Tolong temukan aku segera, sebabBegitulah pesan yang ditulisnya dengan raut wajah mengiba hari itu. Ia terbaring tanpa gerakan. Matanya tak berpindah, seperti hari-hari kejayaannya. Ia tak sedang memainkan peran macam penyihir atau pangeran seperti panggung panggung yang biasa mengisi kekosongannya. Ia di situ, tak bergerak, kaku pada satu tarian. Tarian bisu yang menyengsarakan tubuhnya yang telah habis digerogoti dusta dari fakta. Mengiba, mengiba. Namun tak satu mendengar.
tubuhku sekarat di bawah keputus asaan.
Hanya dia, dia seorang. Wanita itu. Yang seumur hidupnya tak pernah meminta lebih dari satu kehadiran. Lebih dari satu kebenaran. Wanita yang terikat oleh pesona pada penculik yang merenggut hari bebasnya. Yang membawanya lari, menyebrangi ujung daratan ke ujung lautan. Wanita itu, istrinya. Tak pernah lari, tak pernah pergi, selama hidupnya hanya mengenal satu kelamin. Milik prianya. Satu orang saja. Yang hari itu, begitu sedih menatapi kesengsaraan maut pada wajah yang pernah mengusap cinta di atas dadanya. Yang kini dengan kerendahan diri, telah mengelupas oleh kesakitan karen cinta lain. Karena sebuah kenyataan dari cinta.
Elishabet, istrinya dengan penuh keyakinan menghantar perjalanan kembali suaminya ke ibu kota. Setelah mengalami pengasingan yang panjang di desa. Pria ini, suaminya itu, adalah seorang pangeran atau dengan sebutan earl of rochester, yang memiliki tabiat untuk menghinakan secara jenaka kenyataan dalam pikirannya. Ia, yang bernama John Wilmot, adalah seorang pujangga sinis yang melihat ketidakwarasan pada pemerintahan yang berlangsung saat itu di Inggris. Tanpa menghiraukan aturan dan tata sistem negara saat itu, ia melontarkan sindiran pada Raja melalui sajaknya yang tak berirama. Yang dengan mudahnya menghantar ia pada pengasingan.
Dan sebuah kebebasan, adalah harga dari sekian lama pengasing bagi John. Segala macam bentuk sinisme dan hasratnya dalam merekonstruksi seni, membawanya masuk pada perjumpaan yang mempesona dengan seorang aktris yang gagal dalam debutnya malam itu. Seolah tersihir pada bayangan yang semu, ia berusaha menjadi seorang pria yang tak bermain pada sekitar hasratnya akan perempuan namum pada seni itu sendiri. ia, yang dengan hebatnya juga mempekerjakan seorang pelayan yang diusir karen perbuatannya mencuri beberapa sen dari majikannya. Oleh sebuah keajaiban, orang –orang ini, pelayan penipu dan pelacur kesayangannya ia akan bergantung hidup seutuhnya.
Aktris panggung yang memikat hatinya melebihi pesona Elishabet, istri yang diculiknya dengan jiwa yang muda dan membara, terus menariknya masuk akan hasrat dunia di atas panggung. Ia bertaruh akan memenangkan sebuah pertunjukan dengan aksi memukau dari dari seorang aktris yang gagal pada debutnya, Lizzie Barry. 20 guineine ia menangkan untuk seorang aktris yang dilatihnya bermain dengan jiwa, seperti ia juga kemudian jatuh hati pada gadis ini.
Sebuah kesuksesan bagi keduanya, membuahkan sebuah tunas harapan oleh Raja pada pujangganya yang nakal ini. Ia meminta John, untuk mementaskan sebuah pertunjukan dan melakukan suatu penghargaan atas dirinya. Namun John yang dengan kecewa akan pengasingannya yang dahulu, meletakan segala kreatifitas, kebrutalan dan sinismenya di atas panggung. Bersamaan dengan jalinan asmaranya dengan Lizzie, ia meninggalkan istrinya di sebuah desa. Ia membangun panggungnya, juga cintanya, dengan sebuah keyakinan akan kenyataan.
Naas, kenyataan membunuhnya kala itu. Raja yang mengamuk dengan lakon seputar kehidupan seks di kalangan pemerintahan, membuat Johh terpaksa lari dan menghilang dari dunia, dari kekasihnya. Selama 6 bulan pencarian besar-besaran atas dirinya. Namun, John yang dengan jeniusnya memotong habis rambutnya dan bermain dari satu desa ke desa lain, sebagai orangl lain hingga membuat setiap tentara yang mencarinya pulang dengan tanga hampa. Raja sangat marah dan mengerahkan segala daya menemukan seorang penghina di atas panggungnya malam itu.
Jauh dari kemarahan raja itu, John bersembunyi bersama seorang pelacur kesayangannya, Jane dan pelayannya alcock. Ia menderita sakit yang menyengsarakan tubuhnya dan merenggut ketampanan dirinya. Sebuah penyakit dari kelaminnya. Akibat ketidakberdayaannya, ia tertangkap dan kembali diasingkan oleh Raja.
Setelah semuanya, ia kembali pulang kepada istrinya yang menyambutnya dengan pelukan hangat yang mengharukan. Walaupun sepanjang kepulangannya, John hanya peduli pada segelas anggur di rumah itu. Toh istrinya mampunya menyingkirkan itu dan menaruhkan dirinya menjadi sandaran terbaik bagi John melebihi anggur jenis apapun.
Ia dirawat, dan dipelihara oleh istrinya. Saat ia sedikit memulih, ia berjalan kembali ke kota untuk menemui Lizzie yang telah menjualnya pada Raja untuk sebuah hiasan berkilau. Ia memohon cinta Lizzie,dengan menggambarkan rumah cinta model apa yang dibangunnya untuk mereka berdua. Sebuah harapan akan anak yang diberi Lizzie untuknya. Dan semua dihempas Lizzie, dengan pernyataan sebaliknya. Ia tak pernah mengharap suatu kehidupan macam apapun bersama John. Dengan putus asa, ia merangkak pergi dan menyadari ia telah kehilangan harga dirinya di hadapan dunia. Yang dicemooh karena keputusannya untuk berdiri pada kenyataan.
Sebuah gerakan terkahir yang dengan indah dilakukannya di hadapan pemerintahan, ia dengan gaya bicaranya yang intelek, yang selalu sanggup mengundang simpati, membantu Raja mendapatkan kembali kepercayaan rakyat. Namun saat ia berbalik, dan Raja mendapatinya untuk berterimakasih, ia dengan segala sinisme dan satirnya pada kerajaan menyampaikan penolakan atas rasa terimakasih Raja, seperti dikutip “I do it for myself” dan ia kembali pulang.
Maka begitulah, seorang pujangga yang sinis menghadpai kenyataan , dicerca dan dihinakan pada saat ia berjalan di atas kebenaran. Berpulang pada usia 33, di pelukan terakhir istrinya yang tak sedetik beranjak dari sisinya hingga satu helai napas melepasnya pergi. John Wilmot, baiklah ia dikenang karena cintanya, kejujurannya dan ketidakterbatasan hasratnya.
johnny depp as John Wilmot
John Malkovich as King Charles
Tidak ada komentar:
Posting Komentar