Kamis, 12 September 2013

G

seperti gadis remaja yang dijodohkan dengan seorang bangsawan cerdas berperawakan baik adanya,
aku memunggungi Gustav
pria  yang sama sekali tak menggubris kehadiranku
padahal usia kami tua
dan aku bergaya layaknya bocah sedang jatuh cinta

Gustav masih banyak bicara dengan kawannya. musik masih mengalun, menyorak-nyorakan "tari tari tari, tarikan ini!" padaku. aku, perempuan terhormat dan pada zaman ini menari sendiri masih terlihat konyol, tak mampu melakukan apapun untuk menyambut musik itu. aku berharap pembicaraan Gustav dan kawannya akan segera berhenti, sebab kerongkongan mereka kering atau... ia juga mendengar panggilan yang sama. lalu langsung mengambil tanganku yang kusimpan rapi di sisi tubuhku, di balik dirinya. dan kami menari. supaya musik yang congkak meledekku itu berhenti dan akhirnya tertunduk malu mengiringi kami.

namun, konyol sungguh konyol. aku malah tersipu-sipu malu menyembunyikan wajah darinya. sambil sesekali memegangi dada untuk mencegah jantungku melompat keluar dari tempatnya tiap kudengar tawa atau tarikan nafasnya.

"ya, memang. kondisi takkan bisa lebih buruk. dan di sana itu, aku ditempatkan. mungkin dalam dua atau tiga hari aku akan segera berangkat."

Gustav akan pergi?

"segeralah pergi. mereka membutuhkanmu. paling tidak kurangilah keburukan di sana."

kawannya menyemangati. tidak, jangan. tidak boleh dia pergi, Bodoh! dia belum melihat wajahku. dan sampai detik ini pun aku yakin, ia masih belum mendengar panggilan musik untuk menari denganku.


apakah gadis belia yang buta jamahan lelaki seperti ini? perasaan konyol ini? ketotolan ini? ketakutan? kalau ya, ya Tuhan, telah berapa banyak hati mereka dilukai. aku berkeringat dingin. mungkin sekarang wajahku hampir sama warnanya dengan sarung tangan yang kupakai. mungkin sebentar lagi, aku mengotori lantai dengan kegugupan ini. dan sedihnya, di balik tubuhku, Gustav dan kawannya begitu bersemangat dengan rasa patah hatiku ditinggalkannya.

"nona..."

Tidak ada komentar: