setelah baruda pergi
datang ribuan orang
memberikan simpati
menyerahkan tanda duka yang mendalam
memaksa tersenyum tiap kali berpapasan denganku
tapi tidak ada satu pun dari mereka
yang memberikanku telinga untuk aku berbisik kesedihan selepas kepergianmu
atau tangan yang sedia melingkari tubuh manakala malam menggelitik dengan memori
yang mereka mau
aku tahu mereka bersimpati
tapi bukankah duka seorang janda tidak akan terhapus dengan jamuan senyum yang dibuat-buat
bukankah seorang janda butuh ranjang yang lebih hangat ketimbang senyum yang kaku di atas wajah?
kemanakah perginya kebaikan?
atau jangan-jangan kebaikan dan kejujuran juga turut kau bawa pergi, baruda?
Selasa, 01 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar