pergi pagi-pagi buta, dijejal barang yang beratnya bukan main. bau tubuhku bukan lagi lempeng besi, berubah jadi keringat dan kotoran. jalan menderu-deru di atas rel, menembus gelap. tubuhku dingin diterpa angin subuh. matahari belum datang. suara menggaung dihasilkan dari tubuhku yang menimpa rel berbahan besi, memberikan percik api ke kirikanan. awas hati-hati, bapak tua yang berdiri terkantuk-kantuk di peron itu, nanti kena.
siang-siang terik, tubuhku panas luar biasa. matahari datang berlama-lama, tinggal pun begitu. lama menghangatkan badan hingga besiku ini mengerut. sialnya, dari pagi telanjang tanpa matahari sampai matahari sudah bergeser ke barat, badanku tetap berat. dijejal penuh barang yang tidak kukenal. mereka asing. asing. aku lari menjauh tapi mereka melekat.
hingga tiba di sebuah peron kecil, matahari nyaris buta, tak terlihat lagi. tubuhku melengang. bau besi pekat sekali. aku dianggurkan beberapa jam. kemudian ditarik kembali tubuhku kembali ke selatan. di atas rel berbatu ini, besi ditempa besi, berdecit lelah. aku kembali ke stasiun pertama dengan tubuh tanpa muatan. mereka pergi tanpa pamit. sepi.
Kamis, 30 Agustus 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar