Minggu, 11 Januari 2009

pikiran

dunia rasanya berputar ribuan kali lebih lambat...
hari-hari berlalu bagai hitungan tahun, lama, panjang, berlambat-lambat.
sampai muak aku dibuatnya.
pemandangan yang sama menghiasi mataku. rutinitas yang sama selalu menantiku tiap pagi menjemput. tubuhku dipukuli dan namun aku tak sanggup berontak, hanya berusaha laari lebih cepat sampai liur terburai di sepanjang jalan. aku tak kenal lelah, dia tak kenal belas kasih.
ah bosannya...
-kuda di sebuah delman-


jutaan helai daun harus habis kupangkas. kubunuh ilalang-ilalang yang tumbuh liar.
kalau kuperhatikan mereka sebenarnya indah, kenapa harus dipaksa mati?
hanya karena tak seindah mawar, tak seindah bunga yang lain.
terik setia menusuk-nusuk kulitku yang menghitam. tiap gerakan terasa semakin berat dengan peluh yang melumuri seluruh permukaan tubuh. keterlaluan. memikirkan bagaiman buyung menangis kelaparan di rumah, aku pulang hanya sanggup membawa ilalang.
ah naas...
-pemotong rumput di komplek elit-



bagaimana rasanya makan di dalam restoran bersama keluarga saat lebaran tiba. atau berkumpul di bawah pohon natal menyanyikan kidung agung dengan hadiah menggoda iman.
mungkin hangat, mungkin nyaman.
yang pasti perut terjamin diisi, dan hati terjamin bahagia
ya seandainya aku bisa habiskan beberapa lembar koran, akan kubelik nasi untuk kenikmati sendiri
-pemuda di jalan raya, berjualan apapun untuk hidup-



ah mengapa mereka tertawa, apa yang begitu lucu. hei jangan dorong aku, hei apa itu lucu kalau mendorong-dorongku? ah haha aku juga mau tertawa ah... hei, kenapa aku dipukul-pukul, oh ini pasti lucu sekali makanya mereka semua tertawa. tapi sakit, aw jangan buka celanaku. hei jangan tendang aku. ah mereka sedang apa? aku mau ikut mengerti permainan mereka...tapi aku tidak bisa mengerti. kenapa aku berbeda?
-anak cacat mental di pinggir pantai cilincing-



ah andai orang-orang di pemerintahan tidak korupsi, saya tidak harus berbuat haram demi sekaleng susu anak saya. saya pasti masih berada di ruangan itu, mengetik dan menanda tangain surat-surat unutk mendapat uang.ya Tuhan jika kau dengar doaku malam ini, kiranya kejahatan ini kau ampuni dan jagalah anak istriku...
-maling TV yang hampir tertangkap-




kenapa harus aku yang digunakan setiap hari. warna warniku memang menggoda namun tubuhku dapat segera habis. apalagi aku harus terus mentupi kebobrokan ini. ah, basahnya...
-gincu merah-

Tidak ada komentar: