saya bangun
saya tidak menemukan seorang sarjana muda pandai bicara,
alias nyinyir,
sedang menatap saya di balik kaca.
kalau dalam tidurku aku kesakitan.akankah ada tangan yang membantuku menyelimuti luka yang makin membusuk?kalau dalam tawaku air ketubanku pecah menjadi tangisadakah kulit yang menyekanya, menahan agar tak mengalir sia-sia
mari kita bayangkan bahwa kita hidup di atas gunung, di tengah laut, dengan matahari yang bergandengan tangan dengan bulan dan angin yang meliuk di antara awan.kita tak perlu rumah, tak mencari atap untuk berlindung.sebab tubuh gunung adalah persemayaman kita dan tiap lerengnya adalah penenduh.pohon dan bunga seperti kakak dan adik bagi kita. ikan dan terumbu karang adalah bocah-bocah sepermainan, yang berseru-seru mengajak berdendang.ah, dari tanah menyembur anggur yang menyegarkan. dari langit, tubuh kita dibasuh susu. tak ada malam, sebab bulan beristri mentari. tak perlu ada takut gelap, kalau bintang terbang seperti nyamuk di siang yang hangat. kita tak perlu belajar menangis, tak perlu berpikir mengapa tertawa, karena hidup kita adalah sebuah kemabukan. kita berada dalam tingkat ilusi tertinggi. dunia dan rotasinya seperti menjadi irama setiap hari.
aku baru tahu, ternyata nama tokohku adalah manik tubuh seorang perempuan. wanitaku menjadikan seorang manusia, perempuan.
Labya, perempuan itu hidup dalam liang identitasmu.