seperti apakah akan kuhabiskan waktu dalam mengenal cinta
adalah sebuah kalimat yang berhasil terpetik sejenak setelah mengahabiskan satu keping cd berjudul "LOVE IN THE TIME OF CHOLERA". tidak pernah terlintas sebelumnya untuk duduk dan menikmati melow drama macam film ini. namun sebuah ketidaksengajaan membuat saya jatuh cinta pada satu scene yang saya lihat di saluran tv HBO pada film ini. saat itu saya sedang duduk dan mengerjakan hal lain, saat adegan ini menculik saya dalam ketertarikan untuk memperhatikannya.
adegan dimana pria itu, tidak lagi muda, dengan kuda dan berpeluh datang tergopoh2 (Saya rasa pasti telah menempuh perjalanan jauh) menghampiri dua wanita yang juga tidak lagi muda, saat itu mereka sedang menertawai pria itu tanpa sadar kalau pria yang dibicarakan sudah hadir di sana. ternyaata pria itu tidak lain adalah suami dari salah seorang wanita yang bercakap-cakap tadi. ini kemudian menjadi lebih menyentuh saat terjadi hal ini :
wanita : mau apa kau datang kemari (dengan nada sederhana tanpa berlebih2an)
pria : aku pikir kau pasti terlalu gengsi untuk mengakui dan kembali ke rumah, jadi aku harus
datang kemari dan mmenjemputmu (dengan kegugupan tanpa ekspresi merayu)
wanita : (menahan haru yang terlihat dari bola matanya yang berkaca-kaca)
adegan ini, menurut saya sangatlah bagus. karena di situ kita melihat sebuah kesetaraan antara suami dan istri, sebuah komitmen dalam tindakan untuk melengkapi dalam susah maupun suka. sesuatu yang harusnya tetap dijaga untuk mempertahankan apa yang mereka bilang sbuah keluarga.
walaupun setelah menyaksikan satu versi lengkap filmnya (dan kurang puas dengan akhirnya dan pemain laki-laki utamanya, yang ternyata bukan suami dari wanita pemeran utama itu), saya masih ingin sedkit bertanya
APAKAH MENJADI BEGITU PENTING SEBUAH JANJI DALAM MENYIKAPI CINTA?
MANA YANG LEBIH PENTING :
50 TAHUN DALAM TINDAKAN NYATA
ATAU
50 TAHUN DALAM PENANTIAN ILUSI DAN KATA-KATA MANIS
suami yang menjadi buat saya tokoh impian adalah orang yang memberikan kesempatan untuk dicintai dan mencintai secara luar dalam, batin dan fisik tanpa mengorbankan orang lain sebagai pelarian selama 50 tahun lebih. dia yang berkorban dan kemudian berusaha keras mencari cara untuk menunjukan hidup yang mungkin bahagia tanpa cinta (atau ilusi, kurang jelas di film ini)
tokoh utama pria, sebagai laki-laki yang digambarkan gila akan cinta dalam hidupnya, berusaha mewujudkan arti cinta itu dalam bentuk pelarian antara satu selangkangan ke selangkangan lain yang sampai pada detik terakhir film itu bernafas, saya tidak mengerti tujuannya. yangd dengan bangga kemudian, memproklamirkan cinta sebagai sebuah destini atau tujuan hidup tersendiri tanpa ada tindakan nyata kecuali khayalan dan nafsu.
sampai kemudian kepingan cd saya keluarkan dan masukan kembali dalam bungkusnya, saya masih merasa marah dengan sebuah tindakan yang menurut saya menghinakan dalam film ini. bahwa cinta harus melulu digambarkan dengan lenguhan-lenguhan dan ilusi yang sebenarnya justru tidak lagi berarti kalau kita membandingkannya dnegan pengorbanan yang dilakukan suaminya. taruhlah penilaian saya ini subyektif karena kebetulan saya telah menyukai tokoh pria ini sejak ia main di beberapa film sebelumnya (ms congenialitty dan catwoman), tapi kita pasti setuju bahwa selalu ada pengertian lebih dalam dari sekdar kegiatan ranjang tentang cinta. walaupun saya bukan tipikal pemuja cinta yang melow, tapi saya amat konservatif dalam hal komitmen.
adalah sebuah kalimat yang berhasil terpetik sejenak setelah mengahabiskan satu keping cd berjudul "LOVE IN THE TIME OF CHOLERA". tidak pernah terlintas sebelumnya untuk duduk dan menikmati melow drama macam film ini. namun sebuah ketidaksengajaan membuat saya jatuh cinta pada satu scene yang saya lihat di saluran tv HBO pada film ini. saat itu saya sedang duduk dan mengerjakan hal lain, saat adegan ini menculik saya dalam ketertarikan untuk memperhatikannya.
adegan dimana pria itu, tidak lagi muda, dengan kuda dan berpeluh datang tergopoh2 (Saya rasa pasti telah menempuh perjalanan jauh) menghampiri dua wanita yang juga tidak lagi muda, saat itu mereka sedang menertawai pria itu tanpa sadar kalau pria yang dibicarakan sudah hadir di sana. ternyaata pria itu tidak lain adalah suami dari salah seorang wanita yang bercakap-cakap tadi. ini kemudian menjadi lebih menyentuh saat terjadi hal ini :
wanita : mau apa kau datang kemari (dengan nada sederhana tanpa berlebih2an)
pria : aku pikir kau pasti terlalu gengsi untuk mengakui dan kembali ke rumah, jadi aku harus
datang kemari dan mmenjemputmu (dengan kegugupan tanpa ekspresi merayu)
wanita : (menahan haru yang terlihat dari bola matanya yang berkaca-kaca)
adegan ini, menurut saya sangatlah bagus. karena di situ kita melihat sebuah kesetaraan antara suami dan istri, sebuah komitmen dalam tindakan untuk melengkapi dalam susah maupun suka. sesuatu yang harusnya tetap dijaga untuk mempertahankan apa yang mereka bilang sbuah keluarga.
walaupun setelah menyaksikan satu versi lengkap filmnya (dan kurang puas dengan akhirnya dan pemain laki-laki utamanya, yang ternyata bukan suami dari wanita pemeran utama itu), saya masih ingin sedkit bertanya
APAKAH MENJADI BEGITU PENTING SEBUAH JANJI DALAM MENYIKAPI CINTA?
MANA YANG LEBIH PENTING :
50 TAHUN DALAM TINDAKAN NYATA
ATAU
50 TAHUN DALAM PENANTIAN ILUSI DAN KATA-KATA MANIS
suami yang menjadi buat saya tokoh impian adalah orang yang memberikan kesempatan untuk dicintai dan mencintai secara luar dalam, batin dan fisik tanpa mengorbankan orang lain sebagai pelarian selama 50 tahun lebih. dia yang berkorban dan kemudian berusaha keras mencari cara untuk menunjukan hidup yang mungkin bahagia tanpa cinta (atau ilusi, kurang jelas di film ini)
tokoh utama pria, sebagai laki-laki yang digambarkan gila akan cinta dalam hidupnya, berusaha mewujudkan arti cinta itu dalam bentuk pelarian antara satu selangkangan ke selangkangan lain yang sampai pada detik terakhir film itu bernafas, saya tidak mengerti tujuannya. yangd dengan bangga kemudian, memproklamirkan cinta sebagai sebuah destini atau tujuan hidup tersendiri tanpa ada tindakan nyata kecuali khayalan dan nafsu.
sampai kemudian kepingan cd saya keluarkan dan masukan kembali dalam bungkusnya, saya masih merasa marah dengan sebuah tindakan yang menurut saya menghinakan dalam film ini. bahwa cinta harus melulu digambarkan dengan lenguhan-lenguhan dan ilusi yang sebenarnya justru tidak lagi berarti kalau kita membandingkannya dnegan pengorbanan yang dilakukan suaminya. taruhlah penilaian saya ini subyektif karena kebetulan saya telah menyukai tokoh pria ini sejak ia main di beberapa film sebelumnya (ms congenialitty dan catwoman), tapi kita pasti setuju bahwa selalu ada pengertian lebih dalam dari sekdar kegiatan ranjang tentang cinta. walaupun saya bukan tipikal pemuja cinta yang melow, tapi saya amat konservatif dalam hal komitmen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar