ibadah zaman kita ini sudah terlalu asing bagi Tuhan. manusia bangun pagi hari, berdoa. bersyukur. memanjatkan harapan, lalu bekerja. malamnya pulang, bersyukur lagi, berharap lagi, kemudian tak lupa mendoakan mereka yang telah begitu baik dan jahat sepanjang hari. sekali hal ini dilakukan, efeknya luar biasa. badan segar dan pikiran terang. dua kali pun masih luar biasa. tiga empat sampai belasan, mungkin masih luar biasa. kemudian yang luar biasa ini menjadi hanya biasa. ia bertransformasi jadi kebiasaan. orang terbiasa bangun pagi dan berdoa. pergi tidur tak lupa berdoa. atau ada pula yang berdoa lima kali dalam sehari. bisa semua bisa karena biasa.
lalu di mana letak 'aku ingin bertemu dengannya'? kita dan Tuhan dekat di bibir. dekat di pandangan masyarakat terhadap seberapa taatnya kita (belum lagi dihitung dengan seberapa aktifnya kita di komunitas religius). tapi jauh sebenarnya. saya tidak bilang bahwa saya ini yang-jarang-berdoa-lupa-berdoa-dan-masih-bingung-mau-ke-tempat-ibadah-apa-engga adalah mahkluk yang lebih luhur ibadahnya dan dekat jaraknya dengan Dia. tidak. semata-mata saya hanya sedang bertanya, pada anda yang ikut membaca. tidakkah anda asing dengan nama yang anda sebut dalam doa?
tidakkah anda selalu berada di bawah dan Ia entah ada di mana?
tidakkah anda lelah pergi beribadah hanya karena itulah satu-satunya kegiatan yang harus anda lakukan hari itu (buktinya kalau ada kegiatan lain, ibadah pun bisa digeser)?
ayo, kita buktikan bahwa pemikiran saya salah. bahwa ibadah zaman kita ini tetap akrab dan hangat di sanubari. bukan rutinitas tapi hasrat. bukan tempalate tapi tujuan.
mari kita mulai dengan menempatkan Tuhan dan ritual menyembahNya sebagai sesuatu yang sakral dan bahwa anda tak punya hak untuk intervensi dengan ritual orang lain yang belum tentu sama. anda dan Tuhan adalah personal. tak perlu dilakukan jika anda merasa kaki anda bergerak tanpa kesadaran.
Sabtu, 25 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar