Rabu, 20 Mei 2009

bilik dosa

maafkan aku meneleponmu pada malam yang tak bercahaya,
sungguh aku tak bisa berhenti berpikir, tentang dia
dimana dia sekarang. aku tak habisnya berpikir, bukankah kamarnya dan kamarku hanya terpisah jajaran tangga? mengapa tak pernah kujumpai ia saat aku ingin
maafkan aku mengeluh di tengah tidurmu yang lelap
tapi sungguh aku ketakutan,sebab kudapati diiriku sendiri terbatas pada ruangan ini
dimana dia, suruhlah ia angkut tubuhku kembali ke pembaringan
beberapa hari yang lalu, kutemui tubuhnya tercabik-cabik karena mencintai pria itu
tunggu, apakah mereka masih saling mencintai?
seingatku.... ah aku tidak ingat
tidak,kawan. dia tidak menangis, malah menyeriangi. seolah gembira mendapati tubuhnya terluka. mengapa terus mencari luka? apa ia tak ingin bahagia?
aku mendengar orang mencemoohnya, mencemari pekerjaan tangannya
menolak kehadirannya
adakah ia tak lelah dengan semua itu????
karena aku lelah memperhatikan tubuhnya terluka, memandangi ia kesakitan
aku ingin membelanya, menangis saat airmatanya jatuh di ubin kamarku. persis seperti hari tua yang telah mati... tapi aku tidak bisa, tidak mampu untuk merangkaikan semua
dimana aku?
aku ataukah dia yang menghilang?
aku ataukah dia yang tersesat?
ataukah kami memang telah terpisah?
lukisan wajahnya ada tertempel di wajahku, orang bilang. jadi dimana dia sebenarnya?
bisakah aku memeluknya seperti dahulu aku belum punya daya untuk berdiri



dan aku berhenti




aku sadari
aku yang mengusirnya
aku yang mencabik tubuhnya
aku yang mencemoohnya
aku yang menodai tangannya
aku
aku aku
aku aku aku
semua adalah aku



kau di sana,
tidak menangis tidak mengaduh tidak mengeluh tidak membalas
tapi kau di sana bilang
"anak manis"
aku harus bilang apa,ibu...

Tidak ada komentar: