Rabu, 30 Desember 2009

surat dari Rabuda Baruda

ini buat kamu,
ribuan jam ini aku ukir di atas pasir untuk kamu. lihat jarumnya yang berdetak abadi, ia takkan meninggalkanmu sendiri. dan untuk menemani malam-malammu yang lembab aku hadiahkan sebentang langit yang akan menyelimutimu di bawah angkasa.biarkan tubuhmu direngkuhnya dan tertidurlah...kualunkan hujan yang akan berbisik tentang kita di bawah mimpimu dan sebuah lembayung senja di balik bantalmu.

aku akan menyingkirkan ribuan debu yang mampu mengusikmu
menghalau serangan matahari yang membangungkanmu
dan menutupi dirimu dari kejamnya realita

segalanya

sebab kamu adalah yang terindah menit ini
kamu sebuah ilusi yang fantastis
diam-diam tanpa basi basi
satu jam kita dayung dalam detik
dan tiap detik bersama adalah kegembiraan mencintai hidup

sayang
ini ilusi
aku harus cepat cepat kembali
menghapus tato namamu yang kususun di atas tulang rusukku

main sungguhan

kamu menganggap semua ini main-main
dan aku terlalu serius menganggap kamu bersungguh-sungguh
padahal aku hanya bermain-main menjadi serius
dan kamu bersungguh-sungguh bermain
apakah permainan ini sungguhan
dan kesungguhan ini ternyata hanya mainan
aku ingin tahu
kamu bilang
sungguh
(main-main)!

Kamis, 24 Desember 2009

a package from heaven


tiba tiba sadar
rudan adalah bayangan gelap di dalam pikiran yang menjelma menjadi rasa yang kelabu
pesonanya menghela nafas
dan
segera sesudahnya
paket itu
menghilang

Rabu, 23 Desember 2009

untuk 2 orang yang sangat aku inginkan

saat kerja keras dan keringat
dibayar dengan sinisme
dan seluruh usaha diganjar dengan makian
apa yang akan kita lakukan?

berimajinasilah
bawalah belati yang bersinar-sinar
dan tanamkan di punggungnya
bisa juga
tariklah triger
dan biarkan peluru-peluru itu
meluncur menembus kerongkongannya yang tamak

tapi,
apa yang aku lakukan
saat kudengar
kulihat
kerja kerasku yang diletakan di atas meja
digesernya
dan dipupuknya di dalam keranjang sampah

aku akan bilang
PERSETAN
aku bukan kerja untukmu
biar mata-mata itu yang menilai
siapa anjing
siapa majikan

(hanya karena ini malam natal,selalu kubuka pengampunan bagimu wahai wanita kerudung biru dan selirmu wanita berkepala bulat)

Selasa, 22 Desember 2009

saya tidak mau menjual mimpi, karena jika kamu terbangun pasti sakit

kasihan betul armi
pagi ini dia jatuh cinta
siangnya mereka bermesraan
dan malam ini
di bawah bulan kesukaannya
armi disepak keluar dari hati pria itu

dengan sekotak penuh pakaian
dan rasa malu yang tak terhingga
armi berjalan ke jalanan sepi
menangis
entah karena tersakiti atau hasrat ingin menyakiti

armi armi
tidak pernah belajar kerasnya jatuh cinta

kebangaan dengan arang di wajah

ini memang keahlian saya
percayalah
mengolah rasa berikan pada saya
saya ahlinya
mau dibuat apa rasanya
manis?
memuakan?
kita langsung saja bicarakan,
lantas selesaikan
segala rasa selesai di tangan saya dalam hitungan menit

tanyakan pada bagra
bagaimana rasanya saya mengolah rasa miliknya
ia pasti muntah di depan muka anda

lalu coba tanyakan guil bagaimana saya tuntaskan rasanya
ia akan menggaruk tanah dan menyebut langit bumi

kalau anda benar-benar tidak bisa percaya,
keahlian saya ini nyata
tanyakan pada karib saya
ia dengan ringan bilang
"biarkan saja ia jatuh,sebentar juga keluar tanpa rasa"


tawa saya meledak di angkasa
kemenangan merasa mampu menguasai rasa

salah


seorang nurani menjerit di atas kertas

bukan mampu menguasai rasa namanya,
justru tidak mampu merasakan rasa
menikmatinya
menghirup aromanya
dan membiarkannya hidup

saya tertegun
kembali menengok pada bagra atau guil
dimanakah rasa itu
seperti apa dulu saya mengecapnya
jangan-jangan saya tidak pernah tahu
rasa

seorang asing


kamu mampir hari ini
menghampiri aku yang tengah patah hati ditinggal rabuda
kamu duduk di kursi dimana rabuda biasa duduk

rabuda biasa duduk di sana,
memetik gitar
memperhatikanku melantunkan sajak
kemudian memangkuku
dan mencium tengkukku

ah kamu seperti rabuda
tapi kamu rabuda yang sesaat
sebab kamu tidak memetik gitar
kamu menggesek violin
kamu juga tidak memperhatikanku melantunkan sajak
kamu melihatku menangis
dan saat kamu memangkukku
kamu mengerang menahan pilu
kamu bilang padaku

"aku bukan rabuda, aku bukan rabuda"


memang bukan
karena kamu hanya mampir hari ini
kamu pasti pergi besok
tapi aku butuh rabuda malam ini
maka aku dudukan kamu di sana
walaupun kamu berdarah menahan duka
sebab di tanganmu terukir namaku

kamu bilang
"dua tahun lalu,dua tahun sejak kau dan rabuda bercinta...aku ukir namamu di nadiku"

aku berbisik
"aku mau rabuda,aku mau rabuda"

esoknya,
kursi itu telah sepi ditinggal rabuda dan kamu

Minggu, 20 Desember 2009

hip-notice

malam ini sesuatu menghipnotisku ke suatu ruangan panjang yang tak terlihat akhirnya
di dindingnya kudapati gambaran wajahnya
terpekur alami di dunia yang tak kujangkau
aku semakin dalam terbawa masuk ke ruangan itu
hingga aku lupa aku sedang terhipnotis

aku bilang
logika menangkanlah perjalanan ini
rebut kembali jiwaku dari cengkraman rasa
perempuan lemah merasakan sentimentalnya asmara
aku tidak mau lemah
sekalipun aku mungkin perempuan

dalam hitungan detik'
malam segera berlari meninggalkanku
dan matari akan menelanjangi ketidakberdayaanku
dunia ini semakin mengecil di alam hipnotis
kita harus berlari
aku ingin merebut gambar wajahnya pada dinding
namun hujan menyentuh kepalaku
membangunkan logikaku

pergi

cuma kamu yang boleh bertahan



maka aku keluar,
dari sudut panjang dunia hipnotis
meninggalkan satu gambar
dan selembar hati

(maaf waktunya bukan sekarang,orang itu bukan kamu)