Kamis, 29 Agustus 2013

tiga tahun sudah 
saya buang-buang waktu menyelesaikan kuliah tiap semester
tiga tahun
berarti ada tiga puluh enam bulan 
dan tidak ada satu detik pun mendekatkan saya pada apa yang benar-benar saya perlu

"mengerti"

Rabu, 21 Agustus 2013

Anugerah

Ternyata di negeri yang menjunjung pluralisme,
Tuhan justru mati.
Sebab tubuhNya diletakan di etalase
Dan sabdaNya berubah jadi tagline.
Sungguh Tuhan di sini kita samakan dengan daging,
Tiap hari raya hargaNya melambung tinggi.
Sesudah itu tergantung permintaan pasar

Selasa, 20 Agustus 2013

Kau terlihat lebih indah dari atas sini

Apakah kamu sungguh berharap aku mengerti. Oh, Pter. Kuberikan kau ruang untuk datang bersujud di bawah kakiku, tidak, lebih rendah lagi. Dengan pakaianmu yang bau najis dan kepalamu yang nyaris kehilangan daya rekatnya dengan leher, kau sungguh berharap aku memberimu pengampunan di bawah sana.
Tidak, Pter sayangku berbau pepermin madu,tidak. Aku hanya tiba-tiba ingin melihat penderitaanmu. Sebab minggu ini hariku terasa berat. Pekerjaan menumpuk dan banyak pesta yang lewat. Aku bosan bukan main. Tak ada sama sekali alasan untuk tersenyum. Maka kuundang kau untuk main sandiwara di sana, di tempat yang lebih rendah dari telapak kakiku. 
Entahlah. Ada sedikit penghiburan di tiap tangismy yang sebenarnya sudah basi itu. Kata-kata rengek itu seperti lelucon bagus bagi orang yang mengalami pekan jahanam.

Oh, Pter. Terima kasih. Atas penderitaanmu, kuucapkan banyak terima kasih. Rasanya itu satu-satunya hadiahmu bagiku selama kita berkasih-kasih. 

Senin, 19 Agustus 2013

telah kukatakan padanya,
jangan lagi kenakan seragam itu. 
rasanya firasatku kali ini benar. sekalipun ia tak sedang bertugas, seragam itu terasa petaka di sekitarku. 
sudah copot dan kenakan yang lain
ia malah bangga tubuhnya dibalut satu setelan lengkap yang akan menyamarkan ia dalam barisan
katanya aku harus terus bersatu dengannya biar mati sekalipun

dan benar
setelah ia keluar
tak pernah lagi kulihat ia melucuti seragamnya
dengan gagah dan teguh hati,
ia mata dalam seragamnya.

atau bolehlah kukatakan,
sesuai firasatku sedari awal,
ia mati dibunuh seragamnya.
penembak itu mungkin tak menginginkannya,
hanya ingin melihat setelan coklat kelam itu berubah jadi kanvas berdarah
sudah tujuh belas kali kutinggalkan panggilan tak terjawab di layar telepon genggammu, dengan harapan kau melihatnya dengan panik. tubuhmu yang lengket berbau hasratnya itu akan berubah seketika jadi ciut seperti nyalimu berterus terang padaku. tujuh belas kali kupanggil-panggil kau lewat telepon, dan tak kau gubris. mustinya kau malu saat duduk mengangkanginya dengan layar telepon genggam yang meraung-raung memanggil namamu. aku harapkan kau berjalan keluar dari kamar itu dengan kepala tertunduk sampai ke tanah dan nyawa yang tinggal sebaris, siap sepak.

kau sudah tak kunanti dengan kemarahan. marahku reda saat telepon yang ke-tujuhbelas kali itu masih saja kau indahkan. tak ada lagi marah. sebab tak ada lagi nanti. aku telah menghancurkan separuh penantianku bersama telepon yang kulempar ke luar jendela. maaf tuan jika itu mengenai kepala anda yang tanpa dosa melintas di bawah apartemenku. tak ada lagi tindakan yang rasanya pas untuk menenangkan diriku.

aku tahu, tahu betul ke mana malam-malam berharga kita kau buang. cerdiknya kau, mereka tak kau letakan berbaring bersama sampah dari dapur. kau buang mereka bersama cairan manimu yang kau tembakan di sembarang lubang. sedang aku berharap waktu kita belum benar-benar rusak. telepon itu kuhancurkan sekalian tadi, biar ikut jadi sampah. sebab itulah satu-satunya bukti aku masih berusaha mendapatkan waktu kita, yang kau buang seperti tak ada lagi artinya.

ah, sungguh berat keluhku ini pasti bagi otakmu yang telah menggelinding menuju celah selangkanganmu. kukatakan saja, tak baik taruh otak di sana. sudah punyamu itu dari kecil, ditambah lagi penghuninya, makin sempitlah ruang geraknya. makin bodohlah kau.

 oh, betapa kuharap anjing memakan tubuhmu di perjalanan pulang nanti. sebab bau persenggamaanmu sama seperti bau sisa-sisa makanan. memualkan bagiku, menggiurkan bagi anjing gelandangan. atau mereka akan memakan tubuhmu karena kau mirip orang bodoh. itu saja. anjing pintar. mereka benci orang bodoh. mudah-mudahan kebencian mereka sebesar kebodohanmu. oh, Pter. biarkan aku tertawa sejenak membayangkan tubuhmu jadi rebutan moncong mereka yang kering.
yang paling hebat yang menurutku hanya dimiliki oleh para orangtua adalah

kesediannya beranak pinak,
setelah ia tahu bagaimana menyebalkannya jadi anak
dan mengesalkannya orangtua mereka
sungguh,
suatu kehidupan tanpa pengharapan
mati sudah reinkarnasi,
yang ada hanya rotasi.
naik turun gunung kami diburu. demi pantai dan buihnya, kami masih jadi buruan. setelah matahari tenggelam dan bulan muncul cepat-cepat, mereka makin memburu. buru-buru, BURUAN!

Minggu, 18 Agustus 2013

biar kita jadi dewasa oleh waktu
menantang matahari di timur
dan berjuang sampai ia kembali ke barat
sudah tua jiwa kita
dan lelah layu semangat
tapi biar kita jadi dewasa,
berjalan sendiri dalam malam
berani
adalah satu-satunya selimut
dan tetaplah muda hatimu.

bungaku yang manis, bel telah berbunyi. mekar dong!

tetaplah menggebu-gebu dalam bermusik. kalian bagus seada-adanya!
dan tetaplah bernyanyi dengan jiwa yang melayang-layang dalam ruang pertunjukan,
kalian tunjukan musik bagus itu,
biar yang suka mendayu-dayu malu
dan tobat.

sampai jumpa

(patah hatiku jadi dua pamitan dengan band ini. tapi kalian tetap akan jaya dengan siapapun temannya nanti)

Kamis, 15 Agustus 2013

Saree butuh lebih dari sekedar kemauan
ia butuh sedikit sentuhan keajaiban
dan di mana ia harus temukan itu?
di antara air mata yang jatuh saat kemauan menemui jalan buntu

prostituwords

kamu menulis seperti melacuh, ih...
begitu banyak kata
kata indah yang dipoles biar makin menarik
tujuannya memanja mata
membuat seseorang orgasme hingga lupa diri

kamu menulis seperti melacur deh
terlalu banyak kata
tanpa ada satu pun maksud
siapa yang keluar kamar dini hari, menyalakan tv keras-keras, sambil mengunyah kerupuk?

orang yang pikirannya ramai
dan butuh menenangkannya.

(harusnya kau paku saja otakmu biar tak saling menggertak)
ayah, aku ingin lemari baru.
bukuku membeludak keluar
pakaianku berhamburan seperti remah di lantai

buatkan aku satu
yang terbuat dari kayu
kali ini berwarna ungu

kalau tak ada uang untuk lemari baru,
boleh pasangkan rak di dinding kamarku
aku lebih suka bukuku rapi
lebih butuh mereka dari pakaian yang banyaknya seperti remahan

mimpi buruk!

kenyataan yang saya temukan malam ini:

"betapa kecilnya saya di dunia ini"

dan kenyataan itu sungguh menyebalkan. ketika saya pikir, perjuangan menaklukan tempat ini sungguh melelahkan. kini, saya sudah besar dan bersinar. tetapi, saya tetap tidak menemukan tepian untuk berhenti. ternyata tempat ini berada di tempat yang lebih besar lagi. saya puas, saya mati. saya tak puas, tetap bisa mati. caranya bertahan hidup? taklukan lagi wilayah yang lebih besar. setelah takluk dan belum juga melihat garis tepi, taklukan lagi. terus begitu sampai akhirnya ombak menggendong ke tepian. berbaring selamanya di pasir.

(sialan. mengapa begitu besar dunia untuk dijelajahi?)
terlalu banyak mimpi untuk dipilih. terlalu kecil tangan untuk merengkuh

Selasa, 13 Agustus 2013

kapan kita berenang?
saya ingin kamu mencicip teritori saya
seperti juga saya telah mencicip gunung dan lembah
ibu itu berdiri di pinggir pagar yang melindungi balkonnya
mata menatap pada jalanan malam yang ramai
dan mata yang sama berkaca-kaca

"betapa cepat kendaraan-kendaraan itu hilir mudik, sekalipun mereka berpenumpang. aku? berpenumpang dan tak pernah pergi."

keluhnya,
keluh setiap perempuan seperti itu.
kamu boleh beli diriku
berapa uangmu

aku budak terburuk yang tak takut mati

(kapan hari ini bisa datang?)

intel negara bawah tanah

tidak semua, tidak, kata yang saya ucapkan pernah benar saya rasakan. saya justru menulisnya supaya kamu yang membaca bisa bilang pada saya seperti apa rasanya.
jadi, saya sudah siap mendengar. bisa kamu ceritakan sekarang?
mengapa kau pukul anakku hingga kepalanya pecah jadi dua?
seorang ayah harusnya tak mengalami duka seberat ini,
melihat anaknya mati lebih dulu
setelah ayahnya meninggal dunia.
dua kali ditinggal pergi sama dengan satu kali mati tak terampuni.

kapan sih kamu pulang?
aku lelah nih bicara dengan orang asing
yang bahkan tak berbicara sama sekali
tidak padaku
tidak padanya
kekasihku pamit pergi sebentar. duduklah aku sendiri di kedai donat. minum coklat panas yang dingin. coklat panas dingin itu habis, kuganti mineral gelas dari rumah. perutku kosong otakku penuh. jadilah duniaku sekarang berputar tak seimbang. pulanglah sayang, aku butuh penyeimbang yang tepat. yang kompeten untuk menenangkan.

maka kucari pelarian. kujelajahi tiap laman milik teman yang pandai sekali menyembunyikan dirinya. entah aku beruntung atau tidak, dudukku yang sendiri kali ini penuh kata. mereka cerita soal kekasihnya masing-masing. dan entah kebetulan atau tidak. dua-duanya meneriakan rindu.

pasangan kekasih mana di dunia ini yang mulutnya tak penuh dengan rindu walau sebenarnya hatinya penuh?
dua perempuan berpotongan rambut sama. bertubuh sama walau dengan tinggi berbeda. berkelakuan sama. bercangkang lunak dan isi batu. mencinta lelaki yang berbeda dengan perbedaan yang sama. mereka mencinta ayah mereka. yang ditemukan lewat mata mereka yang pakai kacamata. mereka melihat laki-laki bukan sekadar pacar.

semoga ketika mereka sudah bisa tidak pakai kacamata, mereka tetap melihat cinta pada kekasih mereka. aku harap kacamata itu mengatakan yang benar mereka rasakan. atau biar saja mereka terus pakai kacamata. kota toh sudah terlalu berdebu, takut nanti mata mereka iritasi.
"Sepatu besar kesukaanku sudah dibeli orang.
Sepatu yang ukurannya pas denganku, tapi tidak kusukai itu, justru masih setia.
Hahaha." Jo

jo, banyak-banyaklah ketawa. dukamu abadi kata sapardi. tapi duka memendekan umur, dan semua abadi saat menjelma tiada. hiduplah. sebab dunia butuh sebuah duka dalam sandiwara. dan itu kamu!

Waktu Kereta Hampir Tiba di Depok

waktu itu kami berdua bergelantungan
di dalam kereta yang nyata menuju senja
oleh karena hari belum benar gelap, matahari masih sumber cahaya. sinarnya menerabas tubuh kami. tak sampai melukis siluet sebab kereta belum terlalu pekat. kami bergelantungan sambil menahan lelah.
temanku lalu meracau. mungkin karena lelah. mungkin karena bosan. aku bilang karena rindu.

"mencintai dua orang di dua dunia yang berbeda, sulit."

wajahnya sungguh lelah. sorot matanya redup. dan tubuhnya bagai batang kayu yang menempel pada udara. siap rubuh kapan pun.

"sulitnya bukan saja pada pertemuan. apalagi pertemuan fisik. aku mungkin tak butuh itu. sebab, apalah artinya fisik bagiku yang hidup dalam konsep. kesulitan terbesarku saat mencintai mereka adalah membedakan siapa yang mana dan mana yang siapa. kau tahu. seperti memiliki anak kembar dengan saudara kembar siam. pernah kau bayangkan?"

demi dewa langit yang baik hati juga perkasa, aku tidak akan mau dan pernah membayangkan kondisi itu!

"mana yang nyata dan ilusi. mana yang..."

ia berhenti dan kali ini aku ragu apakah jiwanya masih ada dalam tubuh atau ia telah pergi mengunjungi kekasih di dunia lain itu...

"mana yang benar kekasihmu. jangan-jangan, aku menaruh cinta pada tempat yang salah. yang nyata dan hidup di sini, aku letakan sebagai bayangan. sedang ia yang satu lagi, yang kupuja lewat kata dan pikiran, kubiarkan menguasaiku di sini. padahal... ia hanya ilusi."


*peluklah siapa pun dia yang kau puja itu. sekalipun aku tahu, bapak-bapak itu semu bagimu*

madam mikmak menangis

rasanya sih pernah ada kucatat tentang kehidupan sebelum kujalani. artinya, prediksi tentang masa depan. yang ternyata sekarang kutahu, semua orang sudah tahu. hanya pada umur aku menuliskannya, belum banyak yang tahu. dan kadang kupikir itu hebat juga.
ahli terawang di usia tertentu.
mungkin, jika peramal atau ahli terawang sekarang pergi ke suatu tempat yang berisi manusia panjang usia (dan hampir tak pernah mati), mereka akan malu sendiri. sebabnya? pengalaman yang mereka tulis tentang masa depan, bagi manusia di daerah itu sudah sangat umum diketahui. jadi tak ada namanya itu "ramal". semua sudah maklum.
ahli terawang di usia tertentu. hanya laku pada waktu itu. lalu... mati. itu sebabnya mereka tak pernah tahu, bahwa dunia memang seperti itu.


*kalian hanya butuh lebih dewasa dari usia. lebih tua dari peradaban. lalu semua bukan misteri*
apakah kalian bosan mendengar cerita saya?

tolonglah lebih mengerti, saya selalu sendirian. dan hanya di sini saya bisa merasa "saya tak sendiri"

bahkan keluhku ini bukan milikmu

dua pria duduk di bawah saya. tidak benar-benar ada di bawah tubuh saya, tapi setingkat lebih rendah dari saya. sangat rendah sampai saya dapat melihat begitu dekat. seolah kami duduk bersebelahan dan saya bagian dari mereka. tapi bukan. saya hanya sendiri, duduk ditemani dua cangkir kopi yang satunya telah habis lebih dulu. mereka tertawa dan saya senang walau saya bukan bagian mereka. tapi, mereka begitu dekat hingga saya merasa tawa mereka pun milik saya. saya tersenyum. dan merasa tidak berhak berkomentar.

tidakkah kamu tahu, betapa dekatnya mereka dengan hidupmu. hingga kadang nafas mereka dapat kau rasakan menyentuh kulitmu. begitu dekatnya hingga kerut di dahi mereka dapat kau hitung. dan tak peduli seberapa dekat kamu merasa, kamu ternyata tak benar-benar punya hak untuk ikut serta. mereka tertawa dan kamu tidak tahu kenapa itu lucu karena kamu bukan bagian mereka. kamu sedih dan mulai menangis, dan mereka tidak. mereka tak harus peduli. jelas. kamu bukan bagian mereka. walau kadang kamu pikir, ya, kamu bagian dari mereka. jarak, biar seinci, tetap jarak.

inilah yang tak kita sadari sekarang. yang kita lupakan sejak media sosial mencuri keintiman dengan dirimu.

"lagi pup ala anjing herder nih"
" i love you more, des"
...."kok des? kan ini tania?!"
"papa pulang aku laper. mama ga pulang. papa ga pulang. cyedih hxhxhx"

kalimat-kalimat di atas ternyata bukan ditemukan dalam sebuah percakapan langsung antar dua orang. dua orang yang ternyata tidak duduk menjadi satu bagian. kalimat itu justru dinikmati oleh jutaan mata yang rasanya tak kenal-kenal betul dengan orang yang mengucapkannya.

jadi, beginilah kita sekarang. duduk sendiri dan selalu merasa ramai. sebab dengan sebuah kotak di tangan, percakapan semua orang seolah menjadi milik kita. tiba-tiba kamu jadi bagian dari semua percakapan personal. tidak ada lagi jarak yang benar-benar nyata. semil pun takkan terasa berjarak. thanks to technology!

tapi ini bukan selembar dengan ucapan terima kasih dan kebanggan. ini adalah sebuah ratapan. saya merindukan adanya jarak itu. dan saya lebih rindu lagi dengan keadaan di mana orang tidak ikut campur (sembarangan) dengan apa yang saya ucapkan. interaksi memang perlu terjadi! saya setuju, tetapi tidak semua yang saya tertawakan orang harus komentari. kadang jarak se-inci itu saya cari susah payah dan hasilnya: saya telah terjebak dalam sarang laba-laba peradaban milenium menuju kiamat.

Senin, 12 Agustus 2013

Bisa saja

Anak kecil marah itu lucu.
Makanya mereka suka bikin anak kecil marah,
Lalu tertawa.
Dipikirnya anak kecil tak tahu.
Padahal diam-diam mereka menguliti kata 'kecilnya' dan diganti kulit baru
Ambisi.

Jangan kecewa, penyair memang pecinta tangguh

Mendidih nampaknya kemarahan sahabatku
Padahal dia cuma duduk di kursi dalam sebuah rumah
Tak sedang berinteraksi dengan siapapun
Tak juga sedang menanti apapun
Namun mukanya merah padam 
Saat dilihatnya gadis lain menanti-nanti kekasihnya,
Sedang ia hanya bisa bersabar dalam doa
Dalam-dalam dipandanginy layar seluler
Tempat ia dulu bersua kekasihnya
Tempat kekasihnya kini dinanti gadis lain

Minggu, 11 Agustus 2013

bulanku hilang ditelan gelap

jangan ikat lagi aku pada pagar
kau takkan menemui gadis malu-malu yang menunggu dipinang
siti nurbaya pasti menangis dari dalam halaman kuburnya
jika tahu, generasi kami masih merengek minta kawin.
suatu hari wajahku akan layu tertimbun tanah
dan tubuhku tak lagi memesona siapapun
tak tercatat lagi sejarah perempuan meninggal dengan cantiknya
maka
aku kan mencatat sendiri kisahku dengan keringat
dan menorehkan perjalanan ini di tiap kayu yang kutemui

Dying-Dream

mataku tertuju pada seberkas cahaya yang berkilauan di awal tahun mendatang
hatiku dimantapkan untuk menyambut apapun itu bahayanya
dan sekalipun realita menghisap energi,
aku bermimpi tetap terjaga
agar jangan ada lagi yang menghalau pandanganku
tak boleh lagi kulihat ragu di garis akhir
atau takut menyebrang lautan
aku kan mendayung perahuku walau tubuh tinggal airmata

Sabtu, 10 Agustus 2013

mengaduh sekencang-kencangnya. sebab tak banyak waktu lagi untuk mengeluh. sebelum nasib mengambil alih, kita tentukan jalan. biar kemudian semesta mengamuk. niat harus sudah terkumpul. biar banyak yang mencibir, mimpi tetap harus dikejar. jangan tunggu sampai terlambat, tak ada lagi sesudahnya. sesulit apapunn hatimu, biarkan kepala mengambil alih. ini hidup kita yang ceritakan, agar generasi tak makin buruk.

kau muncul lagi

di balik ilalang menguning
kulihat kau dan ayahmu duduk bercengkerama
dengan gitar yang dipegangnya
kau menyayikan lirik kesukaan kami
sebentar kau berbaring,
membiarkan matahari menyentuh tubuh itu
yang mungil kecoklatan
rambutmu menari-nari menambah indah wajahmu
lalu kau tanya,
kapan kita bertemu ibu
ayahmu merengkuhmu
membawamu lari menuju batas padang ilalang
ia mungkin tak tahu harus bilang apa
tak tahu harus mencari siapa
maka ia persembahkan kau pada semesta
dengan aku bersembunyi di balik bulan
untuk kamu yang datang ke dunia tanpa nama

biarkan aku memelukmu seperti angin di minggu pagi yang merengkuh ilalang kuning di padang
meletakan tanganku pada tubuhmu untuk kali pertama
dan menghantar hangat yang mengalir dari pembuluh darahku
biarkan kita jadi satu,
dagingmu dariku
dan darahku dalammu
berikan aku tangis itu yang menyeruak gembira menjawab doa
kamulah matahari kecil yang tersenyum melalui binar mata
menjadi poros kehidupan

biarlah aku membayangkanmu seperti itu
dan kamu tetap tinggal dalam benakku
walau tak semua baris puisi ini benar jadi nyata.

Selasa, 06 Agustus 2013

hidup kok penuh tantangannya. tapi kalo tidak ada tantangan, ya buat apa hidup. hidup itu katanya perjuangan. tapi kok yang gak pernah menang. memangnya lawan siapa? hidup kok tidak bisa habis bertanya. soalnya kalo tidak bertanya, katanya sesat di jalan. kebanyakan bertanya juga tidak membuat saya pulang ke rumah yang benar. bertanya membuat saya tiba di tempat tertentu, belum tentu pulang. tapi ya namanya hidup, selain perjuangan, dia juga toh petualangan. jadi, hiduplah!

klise yang bagus untuk ditonton sekalipun... klise. cinta lagi

bersabar
dan mengalah sekalipun tahu kamu benar
menghargai 
sekalipun rasa putus asa tiba lebih awal
bersabar kembali
karena pada akhirnya,
cinta menang

Celeste and Jesse Forever
kesakitan tentang perpisahan datang bukan setelah pergi
rasa sakit itu mendera justru sebelum pergi dan tahu bahwa jalan pulang yang lama,
hilang.

(emotions shit. eat the shit. you win)