Rabu, 10 Desember 2008

mimpi = sederet simbol harapan

aku sungguh sungguh ingin pergi. ke sana, ke langit, tunjukku. bukan jadi burung atau malaikat yg bersayap. aku hanya ingin pergi dari rutinitas dari kepenatan dari kerinduan dari kesakitan dan dari semua tawa yang tak kekal....
aku tidak tahu di mana tepatnya sorga, tapi orang bilang awan adalah debu kaki Tuhan. jadi aku berharap aku menginjak permukaan tanah sorga walau hanya di atas debu.
aku berharap, besok pagi aku tak perlu menangis kalau kudapati diriku yang sekarang. aku juga berdoa agar aku tak hanyut dalam kerinduan ddan kesakitan yang sekaligus memainkan magisnya dalam jiwa. ya aku sungguh berharap
sayang semua hanya boleh tinggal harapan.
makanya aku ingin ke sana, ke langit yang biru itu.
bukan, bukan maksud untuk berlari dan tak tahu diri atas rahmat tiap pagi yang luar biasa. aku cuma ingin ke langit. boleh?
aku lelah melihat semua hanya dari balik jendela. aku lelah menikmatinya jika aku berjalan di luar. aku ingin jadi bagian dari keindahan itu. aku ingin menetap di langit.tak peduli seberapa tinggi jarak yang harus kulalui, akan kutaklukan phobia ini sampai tak terdengar lagi walau hanya berbisik.
tolong jangan pandangi tulisan ini dengan sinisme tak beremosi yang menuduhku gila. berempatilah walau jiwamu tetap memandang dengan kekikukan. kita semua pasti suka dengan langit. dan orientasi kita pasti akan selalu ke atas, karena langit selalu punya misteri kebahagiaan yang sulit dijawab dengan huruf-huruf berderet atau simbol tak bernada.
sudahlah.
semua kalimat ini tertulis saja. tak kan bermakna. langit selamanya di atas, aku selamanya berpijak di bawah langit. jadi kapan ke sana, menunjuk ke langit, cuma angan-angan yang dibiarkan terbawa angin

Tidak ada komentar: