di telingaku,
gesekan api yang menyalakan sigar,
seperti alarm untuk terjaga
bangun
duduk
dan menuliskan cerita
di matamu,
nyala api di ujung sigar
adalah sumbu yang
kuharapkan masih dimiliki tubuh ini
untuk bernyala-nyala setiap hari
biarpun api yang bergelora melahapnya
hingga leleh di permukaan lantai
biar, biar tubuhku menerangi
tapi bagimu-ku,
gesekan dan nyala api di ujung sigar
adalah awal perbincangan panjang'
yang tak habis dilahap
hingga bersisa
sampai pagi buta
usia kita sepanjang batang sigar
setelah redup, habis api membakarnya,
kita usai dalam pertemuan
dan kembali menjadi pribadi yang sepi
dan kesendirian bukan masalah.
Rabu, 03 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar