Rabu, 05 Agustus 2009

ini bukan ancaman, ini surat cinta

sejujurnya saya lelah untuk memprotes
mempertanyakan keadilan
memaksakan diri untuk bersuara atas nama kebenaran
tapi di saat yang bersamaan saya sadar,
bukankah hidup sebenarnya terdiri dari bentukan protes yang panjang dan konstan
bahwa kita memang hidup di bawah ketidak adilan (jadi apakah keadilan, kalau sepanjang hidup yang kita lihat bentuk kesewenang-wenangan)
bahwa kadang kebenaran tidak punya bentuk untuk bersuara

saya mungkin lelah,
tapi saya tidak mungkin berhenti
karena berhenti mempertanyakan keadilan
berarti berhenti menerima hak untuk hidup
berhenti merasakan ketidakpuasan
berarti menolak siapa kita

manusia diciptakan begitu sempurna
wajar jika semuanya menginginkan yang terbaik
atau paling tidak sama-sama mendapat yang baik
jadi mengapa begitu sulit meletakan sedikit saja hati di atas logika
bisakah mereka yang menentukan pilihan
memutuskan menjadi kami untuk kemudian menentukan pilihan
atau mungkin yang salah adalah kami
yang terlalu keras menilai HAK kami
sedangkan apa yang mereka tuntut begitu banyak

ibu,
saya tidak bicara tentang apa yang menjadi permintaan ibu
(tolong dimengerti ya,nak)
bagaimana,bu kalau saya memutuskan untuk tidak mau mengerti
karena memang ibu harus mengerti
bahwa kondisi kami
tidak dalam keadaan untuk ditoleransi sedikit pun
kami menolak mengerti
sama seperti halnya ibu lebih dulu menolak untuk mengerti kami!

jadi
jangan salahkan saya,
jika kata-kata ini yang bisa saya tuangkan
jangan salahkan saya,
kalau kemudian saya bilang bagaimana ibu berperilaku
bukan,
saya bukan pengkhianat
saya berada dalam posisi ditinggalkan
tapi ibu boleh lega hati,
saya tidak tertarik untuk membunuh ibu di muka umum
saya hanya ingin mendapat hak saya
dan jika saya tidak diberi kesempatan mendapatkannya
jangan salahkan saya,
kalau
ah saya tahu ibu sangat cerdas
ibu tahu saya bisa apa......

untuk ibuku (dulu) yang kini... entahlah kalian bisa nilai sendiri

Tidak ada komentar: