menantang datangnya fajar
berdiri di atas tiang-tiang cahaya kota
beristirahat dari letih yang tak kunjung lepas
ada kalanya dalam pedih itu
mereka berdoa
berdoa agar luka dibalut dan perut mereka disumbat
namun kala doa tak dapat mengenyangkan,
mereka lebih suka terlelap sampai tak lagi terjaga
selamanya
setiap fajar mulai menyingsing
roda-rodaku melewati jajaran tubuh tanpa daya
yang terbaring terlentang dan terkapar nyaris mati
pedih bukan lagi milik mereka
milikku jauh di dalam hati
namun toh roda-rodaku selalu bergulir
dan tanpa pernah berhenti
untuk menyapa mereka
tubuh-tubuh telanjang itu perlahan mengkerut
di makan bekunya malam
kain-kain warna warni bekas pakai
adalah teman sejati
anak-anak menyusu terpaksa menelan angin
dan aku tidak berdaya dalam ketidakberdayaan mereka
segalanya yang mereka butuhkan
hanya kesempatan
jika saja sebuah fajar dapat mengubah kesempatan mereka
mungkin,
satu dua tubuh itu akan pergi
dan rasa bersalahku akan berkurang
roda-rodaku melewati jajaran tubuh tanpa daya
yang terbaring terlentang dan terkapar nyaris mati
pedih bukan lagi milik mereka
milikku jauh di dalam hati
namun toh roda-rodaku selalu bergulir
dan tanpa pernah berhenti
untuk menyapa mereka
tubuh-tubuh telanjang itu perlahan mengkerut
di makan bekunya malam
kain-kain warna warni bekas pakai
adalah teman sejati
anak-anak menyusu terpaksa menelan angin
dan aku tidak berdaya dalam ketidakberdayaan mereka
segalanya yang mereka butuhkan
hanya kesempatan
jika saja sebuah fajar dapat mengubah kesempatan mereka
mungkin,
satu dua tubuh itu akan pergi
dan rasa bersalahku akan berkurang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar