Selasa, 13 Agustus 2013

Waktu Kereta Hampir Tiba di Depok

waktu itu kami berdua bergelantungan
di dalam kereta yang nyata menuju senja
oleh karena hari belum benar gelap, matahari masih sumber cahaya. sinarnya menerabas tubuh kami. tak sampai melukis siluet sebab kereta belum terlalu pekat. kami bergelantungan sambil menahan lelah.
temanku lalu meracau. mungkin karena lelah. mungkin karena bosan. aku bilang karena rindu.

"mencintai dua orang di dua dunia yang berbeda, sulit."

wajahnya sungguh lelah. sorot matanya redup. dan tubuhnya bagai batang kayu yang menempel pada udara. siap rubuh kapan pun.

"sulitnya bukan saja pada pertemuan. apalagi pertemuan fisik. aku mungkin tak butuh itu. sebab, apalah artinya fisik bagiku yang hidup dalam konsep. kesulitan terbesarku saat mencintai mereka adalah membedakan siapa yang mana dan mana yang siapa. kau tahu. seperti memiliki anak kembar dengan saudara kembar siam. pernah kau bayangkan?"

demi dewa langit yang baik hati juga perkasa, aku tidak akan mau dan pernah membayangkan kondisi itu!

"mana yang nyata dan ilusi. mana yang..."

ia berhenti dan kali ini aku ragu apakah jiwanya masih ada dalam tubuh atau ia telah pergi mengunjungi kekasih di dunia lain itu...

"mana yang benar kekasihmu. jangan-jangan, aku menaruh cinta pada tempat yang salah. yang nyata dan hidup di sini, aku letakan sebagai bayangan. sedang ia yang satu lagi, yang kupuja lewat kata dan pikiran, kubiarkan menguasaiku di sini. padahal... ia hanya ilusi."


*peluklah siapa pun dia yang kau puja itu. sekalipun aku tahu, bapak-bapak itu semu bagimu*

Tidak ada komentar: