Sabtu, 14 Agustus 2010

malam berbaju pelacur

malam menanjak di dinding kamar
menambah warna hitam yang melubangi dalam-dalam kepala
seperti inikah rasanya terasing
terapung tanpa pelampung
tidak ada tangan untuk dicapai
saat kaki lelah bertahan
tidak ada tubuh untuk dipeluk
saat air-air lautan malam mulai keji mendera
gila
sunyi sudah sepekan ini berlalu
menjadi suara gema di alun-alun kamar
dan sekali lagi malam makin getol merayap di dinding
gaungnya yang kosong mulai menghantui
bayangan kemarin jadi terproyeksi makin jelas
guratan tatapan tawa garis garis itu
menghantar pada kotak lain yang kosong
yang hampir bisa terisi
namun,
memang kotak tanpa alas tidak akan pernah bisa penuh
sama seperti gelas tanpa kaca
di penutup pikiranku yang hilang
sedikit tersembul kecemburuan
bisakah ia kembali merekat dan merapikan tatanan pikiran yang seharusnya waras ini?

malam,
berhenti bergelantungan di langit-langit
makin miris rasanya
saat mata-mata malam mulai mengamati
mengawasi siap menghakimi
(di dalam ketenangannya ia menghakimi : kalah. kalah. kalah)
sial kupikir sudah gila
sudah rusak kewarasanku
sebab malam,
yang biasa jadi selimutku untuk bersembunyi kini
menelanjangi kegilaanku

Tidak ada komentar: