tentang bulan bersanding dengan matari
di suatu senja yang nyaris kelabu
sebab bulan mengeluarkan auranya
dan matari berusaha bertahan di langitnya
matari : enyah bulan! ini langitku, rumah tempat aku tidur!
bulan : matari, matari... aku buat langitmu kelabu. sebentar kau akan lenyap tahu!
matari : senja itu ada karena aku
bulan : setelah senja ada aku, jadi mengapa aku harus menunggu kalau bisa sampai lebih dulu
matari : pecundang kelas teri
bulan : bilang itu pada dirimu setelah kau lenyap dimakan sinarku
kemudian bulan menari di sela-sela awan
awan-awan yang tak tahu menahu kesengitan itu
lantas berputar mengikuti bulan
menjadi bayang-bayang bulan
dan menambah kelam langit senja
matari : aku tidak masalah kau lenyapkan! tapi aku mau jadi langit jadi senja, senja kemerahan yang membara. yang bergairah. yang mempesona dan hangat.
bulan : aku bisa jadi langit senja versiku sendiri, untuk apa memberikan senjamu yang merah dan membara.
matari : tidakkah kau lihat, aku mencairkan rasa bagi umat manusia. pasangan-pasangan melekat karena gairah senja yang kupancarkan, mereka berpelukan dalam hangatnya aku dan di bawah senja yang merah itu mereka mengukir cinta. di balik kelabu mu, mana bisa!
bulan : omong kosong
matari : kalau tidak percaya, coba periksa. adakah mereka saling bercumbu di balik langitmu yang kelabu?senja kelam versimu?
bulan : (memandang ke bawah) tidak, mereka pasti malu2
matari : mereka tak punya hasrat, senjamu membekukan mereka
aku tidak lagi bertahan menatap pertikaian mereka
sebab segera setelahnya
temanku berlari
menyerukan nafas senja yang merah
aku mematung
berdiam menatap sinaran yang menghalangi daya mataku
mereka berpelukan
seolah bersatu
dan terjadi ledakan cahaya yang membakar pupil mata
mungkin begitulah langit malam dan pagi bersatu
di ambang batas senja yang merah
jika telah lewat saatnya
merah senja akan memudar
berubah lebih pekat
merah ungu kemudian biru dan menghitam
matari dan bulan
bersatu
seperti aku dan dia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar