Senin, 07 Februari 2011

ketika kita (nantinya) harus kembali logis

Malam ini sendu sekali suasananya. Dari pagi awan kelabu seperti enggan berpindah tempat.langit jadi sayu dan kuyup. Ditambah derai hujan yang menembus sampai ke bawah tanah. Duka tampaknya hadir dalam berbagai bentuk. Sama seperti sendu di langit. Tidak perlu langit malam untuk membuatnya,bisa juga pagi yang mengantar.senja pun bisa mencairkan warnanya dan bergradasi menghitam...
Duka, dalam definis saya adalah kondisi dimana kita tidak bisa atau bisa namun sulit merasakan bahagia karena tidak mendapat yg kita butuhkan dan kita mau dalam satu kotak. Duka adalah rasa yang meliputi ketidakpuasan, ketidakberdayaan, dan keputusasaan. Hari ini saya tidak merasa tidak puas, tidak juga merasa tidak berdaya atau putus asa. Tetapi ada duka di selipan hati saya. Kali ini duka mampir di dalam kotak tawa,kotak kebahagiaan. Pernah merasa mendapatkan sebuah hadiah yang disukai (tidak peduli butuh atau tidak) yang sebenarnya hadiah itu tidak pernah kita bayangkan? Bagaimana rasanya mendapat hadiah yang sebegitu menyenangkannya? Kita mendapat hadiah yang tidak kita inginkan saja senang apalagi hadiah yang PAS. Lalu bagaimana jika kita tahu hadiah itu punya masa kadarluasa kepemilikan? Nanti,di tanggal dan bulan tertentu hadiah itu bukan milik kita lagi. Apa rasanya? Bagi saya itu duka dalam bentuk yang berbeda.


Kau,
Butiran pasir yang dihantar angin sampai ke tanganku
Yang meresap di sela-sela jari
Mengisi.
Suatu saat akan kembali ke pantai
Meninggalkan ruang yang pernah kau isi
Sepi


Maka hari ini,dengan segenap keterbatasan yang menanti kita di ujung persimpangan jalan,aku katakan hari ini kita dan esok adalah selipan harap dalam doa. Selamat tidur,P

Tidak ada komentar: