Rabu, 04 September 2013

Tokoh kecil

Aku melihat kemarahanmu yang bisu. Di antara tumpukan baju tempat kau sembunyikan mata untuk memandangnya. Kemarahan yang tak sampai di mulut. Kau bicarakan lewat mata.

Tak bisakah kau utarakan amarah itu? Pada kekasihmu? Apa ia tak cukup mendengar? Apa kau sudah bisu? Terlalu lama setia menahan sakit. Lupa bahwa sakitmu punya suara.


Gadis itu makin menderita dalam persembunyiannya. Ia benamkan kepalanya lebih dalam. Dari sudut matanya tempatku menangkap amarah, ia seka amarah yang tak pernah sampai jadi kata.

Pulang?
Lebih baik.

Tidak ada komentar: