kau anggap diamku adalah amarah yang tertahan. bukan, bukan amarah. diamku adalah perjalanan aku mengerti semua. diamku adalah proses metabolisme perubahan dalam dirimu bekerja, diterima dalam otakku. diamku adalah keheningan untuk menjauhkan diri dari amarah. bukan amarah itu sendiri.
entah kau anggap aku pemarah atau pendendam, tapi kau jadi lebih banyak marah. lebih banyak berkonsentrasi pada kemarahan-kemarahanku yang semu. sedikit belajar mengerti balik. akhirnya, kita temukan diri kita bergulat dalam masalah-masalah yang abstrak. aku lelah, kau marah.
kita menunggu sampai kalimat 'time will heals' benar-benar datang. merapikan isi kepala kita yang kusut. menyamakan lagi ritme langkah kaki dalam perjalanan ini. kita menunggu. menunggu sampai jatuh terlelap...
namun apakah kau mau kita terlelap dan terbangun di dua tempat berbeda? menjadi kamu yang kamu dan aku yang sepi. aku tidak. rasa-rasanya hatiku belum mau melepas pelukan, tetapi jika harus terus bergulat dalam emosi tak beralasan ini pun rasanya tak sanggup.