Kamis, 09 September 2010

revisi

saya temukan kotoran di wajah yang selama ini dielu-elukan? kotoran yang takkan tersapu. jadi sekarang orang yang melihat, akan mencibir. mereka akan kembali berani melihat ke cermin lantas membandingkan dengan wajah ini. mereka pasti temukan beda dan dengan kotoran di wajah jelas saya bukan tandingan mereka. sungguh merana


seperti halnya diri sendiri, setiap hari saya temukan satu kekurangan dalam diri saya. kelebihan yang selama ini jadi tumpuan kepercayaan diri, tenyata bukan apa-apa. cuma sederajat dengan kotoran jika dibandingkan dengan mereka-mereka yang telah enyam seribu kali perbendaharaan ilmu. tapi namanya juga manusia, tinggalnya saja di bawah kolong langit (suda kolong, di bawah pula). mereka tidak akan bisa jadi yang paling, selalu ada langit di atas kepala. dan itu menjadikan kaki mereka tetap berpijak ke tanah.
manusia jatuh karena keinginan mereka melampui langit. langit tak bisa dilampui. ada kekuatan lebih luar biasa di atas langit, kekuatan yang kita sebut supranatural. jadi, saya terima segala cacat pada tubuh ini sebagai cambuk menjadikannya lebih baik. walaupun besok saya tidak tahu apakah kotoran ini masih jadi kotoran di wajah atau telah jadi bedak penghiasnya. saya serahkan pada waktu. dan sambil menanti saya mau terbang di langit

1 komentar:

ramenrider mengatakan...

pink floyd - another brick in the wall (part 2)