Senin, 25 Februari 2013

Kan aku sudah bilang,
Jangan bilang siapa-siapa
Kamu malah bilang aku bilang
Saling bilang, silang baling
Kamu tuh maling!

Selasa, 19 Februari 2013

mainanku barbie
dan aku bangga
mainanku barbie
dan aku tak pernah bercita-cita jadi mereka
aku cukup bangga
aku cukup sombong untuk bilang

"terima kasih, aku jawa sumatera. hidung bangir masuk ke dalam, mata besar, kulit coklat, dan rambut keriting. setidaknya, aku berpikir. bukan mainan"
telah ada jarak yang terbentang. biar sejengkal, renggang sudah persetubuhan kita. jarak ini kau ambil (atau tanpa sadar kuambil) semata-mata karena kita menjadi dewasa pada waktunya. antara kau dan aku, dulu, nyaris tak bercelah. mungkin sedikit udara lewat. dengan tambahan cahaya dan debu yang begitu kecil. aku tak bisa mendefinisikanmu. seperti juga kau, tak bisa menjelaskan pada pertanyaan tentang "bagaimana aku". seintim itulah kita. karena kita satu, dirimu dan aku lesap dalam satu kata terang "kita"

lalu sekarang jarak itu muncul. tiba-tiba ada bagai kiamat yang dinanti sekaligus diharap tak kunjung datang. kau pernah bilang padaku, biarlah begini baik adanya. kau gembira dan aku si penggembira. kau bercanda masalah itu-itu saja. aku tetap tertawa. mungkin karena kita satu, aku telah menerka ini akan lucu. sekarang, ketika kiamat itu tiba, ratapmu terdengar lumrah.

"kau harus kutinggalkan"

sama seperti ketika kau bergumam

"kini saatnya aku pergi"

dan kita berjarak, sepi celah ini. kabar baiknya, tak ada yang harus merasa ditinggalkan dan meninggalkan. kabar buruknya, aku tetap merindu.

mudah-mudahan, waktu tak cepat memperlebar jarak ini. dan harapku, kau masih bisa kutemukan di sela-sela memori atau rak buku di toko-toko.

(untuk cerita pengantar tidur dan seluruh kenangan manis yang menyelimutinya)

memaju mundurkann waktu
adalah perkara Tuhan
dan manusia cukup menamainya
memori kolektif
atau deja vu?
ter ser ah

kita bisa bikin Tuhan
dari bentuk apapun
tapi kita tidak bisa tandingi kekuasaannya atas waktu
dan waktu
sepertinya menjadi satu-satu kekuatan yang belum ada tandingannya

selain doraemon
yang muncul dari laci
pergi ke masa silam
tapi kita harus ingat
doraemon hidup di kertas, di layar kaca
ia tak punya kuasa atas hidup ini

Tuhan,
kau masih juaranya.

ini gelitik bukan kritik, hanya sampai di geli tak jadi keki

pada zamanku,
orang bicara selangkangan seperti bicara tentang langit
"wah indah ya!"
dan aku langsung yakin,
mereka yang umbar-umbar keindahan selangkangan di atas meja makan
adalah manusia-manusia maskulin
tak peduli kelamin mereka berbentuk apa.

sepertinya ada yang menarik soal selangkangan ini
entah karena mereka mengeluarkan bau yang yang dapat memikat sekaligus menjebak
atau karena bagian ini separuhnya kiriman dari surga
aku yakin,
kata selangkangan dan teori-teori tentangnya
pertama diucap sebagai prasyarat mengikuti permainan maskulin
semacam balapan antar jenis kelamin 
memperebutkan posisi gender yang setara atau lebih

permainan ini dimulai oleh Adam
dan diteruskan dalam kitab-kitab agama
setidaknyda dalam lima kitab yang kukenal di negeri ini
mereka menyatakan daya yang maha agung itu sebagai dia (laki-laki)
dan menariknya,
kehidupan kemudian seolah berputar di tangan mereka

lalu munculah perempuan-perempuan yang mendendam
yang menyimpan lukanya dalam-dalam
dan mengunci mulut mereka
kemudian seolah menemukan kunci itu lagi
mereka buka mulut mereka
lalu teriak keras-keras
mulai dari tetek bengek seputar priuk sampai urusan selangkangan
jadilah mereka ini gelombang keras perempuan
yang menuntut kesetaran

sebermulanya pembicaraan mengenai selangkangan didasari rasa pahit
pahit karena selangkangan mereka dinomorduakan
pahit karena mereka tak boleh mencicipi manisnya getah yang keluar dari sana
pahit memang ketika itu jadi mahkluk berselangkangan bolong
sebermulanya pembicaraan mengenai selangkangan semata-mata karena ada dorongan untuk melepas diri dari pasungan

lalu,
mengapa sekarang pembicaraan itu hilang makna?
sekadar estetis atau bumbu dalam komoditas.
aku bilang,
tak ada indah-indahnya bicara soal selangkangan
sebab kami memulainya dari rasa pahit
dan kau tak pernah mengecap sedikitpun itu.


(bagi mereka yang pernah dan sedang berusaha meyakinkan diri bahwa bicara selangkangan itu sekarang jadi semacam tren)

Sabtu, 16 Februari 2013

Ketika dua pengelana bertemu dan bertukar cerita,
Rapat besar digelar.
Semesta bicara
Ribuan dimensi dipasang di garis depan
Siap menghadang kami yang saling mempertajam.

Teman baik dari ujung daratan yang berbeda,
Selalu jadi sumur untuk ditimba
Sekaligus muara untuk beristirahat.

Jangan pernah berpikir membunuh dahagamu denganku.
Aku tidak mau botolku kosong segera,
Sebab berlama-lama kau teguk,
Aku selalu utuh

Timur bertemu mataharinya

Karena katanya perempuan itu 85% terdiri dari rasa,
Mereka tuduh pergerakan kami sangat personal

"karena itu, wahai perempuan, janganlah bergerak menunggu murka. Kita tidak butuh turun untuk naik. Kita butuh naik terus. Sebab permainan ini bukan milik jenis kelamin mana pun. Permainan ini sudah dimulai sebelum kitab-kitab mencatat laki-laki sebagai manusia pertama."

Lalu saya kembali pada kerumunan yang meneriakan "ini terlalu personal"
Dan menunjuk satu persatu wajah mereka
Kamu
Kamu
Kamu

Kalian semua pernah merasakan ranjang saya pada musimnya,
Ketika kalian beranjak
Saya tidak marah
Tetapi ketika kalian ingin kembali lagi dan meminta selimut dari ranjang saya,
Saya bilang "bukan musimmu"
Kalian mencaci dan bilang
"sundal"

Sekarang kalian berdiri dan berteriak menentang kami bergerak
Saya bilang sekarang,
"tolong maafkan kalau kata tidak dari saya menyakiti kalian. Pulanglah, kalian terlalu personal memaki kami."

Untukmu yang menjual kebenaran

Kamu salah pilih lawan
Kamu kambing dan pergi ke tempat jagal
Kamu tunjuk muka saya dengan tanduk kecilmu yang kamu pikir hebat
Lalu teriak dengan lantang,
"dosamu banyak. Saya pegang surat pengampunannya. Ayo maju, ambil keselamatanmu"
Saya lihat itu dan cuma tertawa
Dengan golok terasah,
Saya maju
Bukan untuk surat itu
Bukan untuk pengampunan

Jangan bicara lagi
Sebab ini hari matimu

Kamu kambing yang mengajak tukang jagal bertarung.
Sungguh, kamu salah pilih lawan!

Jumat, 08 Februari 2013

Harusnya jangan kau telan semua pemberianku
Sebab kata dokter
Lambungku terinfeksi
Dan ciumanku meracunimu

Tapi justru kau telan

Dan melihat ketenanganmu diracun begitu
Aku waswas,
Jangan-jangan kau karmaku?

Maka kuhantarkan usia tuaku sebagai gantinya,
Asalkan tak Kau biarkan mereka berlalu jadi kenangan
Yang beku bisu menunggu biru
Diracun amarah dari dalam jiwaku yang dikutuk Zeus.

Senin, 04 Februari 2013

"mama, aku akan pergi melancong."

"nanti dulu. tunggu kau selesai sekolah lalu pergilah ke mana pun kau inginkan."

ia menunggu sampai waktu yang dimaksud ibunya tiba. dengan penuh harap dan hati penuh debar, ia pelajari peta dunia. beberapa tempat ditunjuknya. beberapa kota diajaknya berkenalan. 
suatu waktu, mereka pergi ke pasar. ia melihat sebuah koper yang rasanya akan ia butuhkan. ia minta dibelikan. ibunya bilang, "nantilah, kita akan beli kalau kau sudah siap pergi." ia pun menyimpan lagi keinginannya. dan selama masa penantian itu, ia merasa seperti sedang menabung. menabung waktu untuk diledakan besar-besaran. 

hingga sampai masanya, masa yang dikatakan ibunya. datanglah ia, membawa tabungan kesabaran akan mimpinya pergi melancong.

"mama, aku akan pergi melancong. sekarang."

ia tambahkan tekadnya yang bulat ke dalam pernyataan itu.
ibunya memperhatikan anak itu. anak gadisnya. lalu ibu itu berdiri,

"buat apa? kau sudah selesai sekolah. sekarang, mulailah hidupmu di sini. uruslah karirmu dan manjakan dirimu dengan sebanyak-banyaknya masa depan."

ah, anak gadis itu pergi pulang ke tempatnya tidur dengan hati susah. tabungan yang disimpan rapat-rapat dengan penuh kesabaran tiba-tiba dipecahkan di waktu yang salah. ledakan itu tidak luar biasa. ledakan itu membumihanguskan tabungan beserta isinya. sampai pada keping terkecilnya.



kadang hidup begitu rumit,
untuk bisa menghidupi hidup
kita pun dipaksa mengerti hidup orang lain
kita dipaksa hidup
hidup seperti orang lain.

Minggu, 03 Februari 2013

Sampai nanti tiba waktunya,
Aku ingin perjalanan ini kita iringi dengan sorak sorai.
Sebab pada kesudahannya
Hanya duka yang akan melintas.

Untuk kepulangan yang kali ini,
Langkahku berat
Alangkah senang jika ada ombak menyeretku hingga ke pusar lautan dan membenamkan amarahku di sana.

Hujan,
Aku anakmu yang lahir bersama kilatan
Dan ketika itu
Gemuruh langit tak sengaja masuk ke dalam tubuhku
Hingga sekarang aku dirasuki amuk badai,
Bagaimana caranya aku menetes ke bumi dengan syahdu
Seperti gerimis yang turun menyambut pagi?

Pause.
Tanyakan pada tiap perhentian,
Pada tiap terminal atau halte
Pada mesin atm yang mengintip dengan semangat di pom bensin

Pause.
Tanyakan pada istri yang memasak di dapur,
Menggoreng mimpinya bersama bumbu
Tanyakan pada jandajanda di rumah gedongan,
Yang mengisi ranjangnya dengan ratap dari satu lenguhan ke lenguhan palsu lain
Tanyakan pada kekasihkekasih yang menanti wanita mereka lepas dari tiang erotis

Pause.
Masih tidak tahu?
Tanyakan pada dirimu yang terlalu lama diam di satu titik,
Itu pause?

Sambil menghabiskan sore di batang abu,
Aku mimpikan hidup tenang dan bahagia
Lupa sakit seperti apa bentuknya
Lupa pedih bagaimana rasanya

Tenang

Tenang saja
Lalu tibatiba senja sudah lewat
Dan usiaku di ujung malam.

Terima kasih luka,
Karena kau aku masih ingat rasa.
Dan batang abuku habis mengepul di udara.

Menulis tidak
Menggambar tidak
Sepertinya sekarang sedang menikmati jadi bahan cerita
Sekalikali mau juga jadi pelaku...