Sabtu, 07 Februari 2009

B I E N N A L E - sejuta tahun di dalam

lukisan itu muram berdiri di hadapanku, seolah membicarakan tentang kesedihan dan pahitnya. dan semua yang dapat kulihat di sana adalah memori pilu yang terkubur dalam pancaran mata yang nanar. menyedihkan.


lalu aku bergegas masuk



ke sebuah lorong putih yang samar-samar menghilang tiap kali kakiku meninggalkan jejak. sehingga tak dapatlagi kulihat jalan kembali. segalanya hanya lorong putih di hadapan dan kekosongannya.



di akhirnya cahaya menerobos masuk dan secara tegas mengisi ruang itu, lorong itu. dan aku berpindah pada kotak lain yang tak panjang tak lebar hanya padat bagai kubus berlapis cahaya itu. gebukan tabuh yang berulang-ulang dan selalu mengejutkan, suara suara yang seolah menyemangati dan derap langkah kaki yang bertalu talu menjadi nafas dalam kotak itu. dan aku seolah terhimpit pada situasi perang yang hebat, yang secara nyata menyengat imajiku.


kemudian tubuhku seolah terhisap hebat cepat dan berputar haluan berbalik arah, tak mengijinkanku menyadari apakah kakiku masih menapak ataukah dunia yang berbeda yang kukunjungi, lalu masuklah aku pada kubus dan terasnya yang terisi musik. musik! gila aku hanyut di dalamnya, tidak, tidak hanyut, namun melayang. aku seolah menjadi gas dan menemui musik dalam gelombang bentuk yang berbeda. dan kami bercakap cakap dalam dan menetramkan. aku jatuh cinta padanya...




tiba-tiba bayanganku gelap dan gambar-gambar membawaku pada satu dimensi ke dimensi lain. gambar kecil, goresana pensil, mozaik kertas, besi, dan kertas kertas memenuhi suatu jalan tempat aku kemudian berlari lari kecil. aku tidak bergerak, hanya terus menggerakan kaki di tempat. mereka yang berjalan maju kadang lambat kadang cepat. jika aku suka mereka akan berhenti sejenak dan menyapaku dalam suara yang hangat.




foto foto berwarna dan tak berwarna kemudian menyapaku dan menjadikanku subyek dari gambaran mereka yang seolah nyata. aku terkesima, bahwa realita terasa menyenangkan dalam sebuah foto. aku duduk lama dalam mereka, merenung dan merasakan rumah dalam imaji.



akhirnya aku berhenti di sebuah ruang lapang. dimana kurasakan kakiku mengegas di tanah, dan udara menyapaku lembut. kelembaban sore menjemputku pulang pada halaman depan galeri nasional. dan usai sudah kepergianku yang sejenak dalam bentuk bentukan yang ajaib. ah aku merasa tak rela menyudahi semuanya, keinginanku untuk menceritakan lebih banyak lagi hal yang rasanya masih tertempel di sela sela pikiran. mungkin nanti , lain kali dalam perbincangan yang baru kita bicarakan keasikan itu. sekarang biarkan roda roda mobil melaju dan menghantarku keluar dari bangunan yang mencipta dunia baru di dalam...

Tidak ada komentar: