Sabtu, 13 Juni 2009

sebuah tangkapan yang besar, bung




Saya tidak tahu mengapa keharuan ini sulit ditahan. Haru yang bahagia, yang sendu sekaligus . bagaimana sebuah film menceritakan pada saya bagian-bagian dari pribadi satu manusia yang selalu ada. Satu bagian kita yang selalu fiksi dan subyektif, dan yang lain adalah manusia rasional yang melihat pada permukaan dataran es.
Edward bloom merupakan kisah imortal dari keselurahan film ini. Sedangkan william Bloom, putranya, adalah satu bagian yang selalu menjadi pengadilan kisah fiksi hidup kita yang lain. Sepanjang hidupnya, setelah beranjak dewas, Will sulit sekali mempercayai kisah hidup ayahnya. Karena hampir keselurahan ceritanya dibangun berdasarkan imaji yang luarbiasa. Tersebutlah bagaimana beraninya ia ketika muda, menghadapi pria raksasa yang menegangkan yang penyayang hingga akhirnya ia menjadi sahabat bagi pria raksasa ini dan pergi menemui dunia baru. Dunia di mana kemudian ia mengenal arena sirkus, kota Spectre yang menakjubkan dan terutama bertemu dengan cinta sejatinya. Cinta sejati, yang entah bagaimana membuat rasio saya saat itu berhenti berdetak dan ikut meleleh merasakan ketulusan dari kepercayaan itu.
Edward bloom selalu percaya bahwa selalu ada ikan besar yang menemani hidupnya di
bagian-bagian terpenting. Salah satunya, bagaimana ia bergelut dengan seekor ikan yang begitu besar yang kemudian menjadi pertanda kelahiran Will. Dan Ed selalu tidak pernah tidak lupa menceritakan kisah hidupnya itu di manapun dan kapanpun. Yang akhirnya membawa jarak pada diri Ed yang imajiner dan Will rasionil.
Di waktu-waktu terakhir ayahnya menghadapi ajal, Will bertekad untuk menemukan sendiri sosok ayahnya yang sebenarnya. Perlahan, kebenaran dari tiap versi fiksi ayahnya(menurutnya) mulai tersingkap. Ia bertemu dengan Jenny, gadis yang hidup di kota Spectre. Bagaimana kehidupan ganda ayhnya akhirnya tersingkap dan kecurigaannya terbayar. Lalu dokter yang selalu menemani keluarganya menawarakan versi faktual kelahirannya, yang berlawanan dengan kisah ayahnya. Semua terjadi pada detik-detik ayahnya menanti akhir dari hidupnya.

Di sebuah kisah yang diceritakan Ed pada Will, ia mengaku telah mengetahui bagaimana ia akan mati dari bola mata penyihir yang ditemuinya saat muda. Ed bersisikuh akan pergi dengan cara itu. Namun sebelumnya, ia terbangun dari keadaan strookenya dan meminta Will mengisahkan bagaimana ia pergi. Maka secara alamiah, Will mulai berkata-kata menghantar kepergian ayahnya dengan dongeng yang diucapkan seperti yang selalu dilakukan Ed.
Di akhir kisah kita akan melihat bagaimana Ed begitu dicintai, oleh bagian fiksi dan nyata hidupnya. Will, bagian paling nyata hidupnya yang selalu berbalik dan mnjadi orang paling rasional yang menentang ayahnya, kemudian sadar. Bahwa setiap manusia tahu versi hidupnya sendiri, dan bagaimana sebaiknya versi itu diceritakan pada orang lain. Sekali lagi, ini semua bukan maslah siapa yang bohong atau mana yang ilusi dan yang real. Namun ini terletak pada masalah rekonstruksi peristiwa yang kita alami. Bagian manakah dari diri kita yang akan bekerja mengolahnya, Edward Bloom? Ataukah Willam Bloom? Dan pada akhir segalanya bagian Edward tetap tinggal abadi dalam kenangan tiap manusia

Tidak ada komentar: