Kamis, 13 Agustus 2009

dua dunia terbungkus satu jalur kereta

sayangnya hari ini aku harus pulang
dengan kereta tercepat yang tersedia
meninggalkanmu yang baru saja bicara tentang cinta
padahal itu yang kutunggu
selama delapan tahun aku mengenalmu
kemudian kau mengundangku berkunjung
kau bilang ini penting dan berbeda
aku percaya lantas berharap
kau kemudian akan meleleh dalam percakapan hangat denganku
namun
saat kau baru saja bertanya,
"menurutmu apa itu cinta,aku ingin tahu..."
telepon itu berbunyi
memecah suasana yang telah susah payah kuusahakan untuk terbentuk
aku mengelak
tak mau bicara di telepon
lanjutkan pekikku
sayang tak terdengar
sebab bunyi lagu teleponku mengalahkan suaraku
aku dipaksa mengangkat
tak punya hak untuk memilih
kau menungguku bicara di telepon
dengan wajah letih memperhatikanku
aku juga memperhatikanmu dari samping ekor mataku
kalimat terakhir di telepon mematikan semangatku untuk berpaling kembali padamu
"aku harus pulang"
desahku panjang tertahan
kau mengangguk lama setelah mendengarnya


deru mesin kereta ini
mengingatkanku pada teriakan panjang yang lelah
memaksaku untuk membatalkan niat mengacuhkannya
menolongmu yang berbadan lebam
dengan wajah dibanjiri kekalutan
itu adalah kali pertama aku percaya kau tulang yang diambil dari rusukku
sebab kau tak berdaya
hingga terbenam dalam lenganku


dan panasnya malam yang menyengat leherku
seolah mengingatkanku pada orang di ujung telepon tadi
yang mencekik dengan pekikaknnya
yang mengembalikanku ke alam paling nyata di hidupku
aku terpelanting


kau dan dia
adalah dua sisi yang berbeda
yang paling mengingatkanku tentang hidup
amaria adalah wanita di ujung telepon
dan emilia adalah gadis yang kukunjungi pada imaji liarku
sesungguhnya kalian satu
karena yang aku ingat
dulu
sepuluh tahun lalu itu
aku menikahi seorang perempuan bernama
emilia amaria

Tidak ada komentar: