Rah, aku tergoda
merindukanmu. Sangat tergoda. Diam-diam aku mencuri waktu untuk melepas topeng
dan memikirkan cerita yang kau titip di kepalaku. Membiarkan saja semuan
peristiwa itu berjalan seperti gulungan rol film. Melamun. Mengejawantahkan
tiap keringat yang menetes dan baumu yang tersisa di bantal tidurku.
Sudah beberapa minggu aku
menghentikan undangan bagi pria lain naik ke atas sini. Sudah kubersihkan tubuhku
dari kebutuhan disentuh setiap waktu. Aku berubah jadi biksu yang tergoda untuk
menginginkan kamu dalam wujud realitas. Tapi aku pun senang mendapatkanmu
sebagai memori di kepala. Oh, andai ada kitab yang menuliskan peristiwa macam
ini, aku pasti akan mewaspadai kedatanganmu yang sepi senyap.
Jarang-jarang semesta
menaruhkanku pada kebetulan yang asing macam ini. jadi aku kehabisan akal untuk
menyelesaikan keresahan yang begini ini. dan kau, kau muncul terus menggodaku
untuk merindu. Kau tidak pernah tahu rasanya jadi perempuan macam aku yang
berharga diri setinggi langit. Sulit, sulit Rah untuk aku datang ke depan
mukamu dan bilang sesuatu yang paling jujur yang ingin aku bicarakan. Lagipula,
laki-laki macam kau, apa punya waktu mendengar cerita yang seperti dongeng dari
seorang betina jalang. Tidak. Dan aku malas mereka-reka reaksimu yang selalu
sepi itu.
Bagaimana kalau ternyata
aku mencintaimu, tidak, tidak seperti cinta yang mereka bicarakan. Atau
sebaiknya aku ganti kata mengerikan itu dengan ini, menginginkanmu. Bagaimana
kalau aku menginginkanmu tidak hanya sebagai petarung di atas ranjang juga
sebagai lelaki utuh yang dengan mudah kurengkuh. Ah, tapi apa kalau kau jadi
begitu mudah kurengkuh, lantas rasaku padamu masih sebesar ini. mungkin ya,
mungkin tidak. Dan sekali lagi, aku malas mereka-reka sesuatu yang hanya pernah
kudengar di dongeng pengantar tidur.
Selamat malam. Kau harus
pergi tidur. Dan aku enggan terjaga untuk melihatmu menggodaku di kepala. Aku
mau tidur dan sisanya biar semesta yang tentukan.
1 komentar:
yaaaaa sudalaaaah
Posting Komentar