"carilah maka kamu akan menemukan."
kepala saya diputar ke beberapa tahun silam, ketika saya dibaptis kedua kali secara kristen. ketika itu saya mengerti dan mau. berbeda dengan yang pertama, saya dibaptis atas dasar kemauan orang tua dan keluarga besar saya. maka dalam tubuh saya, saya katolik sekaligus kristen protestan. saya pikir apalah bedanya menjadi seorang katolik dan seorang kristen?
"jangan salahkan gereja, salahkan manusianya." kata katolik yang budiman itu.
saya tidak sedang menyalahkan apapun dan siapa pun. saya menyayangkan perbedaan yang tercipta justru bukan untuk menjadi padu melainkan beda sama sekali.
saya akan berhenti di sini tentang beda kristen protestan (dan kristen jenis lain) dengan katolik (yang baru saya tahu tak lagi punya embel-embel kristen di depannya melainkan 'roma' di belakangnya). basi, panjang, bertele-tele, dan tak penting. sama seperti meributkan warna laut, biru atau biru muda.
karena setiap kita dijanjikan untuk menemukan apa yang dicari, melihat apa yang ingin dilihat, dan mendengar apa yang ingin didengar maka sebenarnya tak ada kebenaran yang sejati. sebab, semua orang punya pengalaman yang tak mungkin sama dengan yang lain. jika ada yang sama, maka mereka menjelma satu komunitas. dan satu komunitas dengan komunitas lain kembali lagi membuat perbedaan. bertengkar lagi tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. pusing.
tugas adam yang pertama adalah menamai setiap ciptaan di taman firdaus. adam, nenek moyang manusia, dari awalnya telah ditugasi memberi nama untuk tiap unsur kehidupan. tidak heran saya, kalau sekarang manusia hobinya kasih label sana sini.
"oh dia kristen soalnya salibnya ga ada patungnya."
"oh dia katolik soalnya bawa puji syukur."
"oh dia hindu soalnya tinggal di bali"
"oh dia islam soalnya pakai sarung."
semacam apa ya, pengkotak-kotakan. bhineka tunggal ika itu bohong. itu slogan paling utopis. manusia itu sukanya cari teman, teman yang sama kayak dirinya sendiri. yang beda, dinamai sendiri. belum tentu dimusuhin, tapi dilabeli 'beda'. tidak usah mencemooh saya karena bilang begini, saya juga suka begitu. tidak usah tersinggung kalau ada yang tanya "agamamu apa?" itu lumrah, wajar, dan sama sekali bukan cari gara-gara. memang sudah sifat dan tugas utama kita untuk bikin nama buat orang lain. yang penting mau mengakui, sudah.
pertanyaan saya?
apa kamu mau terus maksa kepercayaanmu untuk dipercaya orang lain? sudahlah. setiap manusia memang ditakdirkan untuk mencari, ketemunya beda-beda. mudah-mudahan semua menemukan surga bagi dirinya masing-masing. kalau surga mereka berbeda dengan surgamu, jangan dipusingkan. bukan egois, tapi saya rasa kalau semua merasa bertanggung jawab untuk maksain umat manusia masuk ke surgamu, apa terus dunia jadi damai?
ada tertulis:
datanglah kerajaanMu di bumi seperti di dalam Surga
ya, jelas. itu buat kamu pegang teguh. bahwa hidup yang semu dan fana ini juga harus diusahakan sebaik-baiknya. apa gunanya kamu diciptakan di dunia kalau cuma untuk numpang lewat lalu kembali lagi ke neraka? hidup yang semu dan fana ini tempatnya manusia mencari dan menemukan. jangan dipaksa, kamu bukan tuhan. nyaris pun tidak. hahaha
untuk orang Katolik yang budiman, saya mungkin telah berbohong semalam. tentang keimanan dan perilaku baik saya. saya bejat dan rusak moralnya (kalau orang Timur yang lihat). saya makan babi, minum bir, bercumbu, dan gemar berdosa. jadi, yang semalam itu hanya teori kehidupan yang baik yang saya percaya. praktiknya, belum tentu sama. tidak apa ya. setidaknya, saya berusaha jujur kalau saya sudah tidak lagi pegang tradisi katolik. saya tidak percaya berdoa pada santo santa. saya tidak lagi percaya berdoa dengan tepuk tangan ala kristen protestan. tidak lagi bersenandung lagu rohani.
(tuhan, saya kecewa. besar-besar bulir kekecewaan yang mengalir bersama darah dalam tubuh. pahit rasanya mengingat janjimu. dan luka itu belum juga kau sembuhkan. tuhan, saya kecewa. dan untuk sementara waktu, entah kapan, saya pasti akan berdiri bersebrangan denganmu. tuhan, tolong saya. bantu saya untuk tahu bahwa hidup memang mosaik yang tak pernah sempurna. saya mencariMu tuhan dalam setiap tangis kebencian pada mereka yang mengolok-olok. saya mencariMu tuhan dalam setiap ketidakpercayaan saya. saya mencari dan menunggu untuk menemukan/... [ditemukan]).
Senin, 11 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar