Kamis, 09 April 2009

ekspresi dari hadapan cermin

seperti merasakan kejenuhan yang berulang setiap pagi. sebab aku memulai pada titik matahari beranjak naik, dan mengakhiri pada titik bulan merangkak turun. adakah hari yang akan kuisi dengan bulan pada siang dan matahari bersinar di kala malam. atau aku hanya begitu kesepian hingga tak sanggup lagi berteman dengan imajinasi. ataukah imajinasi adalah satu satunya duniaku yang nyata atau akulah yang tidak nyata. mengapa mereka datang dan beranjak saat tawa baru terlepas di udara. tidakkah mereka mau tinggal sejenak, juga untuk merasakan tangisku. sebab dalam sendiri aku merasa haru yang menyiksa. mungkin mereka pergi karena jenuhku telah tertular. taukah mereka, kedatangan mereka adalah obat bagi penyakit ini.
selesai
dan semua memang harus bertemu akhir. bagaimana jika ini adalah awal dari semua yang awal. semua yang telah menjadi kemarin hanya cerita... apakah mungkin bahwa sepi ini semua hanya rekaan dari mereka yang tertawa memperhatikanku di atas? atau tidak
seperti menatap ke depan kaca, hanya aku yang terlihat di sana. dan pantulan atas barang barang tak bernyawa. kemanakah mereka yang dengan begitu kasih aku rindukan. mengapa kebencian merenggut mereka pergi dan menghilangkan aku dari lembaran lembaran kebahagiaan. aku mengaduh dalam kesakitan akibat luka yang tergores pada sebilah hati. seandainya mereka pulang dan mendengar dan menemukan racun yang menyetrum sarafku, akankah kudapati kembali keutuhanku yang dahulu. atau tidak?

samakah aku pada dimensi waktu yang lewat. atau memang monster jiwaku ini. yang tak lagi mengasihi mereka yang mengorbankan darah bagiku. dan bernyayi mazmur untuk jiwa yang hilang. karena seperti angin temanku, maka badai selalu bersenandung pada jiwa.

esok
akankah aku bangun saat matahari berada di kejayaanya
dan
melupakan duka hari ini

Tidak ada komentar: