Minggu, 03 Juli 2011

tertawalah untuk mereka yang memancung imanmu

di pelataran gereja pagi ini,
kumulai tuturkan tentang manusia yang diciptakan Tuhan untuk ditertawakan dari atas
(bukan maksud menuduh Tuhan menertawakam)

jadi,
pagi itu ibadah usai
setelah serangkaian ritual dan barisan kotbah yang tidak tahu lagi bicara apa
manusia-manusia yang terampuni keluar dengan sumringah
tertawa, menyapa...
menjadi manusia kembali
hanya saja lebih bebas rasanya tanpa dosa.

sehingga seorang pria menghampiri
usianya sepantaran dengan bapak.
ia tanya-tanya soal kabarku
lalu bertanya kemana pergi ini dan itu
kujawab dengan singkat ini dan itu berada di tempat yang seharusnya mereka berada
pria ini dengan muka menyebalkan
suara yang diberatkan
sambil sesekali meniupkan asap rokok ke arahku
berkata :

Tuhan itu cuma satu! cuma di sini!

lalu dia kutip salah satu sabda yang tak sepatutnya diambil olehnya

kubalas:

kalau Tuhan satu kenapa bingung caranya harus bagaimana? mau bagaimana caranya atau darimana menyembahnya, Tuhan yang disembah tetap sama.

lalu pria ini asik menjawab balik dengan teori-teori yang kita dengar di semua agama
"teori kebenaran diri sendiri"

kutinggalkan ia dalam euforia ibadahnya
.
memang lucu manusia yang baru saja beribadah
pikir dirinya lebih tinggi dari yang lain
pikir dirinya satu yang kenal Tuhan
lupa dia,
ada Tuhan di atas sana yang kita tidak tahu setuju dengan siapa.
yang aku tahu
manusia sadarlah tempat
berhentilah menghakimi
manusia lain, sesamamu, punya hak untuk menikmati sendiri pengalamannya dengan Tuhan
kalau menurutmu itu salah,
lakukanlah dengan caramu sendiri untuk dirimu

bukankah kita diberikan banyak masalah dalam hidup supaya kita belajar mendekatkan diri dengan Tuhan melalui cara yang spesifik?

Tuhan, Tuhan yang baik
ampuni aku karena ingin sekali menghajar mulut pendusta itu
ia berkata-kata seolah paling suci
ampuni aku karena telah berusaha untuk meludahinya
maaf.
kalau ia memang baru saja keluar dari gereja, baru membaca alkitab, baru bernyanyi untukmu harusnya dia tahu mana kata yang keluar setelah itu.
kalau tidak,
kita tahu kini ritual tinggal ritual.

Tidak ada komentar: