Rabu, 18 April 2012

man-tera

aku bukan manusia yang lahir sore hari dan baru bisa mengeja cinta. bukan mereka yang berteriak menolak kenaikan harga diri. aku memandangmu dengan segenap kekuatanku sebagai manusia yang lahir di antara rintih bulan. manusia yang memusuhi teriknya pagi. mencari jalan keluar di antara sore. aku manusia dengan ketaatan pada moral. kesetiaan pada logika. mengeja cinta dengan gerakgerikku.
lantas, mengapa harga diriku kau perkosa dengan kewajibanmu. mengapa harus kau letakan di bawah kakimu hanya untuk membuatmu merasa hidup. aku manusia seperti juga kau yang membutuhkan langit sebagai batasan tertinggi dalam semesta. kita berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. lalu kau hina aku hanya karena kelaminku.
aku bukan yang tak sanggup menilai orangorang tuna aksara. kau tak bisa mengeja cinta. lalu meninggalkanku merana, mencoba menulis rindu.
ibu bapakku bertanya,
jika besar nanti aku tak mau menjadi ibu
apa yang harus ibu bapakku lakukan?
tidak menimang
tidak menghadiahi
tidak takut
tidak bahagia
tidak memiliki
dan yang terbesar
tidak lepas dariku.

aku bertanya,
kalau sekarang aku jadi ibu,
apa yang ibu bapakku lakukan?
dan jawaban mereka
tidak menimang
tidak menghadiahi
tidak takut
tidak bahagia
tidak memiliki
dan yang terbesar
tidak membahagiakanku.

sebelas menuju setengah

bahkan karena kursi dan meja pun aku bisa kehilangan.
apalagi kamu yang bernafas di sebelah saluran udaraku.
bisakah kamu bayangkan,
jika seluruh udara ini harus aku hisap sendiri
kukeluarkan
kemudian kuhisap lagi sendiri.
mungkin sama juga rasanya seperti bercermin
dan tak menemukan bayangan.
seandainya memang tiap pengalaman dalam hidup kita telah ditulis
bisakah aku minta satu halaman lagi
untuk mengisinya dengan kamu?
tepat di sebelah nafasku yang pertama
setelah ini ditulis.
apakah ketika penciptaan Tuhan meletakan magnet dalam diri kita?
atau hanya aku yang Ia tanamkan lempengan logam itu.
membuatku menarik mereka,
dan menjauhkan kamu.
mungkin Tuhan meletakan lempeng selatan dan separuh selatannya lagi ada padamu,
hingga aku dan kamu sama-sama saling menjauhkan diri
lakilakiku,
lakilakiku,
apa kamu dengar aku?
kamu dengar aku tidak?
tidak, kamu tidak dengar aku
atau kamu tidak dengar apa-apa lagi
kecuali isi kepalamu
yang mendorongku
terpaksa menjauh?

Senin, 16 April 2012

so easily broken, we human being

don't be sad.
there is no
such a thing as sadness
if we try not to
think about happiness.
don't cry so don't laugh.
nothing is funnier than something.
kita bersuka di antara perempuan perempuan yang bercerita dengan airmata. lalu tertawa seolah-olah air yang menggenang di pangkuan adalah kolam permainan di musim panas. kita begitu fasih tertawa di atas duka.

dia menangis, meratapi tawa kita. mengikhlaskan dirinya merana untuk melihat satu kebahagiaan baru lahir. lalu ia pergi, menebar suka lewat dukanya.

Senin, 09 April 2012

invisible

pernah kukatakan pada seorang kawan, di meja tempat bir dan rokok kami biarkan bertemu. dalam aroma kesedihan yang tinggi di ujung sore, aku bilang
"hidupku adalah panggung. riuh ramai penonton adalah energi. dan setiap kali lampu menyala, aku hidup. ketika kekaguman mereka menguap dan mulut mereka berhenti memujaku, aku mati."
dan kawan itu terbahak. entah sependapat atau berusaha sopan.
tapi bukankah kita semua begitu?
energi adalah kekaguman mereka yang menyaksikan kita.
rasa cinta mereka adalah nafas
dan tepuk tangan adalah irama jantung yang baru.

lalu suatu malam aku kesepian. panggungku turun tirai. bangku penonton sepi. pintu gedung pertunjukan terkunci rapat. aku sekarat. nafasku habis, detak jantungku berlari, dan sepi mencekik nadi-nadiku.
apa enaknya dicintai saat lampu menyala? apa hebatnya dipuja sepanjang masa dan mati ketika semua itu hilang. aku mau dicintai bahkan ketika lampu menyembunyikan aku. penonton berjalan keluar dan tirai di panggung turun.

aku butuh kamu, kamu yang tidak jatuh cinta pada aku yang berdiri di atas megahnya panggung dan kilau lampu.