ada sebuah rasa duka yang tidak digambarkan ayah pada anaknya,
tidak pula diutarakan apa yang mengganjal hatinya atau memperkeruh muram di wajah.
rasa duka itu cuma dibawanya,
dibawa dalam duduknya di depan teras rumah
sambil memperhatikan hujan yang turun, mengamuk
pisang goreng panas di tangan
tatapan kosong berirama dengan kunyahan pelan
semua adalah pakaian yang menutupi duka dalam hatinya
duka menanti,
menanti kembali anaknya
di ujung jalan yang tak terlihat itu
di balik hujan yang mengamuk.
sambil sesekali berkedip,
ia bergumam di sela-sela kunyahannya yang lambat
tidak pula diutarakan apa yang mengganjal hatinya atau memperkeruh muram di wajah.
rasa duka itu cuma dibawanya,
dibawa dalam duduknya di depan teras rumah
sambil memperhatikan hujan yang turun, mengamuk
pisang goreng panas di tangan
tatapan kosong berirama dengan kunyahan pelan
semua adalah pakaian yang menutupi duka dalam hatinya
duka menanti,
menanti kembali anaknya
di ujung jalan yang tak terlihat itu
di balik hujan yang mengamuk.
sambil sesekali berkedip,
ia bergumam di sela-sela kunyahannya yang lambat
"kepada hujan,
meredalah sejenak
biarkan putraku kembali ke rumah ini,
seperti di waktu ia pergi,
pagi itu."
1 komentar:
makin puitis aja non
Posting Komentar