sampai detik ini pun, aku masih tak rela menyisipkan namamu di antara kata yang cuma jadi hiasan bibir. enggan pasang badan lalu berlalu. biar, biar aku simpan semua rasa bahagia ini. kau tak perlu tahu. kalau sebentar nanti aku lari, percayalah, bukan karena aku tak benar menginginkanmu. cuma masalahnya, kita tahu, mimpi usianya seperti sigaret. dihisap. hisap, hisap, habis lalu jadi abu. aku tak sudi menangis lagi mengetahui satu mimpi yang lain mati.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar