Senin, 23 Februari 2009

air

memperhatikan air yang terombang ambing dalam wadah yang berguncang-guncang. saat ujung kiri naik ke atas, air akan mengikutinya. saat kiri turun, dan kanan naik air turut ke haluan kanan. membentu wujud yang berbeda-beda.
merasakan air yang tak selalu sama. air putih kutuang dalam gelas bening. kupercikan serbuk hitam pahit, dan kucicipi air itu pahit rasanya. lalu kumasukan sesendok butiran halus yang mengkilap, manis. dan kucoba rasai air itu sekarang, ajaib tak ada pahit namun manis saja.
air yang membilasku tak selalu dingin tak selalu panas. kadang ia mendidih menyentuhku, lalu hilang lenyapa jadi beku. kadang hanya suam suam menyapa.
menyentuh air adalah kemustahilan apalagi menggenggamnya rapat dalam jemari. coba saja. pertahankan air yang kau rengkuh dalam jemari. berapa liter? berapa sisa setelahnya?kuberi tahu, tak bersisa. penantianmu hanya kosong. kau akan kecewa, karena tangamu yang kerdil tak sanggup menahan air menggalir, itu sifatnya.
air jangan kau tahan, biarkan mengalir. air tak bisa direngkuh kuat, ia tak kan meronta memang. tapi ia sanggup pergi dalam sunyi. sebelum kau sempat rasakan, ia telah larut.

itu aku kawan-kawan. air itu aku. untuk sekarang, jangan coba tangkap aku. lariku akan cepat melebihi aliran sungai di gunung, suhuku akan cepat berubah dari air di kutub, rasaku akan memudar dalam detik. sebelum lukamu sempat terjamah, aku akan menggoresnya lagi. menyisakan tak setetes pun darah pada nadimu. kau mati beku karena kekerdilan hati, aku menjadi-jadi di belahan bumi lain. kamu dia mereka hanya mozaik pada gelasku. yang sudah lama retak. aku bahkan sudah di sini, di wadah yang lain.


Tidak ada komentar: