Selasa, 27 November 2012

sudah,
sudah lama memang aku mencari
saat tak lelah nanti
kulanjutkan lagi berjalan
mencari terus yang sudah lama itu
aku mencari kata di antara bentuk
mencoba dengan tololnya menerjemahkan wujud
bukan untuk beraksi
sekadar melepas dahaga
mengisi kekosongan

aku si lapar yang rakus
aku pengais kesempatan di antara kesempitan
aku kalian yang tak disebutkan

Indonesian

tidak ada yang dikerjakan
was wes wos was wes wos
tidak ada yang dibuat
was wes wos was wes wos
tidak ada apa-apa
was wes wos was wes wos


orang kurang kerjaan
kerjanya bergunjing
lho itu kerja?
ya. bergunjing.


was was wos was wes wos

sebutlah saja

jangan dibanting kalau nanti dicari lagi/ bantinglah yang kencang kalau memang tak butuh lagi/ tumbuk tanah dengan kaki dan hasilkan bunyi-bunyian amarah ketika melakukannya/ dan haram jika ada jadian seperti ratap kalah perang/ menangislah dengan anggun dan mengamuklah selembut-lembutnya ombak yang menyeret pergi pasir/ atau, jika kuasa jauh terasa, belajarlah banyak dari riak air tenang di dalam gua, yang dengannya segala runcing tiba-tiba tiba/ berteduhlah di bawah ketidaksabaranmu menanti kabar baik/ kabar pengobat pelik di tengah lapisan buruk yang terik/ yang dengan gagahnya membakar, yang dengan ganasnya menghangatkan/ dan tak sengaja menciptakan barunya hawa suarga, seperti suasana sebelum yang buruk-buruk direncana dicipta/  biar kemudian cahaya itu mengambil alih segala, biar seterusnya demikian/ dan  lepas dari kungkungan doa//


(duapengelanabertemudanbertukarcerita)

Minggu, 25 November 2012

hal terakhir yang ingin kulakukan malam ini adalah
mengurut keningmu dan 
membaui tengkukmu yang baunya asan seperti udara

tapi aku harus pura-pura lupa,
aku menginginkannya,
sebab tak satupun dari kening ataupun tengkukmu
yang mampir malam ini

Kamis, 22 November 2012

Apa kamu tidak juga merasa muak, mencari lawan tarung yang sebanding?
Sedang hatimu diam2 ingin tertambat

Selasa, 20 November 2012

Dari semua yang paling setia,
Kamulah yang menungguku
Menghabiskan sisa sigar di dini hari yang letih
Dari semua,
Kukatakan
Kaulah yang paling setia.



Dan ciumanku melayang

Minggu, 18 November 2012

untuk kamu yang memeluk saya dalam kekalutan. saya ingin kamu terus di sana tapi kita tahu kita tak berdaya.


akumencintaimusepertianakpanahyangmenyerbutubuhbhisma

Sabtu, 17 November 2012

kau mau menyesal melangkahkan kaki masuk ke sini?
aku bilang,
tahan dulu penyesalanmu.
tidak ada surga sebelum neraka.
tidak ada pesta sebelum derita
tidak ada yang mudah sebelum yang sukar.

sekarang kau masih mau bilang menyesal?
kamu bilang aku panci?
aku panas diletakan di atas api.
aku mendidihkan darahmu yang memenuhi ruang cekungnya
tapi aku kamu sebut panci,
yang tidak hanya bisa jadi panas.
aku pun bisa jadi dingin,
diam,
dan penyok di sana sini.

masih tetap bergairah membakarku?
jangan bolakbalik ke halaman ini,
kalian pemaki unggul-penghisap darah-dan pembeli yang tak mau bayar.

enyah!
"jadi kamu tidak percaya komitmen?"
"saya percaya, saya percaya. bahkan ketika saya bilang saya tidak percaya sebenarnya saya percaya."
"lalu kamu percaya tapi tidak mau berkomitmen, begitu?"
"menurutmu, apa itu komitmen?"
"kesetiaan. bukti janji."
"haha"
"menurutmu tidak?"
"menurutku, itu seperti masuk perangkap."
ketika titik tidak diperlukan lagi di sini,
aku akan menganggap bahwa semua tak berbatas.
tidak perlu ada kapital pembuka,
tidak perlu ada spasi yang memberi jeda,
tidak perlu ada apapun.
ketika titik tidak diperlukan lagi di sini,
kamu (baru) boleh muncul.
sebenarnya yang membedakanku dari kalian adalah 
kemauanku .
dan satu-satunya yang sama dari kita adalah
kemaluanku

lainnya,
kita hanya kebetulan diciptakan di dimensi yang sama

Kamis, 15 November 2012

Aroma tubuhmu selalu mampu membangkitkan nyaliku untuk merindu. Percaylah, aku sedang menjelma sehebat-hebatnya pecinta. Dan aku mencintai kamu tanpa kata cinta

Minggu, 11 November 2012

penis atau pensil? dua-duanya bisa tumpul

satu batang lagi kubakar,
asapnya mengembara ke sekitar tubuhmu,
yang masih angkuh menunggangiku seolah aku menikmati
kamu tidak tahu, ya?
aku beri tahu.
sudah dari menit-menit yang lalu,
aku tidak di bawahmu.
aku sudah duduk di sini, membakar sigar, dan memperhatikanmu mencumbu kebohongan
kau,
dengan tololnya masih repot-repot melenguh
padahal kenikmatanmu itu semu.
haha.
jangan sampai aku harus bakar sebatang lagi,
menyaksikanmu.


labya-dalam-kebosanan-lainnya

oui

bukannya,
satu di antara kita
adalah
kita berdua?

masihkah kau harus memisahkan ini jadi sebuah individu?


biarkan aku menyublim dalammu
lalu kubiarkan kau membeku menjadi aku
setelahnya semua tinggal kita.
untuk bayangan hitam yang tak pernah kukejar bentuknya,

kalau aku mau,
aku bisa membuatmu kenal bentuk.
sayang,
kau lebih indah tanpa garis.
aku akan menangkapmu pada waktu yang berbeda
manakala aku butuh.
baik-baiklah di sepanjang lorong
dan tetap isi yang kosong.

(tatapanmu yang kemarin, berniat membeliku? saatnya akan tiba. suatu saat nanti.)
dulu pernah kubilang,
aku takkan menemukan namamu.
alasannya supaya kau kekal.
sekarang aku tahu,
bukan supaya kau kekal.
kau memang tak pernah ada harganya,
kau memang tak patut masuk daftar pujaanku.

selamat malam kekasih,
yang kubunuh dengan tawa.

kodrati?

kelak,
tak kan ada yang merangkak keluar dari rahimku.
mereka bergerombol keluar dari ujung jariku
dari mataku
dari mulutku.
nama mereka banyak,
nama mereka harum.

dan rahimku selamanya kosong.

kau pelukis yang agung
sayang, aku obyek yang buruk.
maafkanlah ketidakmampuanku menjadi obyek
yang diam menunggu kau selesaikan.
maaf, kalau aku hanya mampu jadi subyek dalam kalimat ini.
egoku tak muat di kanvasmu,
wahai pelukisku agung.
kita bukan manusia yang isinya gumpalan duka.
kita manusia yang isinya tak ada,
hidup untuk jadi ada.

Kalian ini bodoh atau tuli?

laki-lakiku tak harus selalu pandai menunggang,
mereka hanya perlu pandai menunggu.
setelahnya,
aku akan berhamburan
seperti serbuk bunga yang ditiup angin.

aku tak perlu kamu yang mengaku agung jadi laki-laki.
sebenarnya,
aku tak perlu kalian.
aku cuma mau kalian.

ini-semacam-tulisan-iseng-Labya-di atas-tisu-saat-jenuh-mendengar-dua-pria-adu-kuat
setiap wajah punya cerita.
mereka dengan gembira meletakan berbagai rasa di atasnya.
diam-diam aku berdiri di hadapan mereka,
pura-pura asing.

setahun kemudian,
mereka sudah lupa,
pernah bertemu aku,
mereka lupa pernah taruh rasa apa untukku,
sebab semua yang mereka taruh di wajah
aku hisap.
seperti malam menghisap pagi.

dan aku bertambah gemuk,
dengan pengamalam rasa yang rasanya enak-enak itu.
"setelah ini, aku tak tahu lagi, apakah  masih bisa berjalan sendiri?"

 kujawab cepat :

bisa

sebenarnya aku ingin bilang,

bisa, kita bisa selamanya begini

tapi tak kulanjutkan.
aku takut waktu mencuri doa.
kita akan terus menerus menipu?
di dalam cermin,
kamu lebih telanjang dari sekadar tak berbusana

kita akan terus menerus menipu?
di dalam cermin,
kamu lebih telanjang dari sekadar tak berbusana

jangan mati sebelum waktunya,
aku enggan mengakhiri
aku enggan kembali sendiri
walaupun tubuhku menolak tinggi
hamparan tanah di bawah
dan langit yang sesenti lebih dekat dengan ujung kepala,
akan jadi pengalamanku menikahimu.

kamu mau naik ke atas sini?
kita bisa turun lagi ke bumi,
dengan wujud air
kamu tidak pernah memberi saya bunga.
tidak.
tapi tanganmu melakukan hal-hal sederhana
yang membuat hati berbunga.

kamu tidak memberi bunga,
kamu menumbuhkannya di sepanjang perjalanan ini.



i really like you sjrs.

Rabu, 07 November 2012

biarkan aku meledak-ledak
dan jadi bunga-bunga api yang menyala
di sudut kau mencintai kesendirian.
seperti itukah rasanya jadi orang kerdil?

rasanya itu/ ada keengganan seperti ini/ kamu baru taruh pantat di kursi/ setelah kaki telanjang menaklukan ribuan kilo/ baru saja duduk dan bisa bilang/ AH/ tiba-tiba, orang datang dan bilang/ maaf itu kursi saya/ apa kira-kira yang terlintas setelahnya?/ bisa marah?/ jangan marah/ sebab kamu tahu, pejalan kaki tak pernah punya kursi/ ia selalu bisa duduk/ walau bukan pada tempatnya/ walau bukan untuk selamanya/

lalu ratusan kilo, menunggu lagi untuk ditaklukan.
sumpah,
demi Tuhan
ingin kupetik ranum wajahmu
ingin kusekap aromanya
ingin kukatakan lagi
sumpah,
demi Tuhan
aku ingin kamu jadi porsi besarku malam ini

tapi aku selalu terbentur di masalah yang itu-itu saja,
apa kamu juga mau?
sebab tubuhmu punyamu
aku tak mau banyak intervensi.

kuda lumping?

jangan kebanyakan kamu makan itu beling.
luka itu bikin kamu lama-lama gila.
jangan lama-lama kamu itu jadi gila.
kegilaanmu itu pelan-pelan memperpendek kebahagiaan.
jangan jadi orang pendek bahagiannya.
kalau tidak bahagia di sini,
cari bahagia di sana.
kalau kamu tidak mau cari,
makan lagi beling sana!
lalu ulang semua dari awal :

jangan kebanyakan kamu makan itu beling...
...

Minggu, 04 November 2012

saya rindu fenesha.
selamat ulang tahun, anak cantik.
28 kemarin ingin rasanya berlari ke sana
sayang, dadu judi belum bergulir tepat
aku mau ketawa dong,
lihat kalian yang serius nanggepin kicauanku.
kicauku bahkan tak lewat otak.
lewat sela-sela jari
yang malas dan bosan.
20 tahun lagi,
aku harus jadi monster seperti itu?
menyedihkan.
bulan sembunyi di balik pantat penguasa langit,
ketakutan menatap ladang tempur penuh darah.
penguasa langit sibuk duduk
menyembunyikan bulan di balik pantatnya.
padahal kami menunggu
menunggu ia mencegah kami saling membantai
DAS
bulan pecah
terlalu khidmat sembunyi di balik pantat penguasa langit yang terlalu enak duduk.
bagaimana harus kutimbang berat duka yang jatuh dari matamu?
jangan tuang lagi air dari sana
lebih baik cabik tubuhku
cabiklah
dan kuizinkan kau meninggalkannya terkoyak

tolong,
cabik aku
tapi jangan lagi menangis.
jangan banyak kata kita habiskan di sini,
kutunggu kau pulang ke pembaringan
di atas bantal
berselimut malam,
kita akan segera mabuk
dengan percakapan sebagai bir
dan tawa buihnya.
jangankan kamu,
aku pun tertunduk malu
tiap kali dihadiahi hujan
bahkan sebelum Desember tiba
biar aku berdansa
biar aku berdansa
aku tak perlu jadi penari
untuk mampu menggerakan tubuh ini
ia bergerak dengan ketukan
tiap kali gemuruh dari langit
datang bersama hujan deras.
kepadamulah
aku mau berbagi
semua yang tadinya satu
kini biar jadi dua
kita rasakan bersama
dan buat yang lain malu jadi tamu.
dari sekian banyak barang pujaan,
padamulah,
pesonaku tertambat.
untuk air yang mengalir dari langit
untuk sore yang selalu basah...
dari sekian banyak barang pujaan,
padamulah,
pesonaku tertambat.
untuk air yang mengalir dari langit
untuk sore yang selalu basah...
karena kamu sangat suka hujan,
aku mau berbagi dia denganmu.
aku kantungi suaranya
dan kutahan datang rintiknya,
sampai aku tahu kau dekat dengan peneduhan.
kukirim kantung bunyi hujan,
supaya tiba bersamaan dengan hujan,
sebelum kamu tersenyum melihat hujan,
ketahuilah,
aku telah lebih dulu membayangkan senyummu.

Jumat, 02 November 2012

sudahlah,
biar semesta saja yang berdaya
aku takkan lagi menahan lajunya
atau menggerakan sendiri sesuai mauku.
malam ini aku habis digilas semesta.
luluh lantak
manusia yang berperkara dengannya.
yang ini mereda
manakala laki-lakiku menunggu di rumah
mengingatkanku tentang pulang
mendoakan sehatku.
untukmu yang paling setia,
kukirim pelukan yang tak pernah lagi singgahimu.
aku tak membela perempuan dalam tulisanku
aku membela manusia
dengan akal budi dan pemikiran matangnya
yang seringkali dikucilkan
dalam pergaulan sesama manusia
di antara matinya perikemanusiaan.
kita tak usah lagi membicarakan ini
bibirku tak sanggup menghukummu
mataku luluh dengan pemandangan yang kutunggu
tapi seluruh isi kepalaku bekerja
dan sekali lagi egoku menang.

Ini memang rangkaian bulan dan bintang yang mengaduh. /
Yang disakiti hebat oleh waktu dan kemudian dilupakan./
 Ini kisah yang seharusnya disimpan baik-baik sebelum tidur supaya tak pernah diceritakan ketika pagi datang./
 Bulan dan bintang yang dulu pernah bahagia./
 Bulan dan bintang yang dulu setubuh. Bulan dan bintang tanpa dan. Bulan bintang yang satu utuh membentuk hal paling padu./
 Itu semua terjadi jauh sebelum ada kata aduh di sela-sela cerita malam mereka.
sebenarnya kesalku bukan karena kesia-siaan
kesalku tak pernah ada
yang ada hanya rasa terkejut ini

"ternyata aku (masih) lebih menginginkan diriku sendiri"
aku menunggumu di luar kepala
berharap hati dapat memaafkan
namun semua yang keluar dari luar kepala
hanya berakhir konyol
dan jadi tertawaan di ujung hari.
mungkin harusnya semua rasaku masuk dalam koper
dikemas dengan rapi 
supaya tidak meracuni banyak orang.
semua rasa tak terkecuali.
kalau suatu hari perlu,
baru kukenakan satu
dan kupakai hingga usang.


andai aku ingat,
harusnya semua rasaku kumasukan dalam koper.
aku benamkan kepalaku dalam riuh rendah tawa bariton
maksudku ingin menghilangkan kecewa
yang kudapat hanya bunyi
dan kesendirian tetap jadi milikku
menanti angin itu harus tahu
ia tak akan lebih lama dari kedipan mata
takkan lebih kekal dari ucapan
menanti angin itu harus dengan keikhlasan
bahwa ia tiba untuk segera berlalu
temanku yang baik,
betapa ingin aku bilang
berulang kali tanpa henti
"aku menyukaimu"
supaya kamu tak lupa
bahwa aku akan jadi orang yang mengantarmu tidur
menemanimu melewati hari
merawat tubuhmu yang dekat dengan maut
dan memberimu alasan untuk terus bermimpi tentang hidup.

temanku yang baik,
aku tak perlu kau menyukaiku kembali
rasa ini bukan jual beli barang di toko
aku memberi
lalu sudah.

aku hanya ingin kau menantiku pulang
dengan cerita baru

supaya jangan ada salah paham di sini
subyek kulesapkan
dan obyek kubangkitkan
supaya kesannya aku tetap baik
dan kau tak diketahui
ketahauilah
dalam setiap kebaikan yang kulakukan
aku menabung kematianmu.
halo, tai
hari gini kamu masih saja jadi tai
ngga malu?
haha
ya, saya lupa.
ngga ada tai yang malu jadi tai ya

orang takkan menemukanku di padang bunga
mereka takkan melihat tarian
takkan mendengar nyanyian
mereka takkan pernah mengadopsi pemikiranku
sebab mereka takkan sanggup
menyerap racun ke dalam tubuh
dan mengolahnya jadi nutrisi

tapi aku makan setiap luka
dan meminum darah darinya
aku olah tiap derita
supaya dalam tubuhku itu jadi obat

orang takkan menemukan mukaku bersemu merah
sebab jantungku tak pernah memompa darah
jantungku memompa amarah
dan detaknya adalah ancaman.
labya mengangkat cawannya yang pecah
ia tertawakan orang yang mencoba menghentikannya
agaknya mereka ketakutan
melihat labya meminum dari cawan yang terluka

labya mengangkat cawannya
di atas derita
ia bersulang
ia merayakan kebebasannya
setelah puas ia membunuh
berkali-kali
dengan otaknya.

Kamis, 01 November 2012

aku tergila-gila pada laki-laki berwarna merah yang tertunduk malu-malu
menantiku memangsangnya
aku tergila-gila pada laki-laki yang tak menginginkan wajahku
tapi duduk berlama-lama denganku adalah orgasme terdahsyatnya

kami lalu bersenggama lewat obrolan
adu kepintaran
dengan kata-kata sebagai pengganti anggur.
kami mabuk dalam lekuk yang samar-samar muncul
di bawah hujan yang menghapus masa lalu
di satu sore
perempuan itu duduk menghadap matahari
ia mengatur rambutnya duduk di bahu
dengan bibir setengah terbuka
basah.

perempuan itu tak diteriaki
"jalang"
sebab ia duduk
di satu sore

*satuan waktu mampu memberimu nama, kau sadar?*
aku bisa menyintaimu dengan buas
memakan partikel terkecil yang mampu kusentuh
melumat namamu
hingga hilang bentuk

aku akan memadu asmaraku dengan keindahanmu
hingga kau tak lagi punya alasan
untuk patah hati.

aku,
perempuan
dan namaku Labya.
tugasku memberi
hingga kau penuh dalam definisiku
kalau nanti aku gemuk,
itu karena kamu yang memanjaku dengan kebahagiaan.
aku batal memakimu di sini.
sayang kalau membuang kata hanya untuk mahkluk sepertimu.
biar aku saja yang tahu,
busuknya isi hatimu.
kamu harusnya kubunuh selagi bisa
di antara punggung orang yang membicarakanku
aku harusnya tancapkan pisau ke dalam mulutmu
dan membiarkan area tajamnya
mengoyak jalan keluar kata-kata

kamu harusnya kubunuh kemarin
supaya hari ini
aku bisa pura-pura berkabung
untuk merayakan kebahagiaanku yang menjelang.
perempuan-perempuan itu berbalik
menyerang membabi buta
dengan teriak histeris yang nyaris bersamaan
mereka memaksaku melihat maut

"mati, mati kau, perempuan pencuri cinta! matilah ditelah bumi. biar jangan ada yang memiliki tubuhmu. biar jangan lagi laki-laki kami lepas dari genggaman !"

aku yang sendirian
hanya bisa memohon
supaya cinta segera berlalu
hidupku selalu jadi pesakitan semenjak ia singgah.
tak ada yang lebih candu
selain bau keringatmu yang jatuh di pelukku
tulisanmu tentangku,
adalah jalan masuk ke rumah yang baru.