasi kami sakau

kugali lubang kuburku
tapi bukan untuk besok
kugali tanah agar istirahatku tenang
supaya persatuan tubuhku dengan sumbernya
abadi
tapi bukan untuk besok

bukan besok,
aku letakan kepala dan beristirahat
bukan besok atau lusa,
aku akan menghapus mimpi
dan bersatu dengan keabadian.
bukan.

kugali lubang kuburku,
supaya aku makin cemas,
waktuku tidak banyak.